.webp)
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul menyebut ada 88 ekor sapi yang bergejala penyakit mulut dan kuku (PMK) di daerahnya. Meski demikian, Pemkab Bantul memilih tidak menutup pasar hewan.
"Hingga saat ini ada 88 sapi yang bergejala PMK di Bantul," kata Kepala DKPP Bantul Joko Waluyo saat dihubungi detikJateng, Kamis (2/6/2022).
Joko mengatakan, sapi yang bergejala PMK itu paling banyak di Kapanewon Pleret. Untuk diketahui, Pleret dikenal sebagai sentra penyembelihan sapi dan kambing. DKPP Bantul pun mengerahkan tim untuk memantau sekaligus mengobati sapi-sapi itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan tidak akan menutup pasar hewan. "Pasar hewan tetap buka. Pasar-pasar hewan yang ditutup itu di luar Bantul. Bantul sangat berpihak kepada konsumen daging sapi," kata Halim, hari ini/
"Perkara ada PMK, Bantul lebih memilih untuk melakukan disinfeksi, pantauan, dan pemeriksaan sapi daripada menutup pasar hewan," lanjut Halim.
Soal mogoknya Paguyuban Pedagang Daging Sapi (PPDS) di Kalurahan Segoroyoso, Pleret, Bantul, Halim mengatakan hal itu karena imbas dari tutupnya pasar-pasar hewan di luar Bantul.
"Saya kira protes itu tidak dialamatkan kepada Bupati Bantul, karena kita tidak menutup pasar," ujarnya.
Meski tidak ada penutupan pasar hewan di Bantul, jumlah pedagangnya dilaporkan menurun. Hal itu disampaikan Kepala Bidang Sarana Perdagangan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Bantul Arum Bidayati.
"Di pasar hewan Imogiri Bantul itu sekarang pedagangnya turun sekitar 25 persen. Di Bantul belum menutup (pasar hewan). Bisa dikendalikan, kami koordinasikan dengan Dinas Ketahanan pangan dan Pertanian," kata Arum.
(dil/ahr)
