DF (23), tersangka pembunuhan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Solo, Wahyu Dian, mengaku sakit hati lantaran dimarahi korban menjadi motif kejahatannya. Namun pengakuan ini diragukan oleh sejumlah pihak.
Pakar Psikologi UIN Raden Mas Said Solo, Gadis Deslinda mengatakan, ucapan kasar itu tidak langsung berdampak jika berkata satu atau dua kali.
"Yang menjadi dampak itu sudah berkali-kali dan seumpama seminggu atau dua minggu," kata Gadis saat dihubungi, Rabu (30/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari kasus kematian Dian, Gadis masih meragukan faktor utamanya adalah ucapan korban. Dia menduga ada faktor lain yang melatarbelakangi kasus pembunuhan tersebut, seperti kehidupan tersangka di lingkungan keluarga dan sosialnya.
Dia berharap ada pemeriksaan kejiwaan terhadap pelaku. Berdasarkan pengamatannya, ada kemungkinan pelaku merupakan seorang psikopat.
"Saya juga mengamati saat dia (tersangka) ditanyai polisi itu kan dia merasa tidak bersalah. Ini hanya dugaan sementara, bisa saja saya keliru, pelaku ada indikasi psikopat. Tapi harus ada tes-tesnya," kata Gadis.
Dugaan itu menurutnya semakin kuat karena pelaku kemudian bisa ditangkap polisi di rumahnya sendiri dan tidak ada upaya lari meski usai melakukan sebuah kejahatan keji.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Sukoharjo AKP Teguh Prasetyo mengatakan, polisi belum menemukan indikasi kelainan kejiwaan pelaku.
"Sampai saat ini tidak ada indikasi kelainan jiwa. Dari keterangannya, pelaku menyesal. Kalau soal motif, berdasarkan keterangan pelaku karena dendam," pungkas Teguh.
Diberitakan sebelumnya, salah satu dosen UIN Solo, Wahyu Dian Silviani (34) ditemukan tewas di rumah yang ditumpanginya di Gatak, Sukoharjo. Saat ditemukan mayat tersebut tertutup kasur.
Polisi yang mengusut kemudian menangkap DF yang diduga sebagai pembunuhnya. DF merupakan tukang bangunan yang saat itu dipekerjakan oleh korban.
Dalam pemeriksaan, pelaku mengaku sakit hati lantaran ditegur korban terkait hasil pekerjaannya yang tidak memuaskan.
(ahr/rih)