Genjot Produksi Padi Daerah, Ganjar Ingin Benih Beras Srinuk Diedarkan

Genjot Produksi Padi Daerah, Ganjar Ingin Benih Beras Srinuk Diedarkan

Inkana Putri - detikJateng
Selasa, 14 Feb 2023 11:41 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berencana mengedarkan benih beras Rojolele Srinuk dalam rangka meningkatkan produksi padi daerah.
Foto: Dok. Istimewa
Jakarta -

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berencana mengedarkan benih beras Rojolele Srinuk dalam rangka meningkatkan produksi padi daerah. Adapun beras Rojolele Srinuk dikenal sebagai produk pangan unggulan asal Klaten yang berkualitas dan premium.

"Jadi benih Srinuk yang bagus itu segera diedarkan. Kalau itu masuk dalam kategori yang unggul dan menarik, kenapa tidak untuk kita pakai," kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Selasa (14/2/2023).

Hal ini ia sampaikan usai memimpin Rapat Koordinasi Evaluasi Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng, Kabupaten Semarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ganjar menjelaskan beras Rojolele Srinuk telah dikembangkan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) sehingga masa panen komoditasnya cenderung singkat dan tahan penyakit. Selain tergolong beras premium, Rojolele Srinuk juga memiliki keunggulan rasa dan tekstur yang pulen.

Rojolele Srinuk juga mendapatkan SK pelepasan dari Kementerian Pertanian dengan nomor 481/HK.540/C/10/2019. Merk ini juga telah mendapat Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPT) Kementan Nomor 00551/PPVT/S/2022.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, Ganjar menambahkan saat ini penting bagi Indonesia untuk memiliki benih unggul sendiri. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas padi daerah. Oleh karena itu, dirinya mendorong Kementan dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk bekerja sama menciptakan benih padi yang unggul.

"Kita coba dorong umpama ada banyak lembaga riset yang ada di Kementerian Pertanian, cukup banyak, ada BRIN yuk kita bikin benih unggul. Indonesia untuk tanaman pangan harus punya benih unggul sendiri," lanjutnya.

Ganjar mengungkapkan berdasarkan data Distanbun Jateng, produktivitas pertanian tanaman padi berada di kisaran 5,6 juta ton per hektare. Ia menilai angka ini perlu ditingkatkan agar capaian Jateng sebagai provinsi dengan lumbung beras nasional tetap terjaga.

"Kalau kita bicara produktivitas, ya tantangan kita masih berat. Ditambah sekarang perubahan iklim memang membikin situasi pertanian kita berubah, apakah itu penyakit, apakah kemudian kualitas, dan sebagainya," ungkap Ganjar.

Sementara terkait upaya peningkatan produktivitas padi, Ganjar mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan para petani soal pola tanam agar luas panennya merata. Ia pun berencana akan menggabungkan pupuk urea dan organik sebagai bahan produksi padi.

"Urea untuk kebutuhan kita itu 1.004.750,89 ton, ini kebutuhannya. Alokasi yang bisa diberikan kepada kita 74,05 persen. Artinya kita memang kurang untuk urea. Maka apa yang mesti kita lakukan? Di beberapa tempat mulai kita dorong untuk gabungkan dengan pupuk organik," kata Ganjar.

"Kita juga coba komunikasi pola tanam. Tapi ini butuh komunikasi ke kawan-kawan petani agar mau. Yang kedua juga yang hilirnya nanti pedagang biasanya juga kita ajak komunikasi agar kita jaga bareng-bareng," imbuhnya.

Melalui upaya ini, Ganjar berharap stok beras Jateng bisa semakin melimpah. Agar meningkatkan produktivitas pertanian, ia juga akan mengontrol langsung hasil panen padi ke daerah-daerah di Jateng.

"Saya akan cek lagi ke beberapa daerah yang kemarin sudah panen, agar kemudian masyarakat bisa tahu, cadangannya bisa kita pantau termasuk di bakul-bakul," tutupnya.

Sebagai informasi, Jateng memiliki program Peningkatan Indeks Pertanaman. Dengan program itu, luas panen di Jateng juga naik 1,79 persen dibanding tahun 2020. Mulanya hanya sekitar 1,67 juta hektare menjadi 1,70 juta hektare pada 2021 dan terus meningkat di tahun 2022.

(akd/ega)


Hide Ads