Peresmian Flyover Ganefo di Mranggen, Kabupaten Demak diwarnai aksi unjuk rasa dari para warga. Mereka menyampaikan keluh kesah dan aspirasi mengenai akses jalan yang ditutup akibat pembangunan Flyover Ganefo.
Merespons hal ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun turun langsung menyelesaikan persoalan tersebut kurang dari 24 jam. Malam hari usai menerima aduan, Ganjar langsung mendapat kepastian dari Menteri Perhubungan dan instansi terkait mengenai persoalan ini.
Menurut Ganjar, cara tersebut menjadi bukti penyelesaian persoalan melalui dialog sehingga membuahkan hasil, tanpa harus protes dengan demonstrasi atau unjuk rasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah, tadi saya kontak Menteri Perhubungan, beliau langsung merespons, mana nomor telepon bupatinya, nanti Dirjen saya langsung urus ke sana. Jadi dengan cara itu kan beres, tidak perlu pakai marah-marah atau ngamuk," kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Jumat (14/10/2022).
Hal ini ia sampaikan usai menghadiri acara Rakornas ke-13 Komisi Informasi se-Indonesia di Gedung Weeskamer, Kota Lama, Semarang, Kamis (13/10) malam.
Usai menemui warga yang unjuk rasa, Ganjar pun langsung mengambil langkah cepat. Ia meminta kepada penanggung jawab unjuk rasa untuk mengirimkan surat-surat yang pernah dikirim ke Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
"Alhamdulillah tadi saya selesaikan. Tadi saya minta dari anggota DPRD-nya, mana surat-surat yang sudah dikirim, dikasih ke saya. Begitu dikasih langsung saya minta ngecek di pemerintahnya. Prinsipnya bisa kok itu, tinggal dikasih saja penjaga pintu kereta api maka masyarakat bisa memanfaatkan itu. Itu kan sederhana. Sehingga sesuatu yang ingin diusulkan itu dikawal, ditanyakan, dan kemudian ada clearance-nya," jelasnya.
Meski tidak melarang adanya penyampaian aspirasi melalui aksi, Ganjar menyayangkan aksi unjuk rasa tersebut. Sebab sebelum aksi terjadi, tidak ada seorang pun yang berkomunikasi kepadanya terkait hal-hal yang menjadi usulan atau keluhan.
"Sebenarnya itu hanya butuh komunikasi saja. Sayangnya tidak ada yang ngontak saya," ujarnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, komunikasi terkait persoalan penutupan jalan di perlintasan kereta api bawa Flyover Ganefo dilakukan dengan mengirim surat langsung ke Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Menurut Ganjar, hal tersebut merupakan cara lama yang kecil kemungkinannya untuk mendapatkan respons cepat. Apalagi jika instansi tersebut terdapat banyak surat yang menumpuk.
"Nah surat ini belum tentu dibaca, padahal kalau di Jawa Tengah dalam konteks hal semacam ini, complaint system handling-nya itu jauh lebih gampang. Pakai medsos bisa, pakai aplikasi laporgub bisa, atau pakai nomor handphone saya yang beberapa orang sudah tahu. Tadi saya senang sih dengan masyarakat, spanduknya turunkan lalu diturunkan, mari kita ngobrol," paparnya.
Di samping itu, Ganjar juga menyayangkan aksi unjuk rasa di Flyover Ganefo yang turut melibatkan anak-anak. Saat bertemu di lokasi, ia pun sempat mengingatkan kepada penanggung jawab dan warga untuk tidak melibatkan atau mengajak anak-anak dalam aksi unjuk rasa.
"Tadi saya protes juga karena tadi ada anggota DPRD yang jadi penanggung jawab. Nggak boleh mengajak anak-anak kalau mau demo," tutup Ganjar.
Seperti diketahui, aksi unjuk rasa terjadi saat Ganjar hendak meresmikan Flyover Ganefo. Warga menuntut agar akses jalan di sekitar perlintasan kereta api di bawah Flyover Ganefo dibuka kembali. Sebab sejak proyek pembangunan flyover selesai, akses jalan itu ditutup.
Saat tiba di lokasi, Ganjar tidak langsung meresmikan fly over namun memilih untuk menemui para pengunjuk rasa untuk berdialog. Ia juga memberikan penjelasan tentang pentingnya manfaat Flyover Ganefo bagi kelancaran transportasi di perlintasan kereta api Ganefo.
(fhs/ega)