Ribuan warga Kabupaten Brebes mendeklarasikan damai dan secara tegas menolak anarkisme di dua titik, yakni kompleks Kantor Pemerintahan Terpadu (KPT) dan halaman gedung Islamic Center Brebes. Warga melakukan deklarasi tersebut lantaran menginginkan Brebes damai.
Dalam rilis yang diterima detikJateng pada Senin (1/9/2025), dijelaskan deklarasi tersebut berlangsung hari ini. Adapun yang terlibat dalam deklarasi itu adalah Aliansi Warga Brebes yang terdiri dari berbagai elemen warga lokal seperti Pemuda Pancasila, Banser, tokoh masyarakat, dan komunitas pemuda.
Dijelaskan pula deklarasi tersebut merupakan inisiatif warga, bukan melalui undangan resmi maupun mobilisasi politik. Deklarasi itu dinyatakan ribuan warga atas dasar keresahan kolektif pascakerusuhan 30 Agustus 2025.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerusuhan tersebut dinilai mengguncang stabilitas lokal dan memicu kekhawatiran akan infiltrasi kekerasan dalam ruang sipil. Para warga datang dengan tujuan agar Brebes tidak menjadi tempat konflik. Mereka menginginkan Brebes menjadi tempat yang tenang dan diwarnai persatuan.
Koordinator aksi, Budi Raharjo, menegaskan mereka tegas menolak aksi anarkis. Dia juga menegaskan pelaku kerusuhan bukan bagian dari warga.
"Mereka yang merusak fasilitas umum itu bukan warga Brebes. Karena warga Brebes sendiri menginginkan Brebes damai, tidak ada tindakan anarkis, dan tidak ada perusakan fasilitas umum yang dibangun dari uang pajak," kata Budi Raharjo.
Hal senada juga disampaikan Akhmad Supendi dari Kelurahan Limbangan Kulon. Dia menyebutkan aksi rusuh tanpa tujuan jelas itu merusak fasilitas publik yang menjadi hak bersama.
"Kalau mereka merusak, berarti merusak masyarakat juga. Saya anti anarkis. Saya siap melawan tindakan anarkis," tegasnya.
Sementara itu dekDia menjelaskan, gerakan tersebut merupakan wujud kesadaran masyarakat akan pentingya menjaga ruang hidup bersama.
"Hari ini masyarakat sendiri yang berkumpul dan ingin menemui saya. Mereka ikut prihatin, mereka mengungkapkan keresahan. Warga Brebes menginginkan kedamaian dan persatuan," ujar Paramitha.
Dandim 0713/Brebes, Letkol Inf Sapto Broto, mendukung penuh inisiatif para warga. Dia pun mengingatkan tentang pentingnya menjaga Brebes tetap kondusif.
"Kita samakan persepsi untuk bersama-sama menjaga kondusifitas. Kalau bukan kita yang menjaga Brebes, lalu siapa lagi?" tegas Sapto Broto.
Selanjutnya, Kapolres Brebes, AKBP Lilik Ardhiansyah, menilai gerakan tersebut adalah wujud nyata kesadaran masyarakat soal keamanan menjadi tanggung jawab kolektif, bukan hanya menjadi tugas aparat.
"Kalau kita kompak, Forkompinda lengkap bisa kompak, dari atas sampai bawah bisa kompak. Maka, Brebes aman dengan kita yang kompak," ujarnya.
Di tengah dinamika sosial saat ini, warga Brebes memilih jalur damai. Tidak hanya menolak anarkisme, mereka turun membangun struktur sosial baru yang berbasis partisipasi, empati, dan tanggung jawab kolektif.
Gerakan tersebut mencerminkan ketenangan terwujud berkat hasil dari keberanian sipil dan solidaritas. Dengan demikian, warga Brebes membangun ketahanan dari akar rumput, tidak menunggu solusi dari atas. Mereka pun menyampaikan pesan Brebes antianarkis dan Brebes damai.
(dil/apu)