Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng), telah melakukan swasembada beras untuk memenuhi kebutuhan beras di daerahnya. Keberhasilan swasembada beras itu membuat Jateng disebut menjadi lumbung beras terbesar nasional.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjelaskan Jateng memang kerap disebut sebagai lumbung padi nasional, lantaran kondisi geografisnya yang bagus dan juga program serta upaya peningkatan produktivitas petani yang dilakukan.
"Alhamdulillah petani kita hebat, teman-teman pendamping juga hebat, maka sampai hari ini Jawa Tengah selalu berada pada kondisi yang di atas rata-rata kebutuhannya, sehingga surplus terus," kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Minggu (15/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Produksi padi Jateng mencapai 9,2 juta ton padi atau setara 5,4 juta ton beras dengan surplus padi sebanyak 1,2 juta ton. Lumbung beras terbesar di Kabupaten Sragen memiliki luas panen sebanyak 131,9 ribu hektare dan 805,8 ribu ton produksi gabah kering giling (GKG).
Adapun sentra penghasil beras Jateng tersebar di beberapa wilayah, antara lain Sragen, Grobogan, Cilacap, Demak, Pati, Blora, Brebes, Pemalang dan Wonogiri.
Hasil beras telah disuplai secara nasional, seperti ke Jakarta, Maluku, Kalimantan Selatan, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat hingga Nusa Tenggara Timur.
Tak hanya nasional, beras organik yang dihasilkan Kabupaten Wonogiri telah diekspor ke luar negeri yaitu Amerika Serikat, Perancis, Italia, Singapura, dan Malaysia. Sementara itu untuk Kabupaten Sragen, mampu memproduksi beras dengan kualitas premium yang sudah tembus pasar Arab Saudi.
"Dari sisi produktivitas, kebutuhan untuk menutupi Jawa Tengah sendiri sudah bisa sehingga kita bisa membagikan ke tempat-tempat lain. Banyak yang dikirim ke Jakarta, Kalimantan dan sebagainya," ungkap Ganjar.
Selain swasembada beras, Jateng juga memiliki program Peningkatan Indeks Pertanaman. Dengan program itu, luas panen di Jateng juga naik 1,79 persen dibanding tahun 2020.
Mulanya hanya sekitar 1,67 juta hektare menjadi 1,70 juta hektare pada 2021 dan terus meningkat di tahun 2022.
"Intensifikasinya juga mesti kita dorong agar kalau rata-rata kita 5,4 ton per hektar, padi maka mestinya naik lagi sehingga lumbung bisa terus kita dorong," imbuh Ganjar.
(ega/ega)