Minimnya peserta didik baru yang mendaftar SDN Bongsren, Pedukuhan Bongsren, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul membuat mantan dukuh setempat berinovasi memberi uang saku Rp 100 ribu bagi pendaftar. Kendati demikian, jumlah pendaftar di SDN Bongsren ternyata masih sangat sedikit.
Mantan Dukuh Bongsren, Kertorejo menjelaskan bahwa ide memberikan uang Rp 100 ribu kepada peserta didik baru yang mendaftar SDN Bongsren muncul untuk mempertahankan keberadaan SD tersebut. Mengingat jika tidak ada yang bersekolah di SDN Bongsren maka keberadaan SD itu akan terancam.
"Ya karena jiwa dukuh itu kan yang namanya masyarakat adalah anak. Walaupun sudah purna tugas, SD ini kan aset (pedukuhan), saya punya prinsip jangan sampai aset kita itu terlantar," katanya saat ditemui detikJateng di Bongsren, Kamis (16/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pemberian stimulus secara informal berupa uang saku Rp 100 ribu itu belum berlangsung lama. Selain memberikan stimulus tersebut, Mbah Kerto, sapaannya, juga kerap mendatangi rumah-rumah warga yang memiliki anak hendak masuk ke jenjang SD.
"Dengan upaya apa pun supaya nanti bisa kita lakukan ya secara informal memberikan stimulus. Kita bergerilya juga ke TK, rumah warga agar anak-anaknya mau masuk SD ke Bongsren," ujar Dukuh Bongsren periode 1994-2014.
Hasilnya, Mbah Kerto menilai saat ini sudah ada peningkatan jumlah peserta didik baru yang mendaftar di SDN Bongsren. Mbah Kerto pun merasa bersyukur usahanya ternyata tidak sia-sia.
"Kemarin pernah 4 orang yang daftar (ke SDN Bongsren), terus ada ini meningkat 10 orang dan saat ini (tahun ajaran 2022/2023) 8 orang," ucapnya.
Meski diakuinya, jumlah pendaftar di SDN Bongsren masih jauh dari target yang ditentukan. Pasalnya selama setahun dia menargetkan ada 20 anak yang mendaftar, jumlah itu sesuai kemampuannya dalam memberikan stimulus berupa uang tunai.
"Ini (pemberian uang Rp 100 ribu) baru berjalan 2 tahun dan targetnya selama 6 tahun, untuk target saya setahun 20 anak. Ini juga bisa saja diperpanjang kalau saya masih diberi umur panjang," ucapnya disusul senyum.
Asal uang
Menyoal dari mana asal uang yang diberikan, Mbah Kerto mengaku berasal dari uang pribadi. "Iya uang sendiri," katanya.
Ketika ditanya apakah tidak rugi memberikan uang secara cuma-cuma, dia mengaku sama sekali tidak rugi atau terbebani. Pasalnya, dengan memberikan uang tersebut malah rezekinya semakin deras.
"Pangestune (mohon doanya), alhamdulillah dengan seperti itu (menyediakan uang Rp 100 ribu untuk 20 anak yang mau mendaftar SDN Bongsren) malah ada saja rezekinya," ujarnya.
Terkait masih minimnya pendaftar di SDN Bongsren tahun ini meski ada stimulus Rp 100 ribu tersebut, Mbah Kerto mengaku karena banyak sekolah lain di sekitar SD tersebut. Apalagi, saat ini pola pikir orang tua banyak mencari sekolah dengan mutu atau fasilitas yang terbaik untuk anaknya
"Kan sekolah itu bisnis, bisnis itu dagangan. Sehingga orang dengan pola pikir maju kan sekolah itu butuh mutu yang bagus, kalau yang awam kan penting sekolah saja," ucapnya.
![]() |
Tanggapan warga
Sementara itu, tokoh masyarakat Pedukuhan Bongsren, Dalyanto menjelaskan bahwa warga tidak keberatan dengan upaya dari Mbah Kerto. Warga pun tidak ada yang memaksa Mbah Kerto melakukan hal tersebut.
"Itu kemauan dari masyarakat yaitu mantan dukuh. Jadi biar ada yang mau sekolah di sini (SDN Bongsren), lalu mengeluarkan uang dengan ikhlas panggilan jiwa mungkin, tidak ada yang memaksa dan sudah berlangsung 2 tahun terakhir ini," katanya.
Menurutnya, uang Rp 100 ribu itu diberikan kepada peserta didik setelah mendaftar di SDN Bongsren.
"Teknisnya daftar dulu lalu anaknya disangoni (diberi uang Rp 100 ribu) untuk jajan, istilahnya seperti itu. Dan memang dicoba jadi dapat 10 orang (pendaftar) dan ini dapat 8. Ini ada peningkatan lho, dulu hanya 4, 5, 6 orang saja (yang mendaftar)," ujarnya.
Terkait belum maksimalnya upaya tersebut, dia mengaku karena banyak sekolah lain di sekitar SDN Bongsren. Apalagi di SD tersebut pernah ada kasus yang menjerat salah satu gurunya pada tahun 2015, namun hal itu lambat laun sudah mulai hilang.
"Kemampuan wilayah memengaruhi, dan banyak sekolah di sini jadi banyak pilihan dan sekolah unggulan. Jadi begitulah perkembangannya, hingga ada kasus itu (asusila tahun 2015) tapi sekarang gurunya sudah perempuan semua," katanya.
"Memang kita sudah antisipasi yang jelek-jelek dengan mengedukasi masyarakat ke hal-hal positif. Baik gurunya, pelajarannya, struktur pendidikannya. Ya memang fasilitas di sini kurang, kalah dengan beberapa SD, karena itu kita tetap meyakinkan masyarakat kalau di sini tidak kalah sama lainnya," lanjut Dalyanto.
Tak hanya itu, Dalyanto juga kerap mendatangi orang tua untuk memasukkan anaknya ke pendidikan anak usia dini (PAUD). Hal tersebut agar selanjutnya orang tua anak memasukkan anaknya ke jenjang TK hingga akhirnya melanjutkan ke pendidikan ke SDN Bongsren.
"Selain itu mulai kemarin sudah semua orang tua yang punya anak didik dari PAUD diminta masuk PAUD lalu nanti diarahkan masuk TK dekat SDN Bongsren dan ending-nya (akhirnya) masuk ke SD sini," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, SDN Bongsren di Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Bantul hanya mendapatkan 8 siswa pada PPDB tahun ini. SD ini selalu kekurangan murid sejak beberapa tahun terakhir.
Secara rinci, total siswa di SDN Bongsren saat ini mencapai 38 orang. Jumlah itu terdiri dari siswa kelas 1 sebanyak 10 anak, kelas 2 sejumlah 4 anak, kelas 3 sebanyak 4 anak, kelas 4 sebanyak 9 anak, kelas 5 sebanyak 5 siswa dan kelas 6 yang saat ini lulus sebanyak 5 anak.
Berbagai upaya dilakukan pihak sekolah, dinas pendidikan dan masyarakat untuk mempromosikan SDN Bongsren. Karena jika sampai tidak memiliki murid, maka SD ini bakal ditutup.
Baca juga: Tahap dan Jadwal PPDB SMA-SMK Jogja 2022 |
(rih/aku)