Agen perbankan menjadi perpanjangan tangan dan memiliki peran penting untuk membantu warga di pelosok hingga terluar pulau. Seperti warga Desa Parang Kecamatan Karimunjawa tetap bisa melakukan transaksi secara daring meskipun terkadang terkendala dengan sinyal.
Desa Parang berada di Pulau Parang. Pulau Parang tersendiri dengan Pulau Karimunjawa. Jika ditempuh dari Kota Jepara harus menempuh perjalanan menggunakan kapal. Dari Kota Jepara atau pelabuhan Kartini bisa menggunakan transportasi kapal menuju Pulau Karimunjawa selama dua jam hingga enam jam.
Setelah menempuh perjalanan 2 jam baru tiba di Pulau Karimunjawa. Dari Karimunjawa harus kembali naik kapal. Sementara untuk menuju ke Pulau Parang harus menggunakan transportasi kapal nelayan selama dua jam lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Parang Ali Safaat mengaku telah bertahun-tahun menjadi perpanjangan tangan salah satu bank milik BUMN. Menurutnya agen perbankan sangat membantu bagi masyarakat yang ada di daerah terpencil.
"Ya sangat bermanfaat sekali bagi masyarakat di sini (Pulau Parang), karena hanya ada satu agen BRILink satu saja di tempat saya," kata Ali dihubungi detikJateng lewat sambungan telepon, Minggu (7/4/2024).
Ali mengatakan sejak tahun 2006 silam ikut membantu bank milik negara di Karimunjawa. Terutama di Desa Parang. Awalnya dia hanya membantu warga Parang yang mencari pinjaman modal. Namun lamban laun, dia menjadi agen bank di Parang.
"Saya itu sejak tahun 2006 itu sudah ikut membantu BRI di Karimunjawa, khususnya di Parang. Dulu buat singgah, istilahnya ingin ngasih pinjaman, karakternya seperti apa pertimbangan (jika ada orang yang minjam) di sana (Pulau Parang) Terus akhirnya menjadi agen perbankan," terangnya.
Menurutnya banyak warga yang memanfaatkan melalui agen bank di desa-desa. Mulai transaksi gaji pegawai hingga membayar kuliah.
"Dulu banyak pegawai-pegawai yang ambil di BRI, kalau di sini penarikan sama transfer, satu dua ada yang bayar utang, ada yang bayar kuliah," jelas Ali yang kesehariannya juga sebagai perangkat Desa Parang.
Menurutnya warga yang melakukan transaksi di agen miliknya tidak pasti. Terkadang sehari sekali bahkan tiga hari tidak ada sama sekali. Jika ramai sehari bisa lima kali transaksi.
"Kalau di sini kadang tidak ada sama sekali. Tiga hari pernah tidak ada sama sekali, hari tertentu waktu gaji kadang sehari 5 orang," ujarnya.
Sekali transaksi, Ali mengaku bisa membantu transaksi Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Sedangkan sekali transaksi, Ali menarik biaya Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu. Tergantung besaran nominal yang dikirim melalui agen banknya.
"Pas ngambil kadang ada Rp 50 juta, rata-rata palingan hanya Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Ada keuntungan, kalau saya transaksi Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu kena Rp 5 juta, Rp 1 juta sampai Rp 2 juta itu Rp 10 ribu, kalau yang mengambil uang mereka kadang ada yang kasih kadang ya matur nuwun," jelasnya.
Ali menambahkan kerjaannya itu membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu dia membuka usaha sebagai penampungan paket di Parang.
"Jualan ATK, jualan sekarang penampungan paket, pos semuanya, terus kesehariannya pulang dari kantor desa," terangnya.
Kepala Desa Parang, Muh Zaenal Arifin mengatakan di desanya yang terbilang pelosok dan terpencil sudah ada agen bank. Meski demikian dia mengaku terkendala dengan jaringan internet yang kurang bagus. Di berharap agak ada perhatian dari pemerintah daerah bahkan pemerintah pusat.
"Ada agen bank di sini, tapi memang sinyalnya kurang baik," harap Zaenal dihubungi lewat sambungan telepon.
Sementara itu dari data BRI Regional Office Semarang mencatat ada 44.098 agen BRIlink di wilayahnya. Lalu juga ada merchant QRIS sebanyak 115.114 tersebar di wilayah Kota Kabupaten di Jawa Tengah.
(apl/aku)