Jurus Ganjar Pranowo Ratakan Pembagian Pupuk Subsidi

Jurus Ganjar Pranowo Ratakan Pembagian Pupuk Subsidi

Yudistira Perdana Imandiar - detikJateng
Kamis, 06 Apr 2023 19:02 WIB
Ganjar Pranowo
Foto: dok. Pemprov Jateng
Jakarta -

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berupaya menciptakan tata kelola pertanian yang baik sehingga menguntungkan petani dan masyarakat. Salah satu caranya dengan memanfaatkan program Kartu Tani yang diinisiasi Ganjar sejak tahun 2015.

Selain untuk memberikan pupuk bersubsidi kepada petani membutuhkan, Kartu Tani sejatinya punya manfaat ganda. Ganjar menerangkan hal terpenting yang bisa diambil dari Kartu Tani adalah data.

"Kartu Tani itu mendata petani. Siapa, di mana, berapa, tanam apa, kapan, itu mesti kita ketahui. Kalau itu masuk maka sebenarnya ini bagian dari perintah Presiden satu data Indonesia berkaitan dengan petani," jelas Ganjar dalam keterangan tertulis, Kamis (6/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ganjar menjelaskan data tersebut sejatinya bisa diolah dan dijadikan bahan ilmiah untuk meningkatkan produktivitas petani, memenuhi kebutuhan petani, hingga memproyeksikan kebutuhan pangan masyarakat. Melalui data yang tersedia di Kartu Tani, Ganjar mengatakan Pemprov Jateng bisa mengontrol distribusi dan penerimaan subsidi pupuk ke petani. Jka pupuk subsidi kurang dari kuota, pemerintah dan pihak terkait langsung bisa mengambil tindakan untuk mempertahankan produktivitas petani.

"Kalau kemudian itu masih kurang, bagaimana cara kita memenuhinya. Bagaimana kemudian peran penyuluh. pada dinas terlibat semuanya, mereka yang pemangku kepentingan pertanian bisa membantu petani sehingga produktivitas kita tinggi," tutur Mantan Anggota DPR RI itu.

ADVERTISEMENT

Dengan data yang didapatkan dari Kartu Tani, Pemprov Jateng juga bisa berkoordinasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Sehingga, daya beli meningkat dan kebutuhan beras masyarakat terpenuhi.

"Dan jangan ada lagi kita berkelahi pada soal kita perlu impor, tidak perlu impor, cukup tidak cukup, tapi mulai kita proyeksikan ya kalau beras umpama 5,7 sampai 5,9 ton per hektare, bikin dong dengan data ini kita tahu siapa orangnya, tempatnya ada di mana, kapasitas seperti apa. Bikin 8 ton mereka (petani)," urai Ganjar.

Ganjar mengatakan pihaknya bisa melihat mengurangi keterlibatan orang ketiga atau middleman yang kerap membuat harga komoditas pertanian tinggi di pasaran. Sejauh ini, Ganjar menyebut middleman bisa dikurangi berkat data Kartu Tani dan pemantauan harga komoditas pangan.

"Barangkali kita bisa melihat perilaku pembeli karena kalau mereka jual itu kan pembelinya waktu diteliti dulu ada 8 middle man, terus dikurangi sampai dengan bisa 6, ada berapa bisa 4 kali," sambung Ganjar.

Ganjar menekankan pentingnya data science yang terkumpul melalui Kartu Tani. Ia menyatakan bakal terus berupaya menciptakan tata kelola pertanian yang baik untuk mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan.

"Sehingga ke depan proyeksi ketahanan pangan, kedaulatan pangan bisa kita hitung. Sehingga data dulu, kemudian soal pupuk bisa dilakukan, proyeksi produksi bisa dilakukan, off takernya nanti siapa," cetus Ganjar.

Ganjar berharap upaya itu tetap membuat Jateng menjadi lumbung padi nasional. Di samping padi, Jateng kini juga sedang menggenjot produksi jagung dan kedelai sebagai bahan pangan alternatif

"Pada saat itulah kemudian kita bisa tahu beras kita itu kelilingnya kemana. Ini baru beras, belum jagung, belum kedelai. Pajale yang menjadi prioritas saja kalau kita genjot bisa memenuhi target pangan nasional itu. Jadi sebenarnya banyak sekali manfaatnya, ini baru kecil saja," terang Ganjar.

Sebagai informasi, program Kartu Tani memiliki andil dalam menjadikan Jateng sebagai Provinsi dengan produksi padi terbesar di Indonesia pada 2019. Produksi padi Jateng saat itu mencapai 9.655.653 ton gabah kering giling (GKG). Jumlah tersebut, setara dengan produksi 5.539.448 ton beras.




(prf/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads