Bermula dari Komplain Emak-emak Sosialita, UGM Lahirkan Melon Hikapel

Bermula dari Komplain Emak-emak Sosialita, UGM Lahirkan Melon Hikapel

Tim detikJateng - detikJateng
Senin, 09 Jan 2023 13:09 WIB
Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc, inventor melon Hikapel dari Fakultas Biologi UGM, Senin (9/1/2023).
Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc, inventor melon Hikapel dari Fakultas Biologi UGM, Senin (9/1/2023). Foto: dok. Humas UGM
Solo -

Berawal dari keluhan emak-emak sosialita soal berat dan besarnya melon yang tak praktis dibawa maupun dikonsumsi, peneliti Fakultas Biologi UGM pun tancap gas merakit kultivar melon baru. Hasilnya, lahirlah melon Hikapel yang menyerupai apel.

Inventor melon Hikapel, Prof Dr Budi Setiadi Daryono M Agr Sc, mengatakan kelahiran melon Hikapel itu berawal dari keluhan emak-emak perkumpulan sosialita di Jogja dan Jakarta.

Pada 2011, mereka ditawari produk hasil risetnya yaitu Melodi Gama 1, 2, dan 3 serta melon GMB dan Tacapa yang dirakit pada 2008-2010. Saat itu mereka mengeluhkan berat dan besarnya buah melon pada umumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ribet katanya, selain itu juga tidak habis sekali makan karena besar sehingga harus disimpan di kulkas yang juga memakan tempat," kata Budi saat Konferensi Pers di Fakultas Biologi UGM, Senin (9/10), dikutip dari rilis resmi UGM.

Sejak itu Budi dan tim tancap gas merakit kultivar melon baru. Singkat cerita pada 2012, bersamaan dengan lahirnya putra bungsu Budi yang bernama Fadhil Hikari Setiadi, yang biasa dipanggil Hika, jadilah buah melon Hikadi Apel.

ADVERTISEMENT

Tentang Melon Hikadi Apel

Seperti namanya, melon 'baru' ini menyerupai apel dengan ukuran handy. Hikapel yang dikembangkan dari hasil riset pendanaan RISPRO KPDP Kemenkeu tahun 2015-2017 ini pun sering disebut sebagai handy melon atau melon segenggaman tangan.

Melon ini beratnya hanya 300-800 gram per buah. Meski ukurannya relatif kecil, buah ini tetap manis dan harum seperti melon pada umumnya. Bedanya, daging melon ini berwarna oranye, tidak seperti melon biasa yang hijau.

"Melon Hikapel ini mengandung senyawa betakaroten yang cukup tinggi berguna bagi kesehatan mata, kaya antioksidan serta mengandung vitamin C dan beberapa mineral lainnya," ungkap Budi yang juga Dekan Fakultas Biologi UGM ini.

Kulit melon Hikapel memiliki gradasi warna dari krem hingga oranye. Gradasi warna itu menjadi penanda tingkat kematangan buah. Hikapel bisa dikonsumsi saat kulitnya sudah berwarna krem. Namun agar manisnya sempurna, carilah Hikapel yang kulitnya oranye.

Selain sarat gizi, masa tanam melon jenis ini juga relatif lebih cepat yakni 60 hari. Sedangkan masa tanam melon pada umumnya 90 hari.

"Melon Hikapel ini harga jualnya Rp 35.000 per kg di sekitar Jogja. Sedangkan melon pada umumnya Rp 10.000 per kg. Jadi nilai ekonominya cukup besar," ujar Budi.

Tentang terobosan terbaru Baby Melon di halaman selanjutnya.

Melon Hikapel banyak dijumpai di swalayan atau retail di Jogja, Jawa Tengah, dan Jabodetabek. Melon ini juga dikembangkan menjadi salah satu produk ekspor buah-buahan Indonesia.

Berkolaborasi dengan beberapa perusahaan nasional dan internasional, Budi dan tim memproduksi melon ini dalam skala besar untuk kebutuhan dalam dan luar negeri.

Mereka juga bekerja sama dengan mitra dalam pengembangan benih melon Hikapel. Sehingga benih melon ini juga siap dipasarkan sebagai benih unggul untuk menguatkan industri benih nasional.

Terobosan Baru, Baby Melon

Setelah era handy melon di Indonesia, pada 2021 diluncurkan lagi baby melon hikapel. Melon ini lebih kecil dan mudah dibawa. Melon seukuran apel ini hanya berbobot 250 gram per buah. Permukaan kulit baby melon hikapel juga mirip dengan apel yang halus.

"Ukuran buahnya mini, karakteristiknya sama dengan melon Hikapel. Dari segi rasa, baby melon Hikapel memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan aroma wangi yang khas," terang Budi.

"Varietas ini sudah tercatat dalam Daftar Umum PVT dan terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, ditanam dengan aman sehingga bebas dari senyawa ethrel dan pestisida," pungkasnya.

Sekitar 25 tahun fokus meneliti melon, Budi dan tim telah menghasilkan inovasi 17 produk, 16 di antaranya bisa dikonsumsi. Sedangkan satu produk melon lainnya, yakni gama melon parfum, yang dimanfaatkan untuk bahan baku parfum, sampo, dan lainnya.

Melon-melon hasil riset ini dibudidayakan di sejumlah tempat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yaitu Madurejo, Kalasan, dan Panggang.



Hide Ads