Pesilat yang Tewas Dihukum Senior Sempat Dilarang Ayahnya Ikut Perguruan

Pesilat yang Tewas Dihukum Senior Sempat Dilarang Ayahnya Ikut Perguruan

Agil Trisetiwan Putra - detikJateng
Senin, 27 Nov 2023 15:12 WIB
Ayah korban pesilat meninggal, Suparno (56). Anaknya, WA, tewas setelah dianiaya senior di Karanganyar.
Ayah korban pesilat meninggal, Suparno (56). Anaknya, WA, tewas setelah dianiaya senior di Karanganyar. (Agil Trisetiawan Putra/detikJateng)
Karanganyar -

Tangis keluarga WA (14), warga Kecamatan/kabupaten Karanganyar, pecah saat mendapati putranya meninggal dunia. WA tewas saat mengikuti latihan salah satu perguruan silat di Karanganyar.

Ayah korban, Suparno (56) mengatakan, dia sempat melarang putranya masuk ke perguruan silat tersebut. Hal serupa juga dilakukan kepada kakak korban yang sempat masuk perguruan silat.

"Kemarin saya juga keberatan. Tidak usah ikut dik, kakak dulu saya suruh keluar fokus sekolah saja biar rangkingnya bagus. Tidak usah ikut itu (silat), olahraga, ngaji, dan sekolah saja. Tapi anaknya jawabnya 'sampun kulo niati' (sudah saya niati)," kata Suparno saat ditemui awak media, Senin (27/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, korban sudah mengikuti perguruan silat tersebut selama 1 tahun terakhir. Anaknya semakin bertambah kurus.

Sejak Masuk Perguruan Silat, Korban Kurus

"Setelah anaknya ikut itu, kelihatannya ada beban juga, semakin kurus. Harus ikut itu, tapi tidak bisa keluar, sepertinya seperti itu," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Karena khawatir, setiap putranya latihan dia selalu mengecek putranya. Namun pada latihan Minggu (26/11) dia tidak ikut mengecek.

Hingga tiba dua orang teman korban datang ke rumah memberi tahu Suparno jika korban dibawa ke rumah sakit.

"Saya tanya kenapa kok dibawa ke rumah sakit, padahal dari rumah sehat. Tadi latihan kena pukulan, jatuh," ucapnya.

Dia mempertanyakan perlakuan para pelaku terhadap anaknya, baik dalam memberi hukuman, hingga penanganannya saat anaknya terjatuh.

Sebab, yang dilakukan seniornya bukanlah membina, namun menghakimi. Jika membina, dia menilai akan memberikan tindakan terukur sesuai kemampuan anak.

"Setelah jarak satu jam diberikan air meneral sudah kejang-kejang. Dibawa ke rumah sakit, dicek dokter katanya sudah tidak ada," kata Suparno kembali.

Sebelumnya, WA tewas setelah mendapatkan hukuman dari seniornya. Korban dihukum lantaran tidak memperoleh empat warga baru seperti yang diminta.




(apu/ahr)


Hide Ads