3 Hakim Cecar Robig soal Keputusan Menembak Gamma: Di Mana Terancamnya?

3 Hakim Cecar Robig soal Keputusan Menembak Gamma: Di Mana Terancamnya?

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Selasa, 17 Jun 2025 16:27 WIB
Terdakwa Robig saat memberi keterangan di hadapan hakim PN Semarang, Selasa (17/6/2025).
Terdakwa Robig saat memberi keterangan di hadapan hakim PN Semarang, Selasa (17/6/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Sidang kasus penembakan oleh anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang, Robig Zaenudin, yang menewaskan Gamma digelar di Pengadilan Negeri (PN) Semarang. Robig dicecar ketiga hakim terkait keputusannya menembak Gamma.

Sidang dilaksanakan di Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Kecamatan Semarang Barat. Sidang dipimpin Ketua Majelis Hakim Mira Sendangsari, dengan Hakim Anggota merupakan Rightmen Situmorang, dan Djohan Arifin.

Dalam persidangan, Jaksa Penuntut Umum (JPU) meminta terdakwa Robig untuk menjelaskan kronologi menurut dirinya. Robig mengaku dirinya merasa terancam karena melihat teman Gamma yang membawa sajam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya lihat, sepeda motor nomor dua bawa sajam, melihat sajam, saya berdiri menoleh ke belakang, saat itu saya lihat motor nomor dua mengayunkan sajam ke sepeda motor nomor satu. Kemudian melintas motor tiga dan empat," kata Robig di PN Semarang, Selasa (17/6/2025).

Melihat kejadian itu, Robig mengaku putar balik dan berhenti di depan Alfamart Kalipancur. Ia lalu turun ke tengah jalan dan mengeluarkan senjata api.

ADVERTISEMENT

"Saya jalan ke tengah, saya tembak peringatan, jarak antara 10-15 meter ke arah jam sebelas sekali, saya teriak 'polisi!' tapi tetap melaju malah tambah kencang. Saat dekat saya, saya suruh berhenti, kemudian tetap melaju dan mengacungkan sajam," paparnya.

Menurut Robig, setelah tembakan peringatan tak diindahkan, ia lalu melepaskan tembakan kedua hingga keempat. Dua tembakan disebut mengarah ke bawah, sementara tembakan terakhir mengarah ke depan.

"Saya tembak ke bawah, ke sepeda motor nomor dua. Kemudian melintas nomor ketiga saya tembak juga ke arah bannya. Kemudian badan saya hadap ke kiri sudah ada motor nomor empat mau nabrak saya," ungkapnya.

"Saya mundur, saya satu langkah mundur, saya sampai jatuh. Motor keempat melintas itu sudah di depan saya dan pembonceng di belakang mengacungkan sajam ke saya," lanjutnya.

Usai menjelaskan, Hakim Mira Sendangsari mencoba memastikan apakah salah satu rombongan Gamma mengayunkan senjata ke arah Robig.

Ia juga bertanya mengapa Robig tidak berusaha menghubungi Polsek terdekat ataupun menghubungi rekan kepolisian sebelum akhirnya melepas tembakan. Terlebih, saat itu salah satu motor telah pergi masuk gang dan motor rombongan Gamma sudah tak lagi mengejar.

"Katanya mengancam, ketika sampean minggir, kan bisa menghubungi Polsek terdekat. Kan temannya sesama polisi sudah mengenal," kata Mira di PN Semarang, Selasa (17/5/2025).

Robig pun mengaku saat itu ia bertindak sendiri dan tak menghubungi Polsek terdekat karena menilai waktunya tak cukup.

"Waktunya tidak sampai, jauh dari Polsek. Saya juga berusaha mencari. Saya mencoba menghentikan supaya nggak ada korban lain, nanti kan saya tinggal koordinasi dengan piket. Menghentikan sepeda motor itu," jawab Robig.

Robig pun bersikukuh dirinya menembak Gamma dan temannya untuk melumpuhkan agar mereka berhenti.

"Kalau berandai-andai, setelah tembakan peringatan dan mengatakan identitas saya sebagai Polri, mereka harusnya berhenti bukannya tetap (melaju)," tuturnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Mira pun kembali mencecar Robig. Menurutnya, tindakan Gamma dan kawannya tidak mengancam Robig. Pasalnya, Robig mengklaim melihat penumpang motor nomor dua mengayunkan sajam ke arah penumpang motor nomor satu, bukan ke arah dirinya.

"(Kan tidak ke arah terdakwa?) Tanggung jawab moral saya sebagai anggota Polri. (Kenapa tidak telepon polisi?) Saya kan bertindak awal dulu kemudian saya berkoordinasi dengan piket Reskrim," kata Robig.

"Memang sudah tugas saya, tanggung jawab saya sebagai anggota Polri. Kalau ditabrak motor keempat itu saya nggak menghindar, saya jadi korban," lanjutnya.

Hakim Djohan Arifin pun menanggapi pernyataan Robig yang bersikukuh menembak agar tak ada korban lain. Ia bertanya apakah ada korban dari tindakan Gamma dan rombongannya.

"Saudara ambil tindakan agar tidak terjadi korban lain. Saudara ditanya sama hakim kenapa nggak sempat nelpon rekan, kan ada 10 orang, kalau 10 orang menyerang, saudara bisa jadi korban, kemungkinan," kata Djohan.

"Tadi seperti yang disampaikan, kan bisa menghubungi Polsek, rekan, dan itu tidak saudara lakukan, agar tidak ada korban. Faktanya malah ada korban dari tembakan saudara? Kan begitu?," tegas Djohan yang dibenarkan Robig.

Ia juga menanyakan mengapa Robig sebelumnya mengajukan untuk membawa senpi. Robig mengaku, ia meminta untuk bisa memperoleh senpi karena kerap pulang kerja larut malam.

"Karena saya pulangnya malam hari. Waktu pengajuan cuma itu. Setiap hari hampir lebih dari itu (22.35 WIB), itu itungannya gasik," jelas Robig.

Belum selesai, Hakim Rightmen Situmorang turut menanyakan di mana letak mengancam yang dilakukan rombongan Gamma kepada Robig.

"Yang saya tahu itu (terancam) kalau kita terdesak, terancam itu ketika kita nggak bisa, dan satu-satunya yang bisa kita kerjakan itu. Itu yang saya tahu. Terancam itu seperti itu. Maksudnya saudara tadi kan bebas," tegas Rightmen.

"Lihat orang jalan, mutar, Saudara sudah bisa pulang. Pertanyaannya terancamnya di mana, Saudara? Sebelum itu (hendak ditabrak motor keempat) Saudara sudah bisa pergi. Terancamnya di mana pertanyaan saya?," lanjutnya.

Menurut Rightmen, Robig baru terancam jika rombongan Gamma menyerang Robig tanpa ada tindakan lain yang dilakukan Robig. Ia kembali menanyakan kenapa Robig mengeluarkan senjata untuk menghentikan mereka.

"Kenapa Saudara mengeluarkan senjata? Ngapain Saudara menghentikan itu? Tugasmu apa? Nembak-nembak untuk apa? Nggak ada gunanya itu. Cuma bikin kerjaan sendiri saja," tegasnya.

"Satu lagi, Saudara kan buka Sabhara atau Reserse yang biasa, Saudara kan Reserse Narkoba. Kalau melihat seperti itu harusnya hubungin ke teman yang lain," sambungnya.

Tampak Robig hanya bisa terdiam. Ia tak menjawab lagi pertanyaan Rightmen hingga akhir.

Halaman 2 dari 2
(afn/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads