Penjelasan Kepala SD di Playen Gunungkidul soal Atap Ambruk Timpa Siswa

Penjelasan Kepala SD di Playen Gunungkidul soal Atap Ambruk Timpa Siswa

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Selasa, 08 Nov 2022 18:59 WIB
Atap SD Muhammadiyah Bogor, Playen, Gunungkidul, ambruk, Selasa (8/11/2022).
Atap SD Muhammadiyah Bogor, Playen, Gunungkidul, ambruk, Selasa (8/11/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Gunungkidul -

Pihak SD Muhammadiyah Bogor, Playen, Gunungkidul, angkat bicara soal atap ruangan yang ambruk dan menimpa 12 siswa saat kegiatan belajar Al-Qur'an pagi tadi. Begini penjelasan pihak SD.

"Untuk kejadian itu anak-anak kegiatan Tahsin Tahfidz hafalan pukul 07.30 WIB di ruang kelas, gedung moralitas," kata Kepala SD Muhammadiyah Bogor, Indah Haryani, kepada wartawan di RSUD Wonosari, Gunungkidul, Selasa (8/11/2022).

Tahsin adalah mempelajari Al-Qur'an dengan sesuai aturannya. Sedangkan Tahfidz adalah menghafal materi baru yang belum pernah dihafal. Sehingga, kata Indah, kegiatan tersebut tidak seperti kegiatan belajar mengajar (KBM).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di dalam tidak seperti waktu KBM karena Tahsin Tahfidz itu sesuai dengan pengelompokan suratnya (Al-Qur'an), jadi di surat itu sekitar 20 orang. Kalau yang lainnya di kelas yang lain atau di musala," ujarnya.

Dari jumlah murid tersebut, 12 di antaranya menjadi korban ambruknya atap bangunan SD tersebut. Menurutnya, dari 12 anak didiknya yang menjadi korban, 11 orang sudah kembali ke rumah masing-masing.

ADVERTISEMENT

"Untuk korban 11 murid kami sudah pulang semuanya, sehat dan kembali ke orang tua. Jadi 11 murid itu sudah aman, sudah kembali ke orang tua," ucapnya.

"Dan satu anak kami masih menjalani pengobatan, sudah mulai membaik. Kami minta doanya untuk kesembuhan anak kami agar bisa kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya," imbuh Indah.

Sedangkan terkait kelanjutan KBM pascakejadian tersebut, Indah mengaku telah membahasnya dengan pihak terkait. Menurutnya, saat ini yang terpenting adalah bagaimana penanganan psikis terhadap anak didiknya.

"Tadi kita sudah diskusi baik melalui yayasan kami atau dari Dinas Pendidikan bahwa kita istilahnya ada penenangan dulu dari anak-anak kami. Itu (soal KBM) nanti kami diskusikan ulang di ranah Komite dan POT, kalau sudah semuanya kolaborasi dan dirasa cukup siap untuk KBM itu juga kami lanjutkan KBM. Karena memang anak-anak butuh pembelajaran, tapi kita lihat dari sisi psikis anaknya," jelasnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Terkait masalah bangunan yang konstruksinya tidak sesuai, Indah menyebut hal itu bukan ranahnya. Meski begitu, pihak sekolah kooperatif memberikan keterangan kepada polisi terkait peristiwa atap ambruk.

"Kalau untuk bangunan biar nanti yang menjawab panitia pembangunan. Saya hanya di ranah KBM saja," imbuhnya.

Sebelumnya, polisi menyebut ada 12 siswa yang menjadi korban ambruknya atap ruang SD Muhammadiyah Bogor, Playen, Kabupaten Gunungkidul. Kondisinya 11 luka ringan dan satu dirawat di RS.

Secara detail, 10 korban sempat mendapatkan perawatan di Puskesmas Playen dan dua korban dirujuk ke RSUD Wonosari. Dari jumlah tersebut hanya satu yang masih menjalani perawatan di RSUD Wonosari.

"Dari 12 korban itu sebagian besar lecet akibat tertimpa serpihan genting di kepala. Yang serius itu karena bagian tubuh terkena reruntuhan dan saat ini masih perawatan, kalau lainnya (11 korban) sudah pulang," kata Kapolsek Playen AKP Hajar Wahyudi, Selasa (8/11).

Para korban tersebut, kata Hajar, saat kejadian tengah berada di satu ruangan yang digunakan untuk bimbingan hafalan Al-Qur'an. Atap ruang itu tiba-tiba ambruk, bersama dengan atap dua ruangan lainnya yang kebetulan sedang tidak dipakai untuk kegiatan belajar mengajar.

"Untuk masalah kelaikan bangunan masih dalam penyelidikan Kasat Reskrim (Polres Gunungkidul)," imbuhnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/ams)


Hide Ads