Pembantaian Horor Wirjo Bacok 32 Orang Tetangganya Sendiri

Pembantaian Horor Wirjo Bacok 32 Orang Tetangganya Sendiri

Tim detikX - detikJateng
Rabu, 30 Agu 2023 13:53 WIB
Ilustrasi Pembunuhan
Pembantaian Horor Wirjo Bacok 32 Orang Tetangganya Sendiri. Foto Ilustrasi: Edi Wahyono
Solo -

Seorang petani bernama Suwirjo alias Wirjo bak kesetanan membantai 32 orang tetangganya. Peristiwa 36 tahun lalu itu begitu mencekam hingga sempat membuat warga desa lokasi kejadian tak berani keluar rumah.

Dikutip dari detikX, Rabu (30/8/2023), peristiwa berdarah itu terjadi di Desa Banjarsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, pada 15 April 1987. Wirjo yang saat itu berusia 42 tahun menghabisi puluhan orang tak pandang bulu.

Korbannya mulai dari lansia hingga anak kecil. Pembantaian itu terjadi dalam kurun waktu tak lebih dari 24 jam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Petani berperawakan kurus itu beraksi dengan dua senjata celurit dan parang pemotong rumput (jombret). Dari total 32 korban, 18 orang di antaranya tewas di lokasi kejadian.

Kisah mengerikan ini tak hanya jadi sorotan media nasional tapi juga internasional. Bak kerasukan, Wirjo menebas siapapun yang dia temui di rumah, jalan, hingga persawahan desanya.

ADVERTISEMENT

Dilansir koran Kompas edisi 16 April 1987 dan majalah Tempo edisi 25 April 1987, tragedi pembantaian itu bermula ketika Wirjo tengah mengasah celurit dan parang yang biasa digunakan untuk memotong rumput di belakang rumahnya pada Rabu, 15 April 1987, pagi.

Wirjo saat itu hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada.

Sambil mengasah celurit dan parang, mata Wirjo terus mengawasi anak angkatnya, Sri Reny, yang sedang bermain dengan teman sebayanya, Arbaiyah, di depan rumah. Kedua bocah tersebut saat itu masih berusia 4 tahun.

Tanpa ancang-ancang, Wirjo lari mengejar Reny sambil mengacungkan senjatanya. Dia langsung menebaskan celurit itu ke arah Reny, tapi korban dapat berkelit dan lari menghindar.

Wirjo tak berhenti, dia langsung menyasar Arbaiyah, yang dekat dengannya. Bocah malang itu pun langsung tersungkur dengan luka yang mengenaskan.

Reny menjerit ketakutan dan berlari menuju ibunya, Indirah, 32 tahun, yang berada di sawah. Ibu dan anak yang ketakutan itu langsung berlari menuju jalan kampung untuk berteriak minta tolong.

Dengan wajah datar, Wirjo membiarkan istri, dan anak angkatnya kabur darinya.

Sementara Wirjo malah mendatangi rumah tetangganya, Maskur, 80 tahun. Dia masuk melalui pintu dapur di belakang rumah Maskur yang hanya bersebelahan dengannya.

Wirjo saat itu mendapati istri Maskur, Mursiyah, 43 tahun, tengah menanak nasi.

Tanpa menyapa, Wirjo langsung masuk dan menghabisi Mursiyah. Maskur yang mendengar kegaduhan langsung mendatangi istrinya. Tak bisa membela diri, Maskur dihabisi Wirjo.

Usai menghabisi Maskur dan istrinya, Wirjo terus berjalan menenteng celurit dan parang. Siapa pun yang ditemuinya langsung menjadi sasaran amukannya, termasuk Gimin.

Tapi Gimin berhasil kabur dan meminta tolong kepada tetangga lainnya. Warga lalu mengejar Wirjo, yang berjalan menuju persawahan tak jauh dari aliran Sungai Galung.

Begitu sampai di pematang sawah, warga bukannya menemukan Wirjo, melainkan jasad Mak Isah, 40 tahun, yang bersimbah darah.

Warga melihat dari kejauhan, Wirjo, terus berjalan di pematang sawah sambil mengacung-acungkan parang dan celurit yang berlumuran darah.

Di sana Wirjo berpapasan dengan Istianah, 15 tahun, pelajar SMP Kosgoro. Malang, Istianah tak bisa menghindari tebasan senjata Wirjo.

Warga terus menemukan korban lainnya saat berusaha mengejar Wirjo. Di antaranya Mbok Suwendah (73), dan Mbah Taman (75).

Warga lalu sibuk berusaha mengamankan para korban. Sementara Wirjo terus membabi buta mencari sasaran. Dia bertemu dengan Djami, anggota Keamanan Rakyat (Kamra), di depan rumahnya.

"Wir, ono paran (ada apa)?" tanya Djami kepada Wirjo. Bukannya mendapat jawaban, Djami pun tak luput diserang Wirjo. Djami, yang dikenal pintar silat, menangkis serangan Wirjo. Dua jari tangan Djami putus ketika menangkis celurit Wirjo.

Saat itu, beberapa polisi yang sudah menerima laporan mulai berdatangan. Mereka menemukan korban lainnya bergelimpangan bersimbah darah.

Simak lebih lengkap di halaman berikutnya.

Di antaranya korban yang ditemukan tewas adalah Mak Buang (50), Sumo (65), Rohayah dan Sueb (50), Samirah (40), Supijah (45), Saniah (40), Asri (60), Asmui (55), dan Asmai (28). Seluruh korban dibantai Wirjo di persawahan.

Sebanyak 14 korban lainnya yang mengalami luka-luka langsung dievakuasi ke rumah sakit. Aparat keamanan dibantu warga terus mencari keberadaan Wirjo.

Selama 2-3 hari Wirjo masih diburu, desa tersebut bak mati karena warganya ketakutan dan tak berani keluar rumah.

Tim gabungan dan warga akhirnya menemukan Wirjo di Desa Concrong, Kecamatan Giri, atau tak jauh dari objek wisata Osing pada 16 April 1987.

Namun Wirjo ditemukan sudah tak bernyawa. Wirjo tewas bunuh diri. Penduduk desa lega tapi ketakutan masih saja menghantui. Selama beberapa hari desa sangat lengang dan sepi.

Sampai akhirnya aparatur setempat menyebarkan selebaran agar warga tak takut lagi. Di dalam selebaran itu juga diberitahukan bahwa Wirjo sudah mati bunuh diri.

Halaman 2 dari 2
(sip/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads