Duel maut sesama gembala (angon) bebek di Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten menewaskan W (47) warga Desa Trunuh, Kecamatan Klaten Selatan. Paguyuban angon bebek Kabupaten Klaten menanggapi dengan menerangkan, kejadian tersebut baru kali pertama terjadi.
"Sebenarnya kejadian konflik itu baru pertama kali, tapi dua orang itu (S dan W) tidak mau masuk komunitas kami. Kalau yang masuk komunitas kami itu setiap bulan ada pertemuan, ada silaturahmi," ungkap Ketua Paguyuban Angon Bebek Raja Bebek Klaten, Harmanto, kepada detikJateng, Sabtu (23/3/2024) siang.
Menurut Harmanto, dengan pertemuan, anggota bisa mengantisipasi adanya konflik sesama gembala bebek. Bahkan jika ada yang belum angon kemudian mencari tempat bisa menghubungi anggota lainnya untuk dibantu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau belum angon bisa menelepon saudara kita, ada tempat nggak gitu kan nanti dikasih tempat dari rekan-rekan sehingga jarang terjadi benturan. Tapi karena dua orang itu (S dan W) tidak mau gabung akhirnya terjadi kasus itu," terang Harmanto.
Tidak hanya T (tersangka), Harmanto menyebut beberapa angon bebek yang lain juga pernah benturan dengan S dan W. Tapi setiap benturan bisa diantisipasi.
"Yang kemarin-kemarin bisa diantisipasi, tapi yang kemarin (duel maut) entah kenapa kok bisa sampai sebegitunya. Kemarin rekan-rekan sebenarnya datang ke TKP untuk melerai tapi sudah terlambat," kata Harmanto.
Paguyuban, sebut Harmanto, sangat menyayangkan kejadian tersebut. Selama ini, selain keduanya (S dan W) tidak ikut paguyuban, juga sering berbenturan dengan angon bebek yang lain.
"Setiap ada angon bebek yang datang di sekitar kampung dia, diusir, maunya diangon sendiri. Tidak saja sama T tapi banyak yang berbenturan, tapi apapun kita sayangkan kejadian itu," lanjut Harmanto yang bersama paguyuban mengaku sempat mengunjungi rumah T setelah ditangkap polisi.
Kades Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, Mulyatno menyatakan situasi desanya dan sekitarnya kondusif setelah kejadian. Keluarga tersangka juga datang ke rumah korban melayat.
"Keluarga T datang ke rumah korban sekadar silaturahmi dan memberikan bantuan untuk meringankan untuk pemakaman," ungkap Mulyatno kepada detikJateng.
Diberitakan sebelumnya, W (47) warga Desa Trunuh, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten tewas setelah berkelahi dengan T (35) warga Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan. Keributan yang terjadi di jalan Desa Jetis itu ternyata dipicu rebutan lahan menggembalakan ternak bebek.
"Dari laporan Polsek, kronologisnya hari Selasa tanggal 19 Maret 2024 sekira pukul 12.00 WIB, S datang menemui T yang sedang angon bebek di persawahan. Selanjutnya S melarang T untuk tidak angon bebek di sawah tersebut," jelas Kasi Humas Polres Klaten AKP Abdillah kepada detikJateng, Rabu (20/3) pagi.
Setelah itu, terang Abdillah, S mengakui memukul T dan pukulan itu dibalas oleh T. S yang kewalahan kemudian menjemput kakaknya W untuk menemui T.
"Kemudian S bersama W kembali menemui T lalu W mengangkat kursi dipukulkan ke T. Namun ditangkis dan T ganti memukul W, dan atas kejadian tersebut S melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Klaten," sambung Abdillah.
(apu/apu)