Di Desa Keposong, Kecamatan Tamansari, Boyolali terdapat sebuah peternakan dan perkebunan terintegrasi (integrated farming) yang dikelola penyandang disabilitas. Ada kambing, ayam, lebah, selada hingga alpukat yang dikembangkan di tempat tersebut.
Peternakan dan perkebunan ini bernama Pandawa Patra yang merupakan komunitas binaan Pertamina Patra Niaga. Pandawa Patra sendiri telah berdiri sejak 2018 lalu dan saat ini beranggotakan 30 anggota disabilitas maupun nondisabilitas.
Haryono, pendamping komunitas difabel Pandawa Patra menyampaikan keberadaan integrated farming ini cukup membantu masyarakat sekitar, terutama kaum disabilitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tahun 2018 berdiri dan 2021 dari Pertamina datang, kemudian 2022 kita di-support oleh Pertamina. Kaum disabilitas sendiri kan secara ekonomi dimarginalkan, kalau sakit nggak ada yang bantu. Akhirnya saya bantu pekerjakan di sini," kata Haryono saat ditemui di lokasi, Senin (28/7/2025).
Hasil peternakan dan perkebunan di Pandawa Patra pun cukup maksimal. Hasil panen tersebut banyak disetorkan ke distributor di Solo.
"Kalau hasil hidroponik kita setorkan ke Solo, biasanya untuk restoran. Dari reseller itu datang sendiri ke sini untuk panen. Kalau perawatannya dari kita," ujarnya.
Haryono menambahkan, kaum disabilitas yang dipekerjakan juga diberi upah berdasarkan waktu mereka bekerja.
"Kita anggota tidak terbatas umur. Satu hari bekerja itu 8 jam dan upah per hatinya Rp 100 ribu. Nah upahnya diberikan tiap minggu nanti ditotal berapa jamnya," tutur Haryono.
Adapun Fuel Terminal Manager Pertamina Boyolali, Yulesia Pasalbessy, menyebut kehadiran Pandawa Patra sebagai bentuk pendampingan dan sharing ilmu kaum difabel untuk upgrade kemampuan pertanian modern.
"Salah satu sekolah tani rakyat khusus teman-teman penyandang disabilitas. Nggak cuma hidroponik tapi ada pembibitan, juga peternakan dan biogas. Bentuk bantuannya berupa dari anggaran selain itu ada pendampingan dan sharing ilmu juga dari expert untuk upgrade skill terkait pertanian modern maupun di peternakan, termasuk infrastruktur," kata Yulesia.
"Kita ada tim khusus khususnya di Boyolali. Bukan hanya ketahanan pangan di Solo Raya tapi juga pemberdayaan masyarakat," lanjutnya.
Salah satu penyandang disabilitas tunanetra, Bagas yang diwakili sang ibu, Martuti menyampaikan kesannya menjadi salah satu bagian Pandawa Patra. Bagas sendiri sudah bergabung sejak 2022 silam.
"Kita gabung di dini punya teman banyak dan pengalaman kita bisa tanam menanam dalam sistem hidroponik dan cara merawat tanaman dan hewan juga. Di sini kita melihara kambing," ujar Martuti.
"Alasanya memutuskan gabung karena di sini tempat berkumpul teman-teman disabilitas. Karena di masyarakat umum biasanya belum bisa menerima sedangkan di sini bisa mengayomi dan ajak bersama-sama," pungkasnya.
(apl/aku)