Keluarga Dian Dosen UIN Solo Ungkap Ada Teror Suara Kaki Sebelum Pembunuhan

Keluarga Dian Dosen UIN Solo Ungkap Ada Teror Suara Kaki Sebelum Pembunuhan

Tim detikBali - detikJateng
Minggu, 27 Agu 2023 10:14 WIB
Lokasi dosen UIN Solo ditemukan meninggal di gatak, Sukoharjo, Kamis 24/8/2023).
Lokasi dosen UIN Solo ditemukan meninggal di gatak, Sukoharjo, Kamis 24/8/2023). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng
Solo -

Keluarga Wahyu Dian Silviani, dosen UIN Solo yang dibunuh oleh tukang bangunan meminta polisi terus mendalami pengakuan pelaku. Mereka tidak yakin bahwa sakit hati gegara ditegur menjadi motif utama pelaku dalam membunuh dosen itu.

Dalam pemeriksaan polisi, pelaku mengaku sakit hati lantaran ditegur dan dimarahi oleh korban terkait hasil pekerjaannya. Hal itu membuat pelaku yang bernama DF (23) itu merasa sakit hati dan dendam.

Ayah Dian, Hasil Tamzil mengaku tidak percaya dengan pengakuan itu. Bahkan dia sangsi bahwa anaknya saggup memarahi tukang bangunan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pelaku (DF) katanya diumpat dengan kata-kata kasar. Itu tidak wajar karena anak saya ini termasuk orang yang tidak terlalu banyak bicara," ujar Hasil seperti dilansir detikBali, Mingg (27/8/2023).

Adapun adik kandung Dian, Fatin Nabila Putri mengaku sempat menginap di rumah korban beberapa hari sebelum pembunuhan. Dia menyebut kakaknya memperlakukan tukang bangunannya dengan baik, seperti membelikan es dan gorengan untuk 4 orang tukang yang bekerja.

ADVERTISEMENT

Terkait hasil pekerjaaan pembangunan yang tidak memuaskan, kata Nabila, kakaknya ragu untuk menegur para tukangnya. Bahkan dosen tersebut justru mengurungkan niat meminta DF dan tiga tukang lainnya untuk merevisi pekerjaanya yang salah tersebut.

"Terus kok bisa dia (DF) bilang kakak saya negur dia kalau kerjaannya jelek dan tolol-tololin dia," ungkap Nabila.

Dia mengungkap bahwa sejak awal dia menginap di rumah tersebut pada 3 Agustus 2023, sudah ada hal-hal yang mencurigakan. Dia dan kakaknya mendengar suara langkah kaki di atas genting rumahnya.

Hal itu membuat dia dan kakaknya merasa ketakutan hingga berusaha mengusir orang yang di atap rumahnya dengan menyetel musik dan pura-pura batuk.

"Kakak saya waswas cari pisau. Saya cari cutter karena takut," ungkapnya.

Beberapa hari kemudian mereka kembali mengalami suara yang sama. "Tapi pas itu kurang jelas suaranya," ujarnya.




(ahr/ahr)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjateng


Hide Ads