Usaha bandeng presto di Desa Dukuhtalit, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, sudah ada sejak 1999. Kini bandeng presto rumahan itu menjadi buruan menjelang Lebaran.
Salah satu pemilik usaha bandeng presto adalah Sri Sufaati (66) warga Dukuhtalit RT 2 RW 1, Kecamatan Juwana. Saat detikJateng berkunjung, Sufaati tengah sibuk melayani pembeli.
Dia dibantu delapan pekerja, mulai dari bagian memasak hingga bagian melayani pembeli. Ada pembeli yang datang langsung, ada juga yang pesan untuk dikirim ke luar kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha Sejak Krismon
Sufaati memulai usaha bandeng presto sejak 1999, saat Indonesia tengah dilanda krisis moneter.
"Awalnya merintis sendiri, tidak ada dari keturunan. Awalnya jualan di pasar, terus habis krisis moneiter pertama jualan di pasar sepi, terus mencoba membuat presto," kata Sufaati saat ditemui detikJateng, Jumat (5/4/2024).
Berkat ketelatenan dan kesabaran, usaha Sufaati terus berkembang. "Awalnya cuma itu panci kecil saja. Terus disyukuri, disabari, semakin lama semakin berkembang," ungkapnya.
Kini dia memproduksi dua kuintal bandeng presto per hari. Jika ada pesanan, produksinya bisa dua kali lipat.
"Seperti kemarin ada pesanan dari Ponpes Sarang, itu 10 ribu bandeng," ujarnya.
Klaim Tanpa Pengawet
Sufaati mengklaim bandeng presto buatannya tidak menggunakan bahan pengawet. Sufaati memilih bandeng segar untuk menjaga kualitas.
"Cari bandeng segar di pasar, ciri-cirinya bandeng segar matanya masih bening, bandeng dipegang masih keras. Kalau bandeng mata merah, dipegang lembek, itu bandeng sudah tidak segar," ungkap dia.
Bandeng yang telah dibersihkan lalu dimasak di dalam panci presto selama sekitar 1 jam.
"Terus kompor dinyalakan, setengah jam setengah masakan itu ditekanan panas di dandang dikeluarkan sekitar 3 menit, terus ditutup lagi, api dinyalakan lagi ditambah setengah jam lagi itu sudah matang," kata Sufaati.
Setelah dimasak di dalam dandang selama sejam, bandeng presto siap digoreng dan disajikan.
"Saya produksi tidak pakai pengawet, jadi bandeng bisa bertahan dua hari di luar freezer, kalau 2 hari masih dimasukkan kulkas 2 minggu sampai sebulan, itu di keluar sampai lembek digoreng lagi, karena tidak memakai pengawet semua," dia melanjutkan.
Harga bandeng presto Sufaati mulai Rp 14 ribu sampai Rp 30 ribu per kotak dengan isi dua bandeng presto, tergantung ukurannya.
Bertahan Berkat KUR
Sufaati mengatakan usahanya tidak selalu berjalan mulus. Dia sempat dihantam pandemi COVID-19 pada 2020. Pembelinya menurun.
Sufaati sempat mengajukan kredit usaha rakyat atau KUR di bank milik BUMN. Dia meminjam uang Rp 100 juta untuk modal. Usahanya itu pun bisa melewati pandemi dan bertahan sampai sekarang.
"Kalau KUR baru saja, tahun 2020. Saya ambil KUR BRI Rp 100 juta, ya untuk tambahan modal," terang Sufaati.
Diwawancarai terpisah, Kepala BRI Unit Juwana Erwin Baharudin mengatakan usaha bandeng presto milik Sufaati menjadi salah satu UMKM binaan BRI Unit Juwana.
"Bandeng presto milik Bu Sufaat menjadi nasabah kami. Bandeng presto buatan Bu Sufaat menjadi salah satu bandeng presto legendaris di Juwana," kata Erwin.
(aku/dil)