Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meluncurkan program Beras Fortifikasi atau beras bergizi untuk ibu hamil. Program tersebut juga bertujuan untuk menekan angka stunting dan menurunkan kemiskinan ekstrem di Jateng.
Beras fortifikasi merupakan beras sehat yang telah diperkaya dengan vitamin dan mineral yang terdiri dari Vitamin A, Vitamin E, Vitamin D, B1, B2, B3, B6, B9 (Asam Folat), B12, zat besi, protein, zinc, zat besi, yodium, dan kalsium. Hal tersebut diungkapkan olehnya saat memimpin rapat kordinasi percepatan pengentasan kemiskinan untuk wilayah Kabupaten Magelang, Purworejo dan Kebumen di Magelang, Jawa Tengah, Selasa (31/1/2023).
"Hari ini kita launching program asupan gizi dengan beras fortifikasi. Jadi satu sendok dari beras ini bisa dicampur dengan satu kilogram beras yang kita konsumsi untuk ibu hamil," kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Rabu (1/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan angka, pada 2021, ia mengatakan aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) menyebutkan angka stunting di Magelang mengalami penurunan menjadi 14,76 persen dari tahun sebelumnya dengan jumlah individu berisiko stunting sebanyak 32.451 jiwa.
Sementara itu, untuk Kabupaten Purworejo, individu berisiko stunting berjumlah 16.880 jiwa dan Kabupaten Kebumen sebanyak 7.447 jiwa. Menurut Ganjar, angka tersebut masih tergolong tinggi dan harus ditekan lagi.
Ia menambahkan nantinya program tersebut bakal diusulkan menjadi bantuan tetap Pemprov Jateng. Sehingga asupan gizi sehat ibu hamil bisa terpenuhi.
"Agar kita bisa terus memantau satu per satu mulai dari ibu hamil sampai nanti melahirkan, sehingga nanti kita pastikan tidak akan ada stunting di daerah-daerah," ungkap Ganjar.
Jurus lain yang dilakukan oleh Ganjar untuk menekan angka kemiskinan ekstrem di Jateng yakni dengan cara menggandeng perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi yang dilibatkan yakni Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam pengembangan beras fortifikasi.
Hal itu pun turut diimbangi dengan KKN tematik yang saat ini masih dilakukan. Para mahasiswa yang melakukan KKN ditugaskan untuk melakukan monitoring serta pendampingan kepada ibu hamil dan balita terkait asupan gizi sehat.
"Kita akan pantau terus, kita sudah kerja sama dengan UGM, nanti akan ada mahasiswa KKN masuk ke desa-desa untuk memantau rutin terus-menerus, sehingga KKN tematiknya bisa berjalan," jelas Ganjar.
Selain melibatkan UGM, ke depan, pihaknya bakal mengajak lebih banyak perguruan tinggi negeri atau swasta lainnya di Jateng. Sehingga angka penurunan kemiskinan ekstrem bisa dipercepat.
"Perguruan tinggi akan kita libatkan. Contohnya hari ini UGM, dan mungkin nanti yang di barat bisa Unsoed, UMP, sekitar Solo Raya mungkin bisa UNS dan UMS, Semarang Raya juga banyak sekali nanti bisa kita dorong untuk terlibat," tutupnya.
(prf/ega)