Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), salah satu universitas swasta yang masuk kategori terbaik di Indonesia. Kampus ini ternyata berawal dari sebuah kursus komputer dan berkembang menjadi kampus dengan ini kreatif yang bahkan berhasil memadukan budaya dan teknologi.
Berawal tahun 1986, berdirilah lembaga kursus komputer bernama IMKA yang ternyata berkembang tidak hanya di Kota Semarang tapi juga ke Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bandung dan Jakarta. IMKA juga ditunjuk sebagai Ketua Subkonsorsium Komputer, Pengawas dan Penguji Ujian Nasional Pendidikan Komputer.
Kemudian 30 September 1993, IMKA meraih akreditasi dari NCC (The National Computing Centre) London yang artinya mempunyai kewenangan untuk mengajar dan menerbitkan International Certificate. Yayasan Dian Nuswantoro pun didirikan oleh ahli komputer IMKA dan para ilmuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menjadi Universitas , Yayasan Dian Nuswantoro menyelenggarakan Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Dian Nuswantoro yang dikenal dengan nama AMIK Dian Nuswantoro, kemudian AMIK Dian Nuswantoro secara berubah menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Dian Nuswantoro.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Dian Nuswantoro juga dibentuk pada tahun 1999, kemudian ada Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Dian Nuswantoro untuk menghadapi persaingan global, selanjutnya Sekolah Tinggi Kesehatan (STKES) Lintang Nuswantoro.
Pada tahun akademik 2001/2002 keempat perguruan tinggi yang berada di bawah Yayasan Dian Nuswantoro dan Yayasan Lintang Nuswantoro yaitu STMIK-STIE-STBA Dian Nuswantoro dan STKES Lintang Nuswantoro digabung menjadi Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasional Indonesia No. 169/D/O/2001 tanggal 30 Agustus 2001.
"Udinus berawal dari sebuah kursus komputer dan berkembang menjadi universitas dengan berbagai bidang ilmu. Membawa semangat Prof Edi Noersasongko, Rektor terdahulu yang saat ini menjabat sebagai Ketua Senat, sejak awal Udinus memiliki komitmen untuk selalu berinovasi dalam bidang teknologi sekaligus menjaga nilai-nilai budaya," kata Rektor Udinus, Prof. Dr. Pulung Nurtantio Andono, S.T., M.Kom., Sabtu (19/7/2025).
Berbagai inovasi kreatif berbasis teknologi sesudah tercipta banyak antara lain Becak Listrik Kampus Udinus (Becik-KU) yaitu becak listrik diciptakan oleh dosen dan mahasiswa dari Fakultas Teknik, becak ini bekerja secara otonom dan bisa dioperasikan tanpa dikendalikan oleh supir melalui kamera yang mampu mendeteksi jalan. Kendaraan ini juga disiapkan untuk berkeliling destinasi wisata dan bisa menjelaskan bagian sejarah di tempat yang dilewati lewat layar yang ada di bagian depan.
Ada juga Robot Catur Kampus Udinus (Roca-KU) karya mahasiswa yang tergabung dalam Dinus Robotic Club (DRC). Robot ini memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) dalam permainan caturnya. Roca-Ku pernah diuji berhadapan Grand Master Catur yang menempati peringkat 4 nasional, Novendra Priasmoro dan menang dua kali berturut-turut. Kemudian pernah mengalahkan dua International Master (IM) Catur peringkat 12 nasional Farid, dan peringkat 41 nasional Ivan Situru secara bersamaan.
Tak hanya soal teknologi, UDINUS juga berupaya teknologi tidak menggerus kebudayaan. Munculah inovasi e-Gamelanku, Robot Gamelan Sekar Nuswantoro, dan film Animasi 'Si Warik'.
"Sekarang saatnya saya sebagai Rektor Udinus melanjutkan semangat itu dengan mewujudkan inovasi nyata seperti robot gamelan. Dimana kami memadukan kearifan lokal dengan teknologi modern agar budaya kita tetap lestari dan relevan di era digital. Latar belakang inovasi ini berangkat dari kesadaran bahwa teknologi seharusnya tidak menjauhkan kita dari akar budaya, melainkan menjadi jembatan untuk mengenalkan budaya Indonesia ke generasi muda maupun masyarakat global. Dengan cara ini, nilai-nilai budaya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang mengikuti zaman," ujar Pulung.
Inovasi e-Gamelanku merupakan gamelan digital portable di iPad dan Android, yang saat ini sudah bisa dikolaborasikan dengan Virtual Reality (VR) menjadi Gamelan Metaverse. Siapa saja bisa bermain gamelan dari mana saja dan bertemu di dunia digital menggunakan gadget Oculus.
"Dengan Gamelan Metaverse, satu sanggar pun bisa memainkan alat musik gamelan tanpa perlu bertemu secara langsung. Kami terus mendorong inovasi serupa yang menggabungkan teknologi dengan kekayaan budaya, baik melalui penelitian, pengembangan produk kreatif, maupun kolaborasi dengan industri kreatif dan pemerintah. Harapannya, Udinus bisa menjadi pionir dalam menciptakan teknologi yang tidak hanya canggih, tetapi juga mengakar pada identitas bangsa," tegasnya.
Bahkan tahun 2022 lalu e-Gamelanku unjuk gigi di festival bertajuk 'Dance Music of The World' di grand auditorium United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Paris berkolaborasi dengan Tari Bedoyo dan Jurit Nuswantoro.
"Udinus ingin berkontribusi terhadap diplomasi budaya Indonesia. Dengan membawa gamelan dalam format digital ke panggung internasional, kami berharap dunia semakin mengenal kekayaan seni Indonesia. Jadi, E-Gamelanku bukan hanya sarana edukasi untuk generasi muda, tetapi juga media untuk mempromosikan identitas budaya bangsa di kancah global," tegasnya.
Dengan berbagai prestasi dan inovasi, UDINUS juga berkali-kali mendapatkan peringkat dalam prangkingan Perguruan Tinggi Swasta se-Jateng maupun Nasional. Dalam perangkingan Scimago Institutions Rankings (SIR), Udinus sejak tahun 2021 hingga 2025 berada di peringkat 1 di Jateng dan masuk 10 besar secara Nasional dengan kategori Computer Science. Di UniRank dan Webometric pun selalu masuk lima besar di Jateng dan nasional selalu masuk Top 100 nasional. Bahkan tahun ini masuk dalam pemeringkatan QS World University Rankings (WUR): Asia 2025.
"Kami berharap generasi muda, khususnya mahasiswa Udinus, memiliki keberanian untuk bermimpi besar, berinovasi, dan siap beradaptasi dengan perubahan zaman. Saat ini, dunia bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. Karena itu, kami ingin mahasiswa tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta solusi yang memberikan dampak positif," kata Pulung.
Udinus juga memungkinkan mahasiswa yang sibuk berkarir tetap bisa menimba ilmu dengan memanfaatkan teknologi daring, contohnya kelas khusus untuk atlet. Banyak atlet yang memanfaatkan itu antara lain ada pesepakbola, Arhan Pratama, Irfan Jauhari, Ernando Ari, kemudian cabor lain misalnya voly ada Megawati Hangestri Pertiwi dan Arneta Putri.
"Udinus berkomitmen memberikan dukungan melalui fasilitas, ekosistem kreatif, dan jaringan luas agar ide-ide mahasiswa bisa terwujud. Dengan semangat ini, kami percaya generasi muda Indonesia mampu menjadi agen perubahan dan membawa nama bangsa ke tingkat nasional hingga internasional," tegas Pulung.
Prestasi - prestasi ditorehkan baik oleh dosen atau ataupun mahasiswa salah satunya UKM Dinus Robotik Club (DRC) berikan 'Solusi Terintegrasi LoRa untuk Monitoring BBM Alat Berat di Industri Pertambangan' dengan model business-to-business (B2B) yang berhasil meraih Juara 1 di Kategori Creative and Business pada ajang International Robosport Tournament FIRA Indonesia Open 2025.
Bahkan sempat ada "prestasi" unik dari mahasiswa Ilmu Komputer Prodi Animasi D-4, Sultan Gustaf Al Ghozali yang kemudian dikenal dengan Ghozali Everyday. Dia sukses menjual swafotonya sejak 2017 dengan pose yang sama hingga 2023 lewat format NFT dan disebut meraup miliaran rupiah. Dia mengakhiri fotonya saat wisuda tahun 2023 lalu. Udinus sendiri tidak pelit memberikan apresiasi kepada para mahasiswa yang berprestasi, terutama untuk melanjutkan jenjang pendidikan mereka.
"Kami mendorong mereka untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, berani mengambil langkah baru dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya. Jangan takut untuk berinovasi, meskipun harus keluar dari zona nyaman," kata Pulung.
(afn/afn)