PO alias Paryanto (53) warga Sukabumi, Jawa Barat, menjadi salah satu korban Slamet Tohari alias Mbah Slamet dukun sadis pengganda uang di Banjarnegara. Keluarga sempat curiga saat mendapatkan pesan dari Paryanto dan hal ini menjadi petunjuk terbongkarnya kasus serial killer Mbah Slamet.
Hal itu disampaikan anak Paryanto, GE (15). GE sempat mengantar ayahnya ke rumah Mbah Slamet pada akhir tahun lalu sekitar November atau awal Desember.
Dia jarang bertemu ayahnya karena sudah bercerai dengan ibunya. Sedangkan ayahnya, Paryanto selama ini sering bepergian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Tahu dari mana terancam?) Karena dari suaranya, dari vn (voice note) itu," kata GE kepada detikJabar saat ditemui di rumah neneknya, Cibaraja, Selajambe, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (4/4/2023).
Dalam pesan suara itu, Paryanto seolah memberikan kode jika nyawanya terancam. GE pun langsung mengajak rekannya ke Banjarnegara usai ayahnya tak bisa dihubungi lagi.
"Terus bilangnya, kalau ayah nggak ada kabar sampai hari Minggu, kalau belum pulang sampai hari Minggu bawa aparat ke sini, dari situ saya berenam dari Sukabumi langsung berangkat ke lokasi," terangnya.
GE dan rombongan pun berangkat ke Banjarnegara pada Kamis (23/3). Sepekan kemudian tepatnya pada Jumat (31/3) Mbah Slamet pun ditangkap.
Dari penangkapan ini ditemukan fakta ayahnya telah meninggal. Tak hanya itu, juga ditemukan jasad 10 kerangka milik korban lain yang diduga menjadi korban dukun pengganda uang Banjarnegara itu.
GE pun mengaku tak sempat melihat wajah ayahnya untuk terakhir kalinya. Kala itu dia menunggu di Polres Banjarnegara.
"Nggak sempat lihat (kondisi korban) dikubur juga nggak lihat cuma pas menguburkannya saya ikut," terangnya.
Atas kejadian ini, dia mengikhlaskan kepergian korban. Pihaknya juga menuntut agar pelaku mendapatkan hukuman setimpal.
"Ya musibah, intinya ikhlas saja. Saya juga pengin hukumannya setimpal sama seperti apa yang pelaku lakukan ke ayah saya," kata dia.
Simak Video '12 Pasien jadi Korban Dukun Penggandaan Uang Banjarnegara':
Selengkapnya di halaman berikut.
Terpisah, kuasa hukum keluarga korban, Heri Purnama Tanjung berharap korban diberi keadilan dan pelaku dihukum setimpal. Dia juga menyebutkan, hasil autopsi memperlihatkan jika korban tewas akibat kehabisan nafas. Korban dikubur hidup-hidup oleh tersangka.
"Hasil autopsi begitu (dikubur hidup-hidup) jadi sebelum meninggal itu sudah dimasukkan ke liang kubur jadi kehilangan nafas," ujar Heri.
Heri menyebut dari fakta di lapangan, dia yakin pelaku bisa dijerat dengan hukuman berat.
"Sudah jelas ini berencana dari mulai penggandaan uang sampai pembunuhan karena modusnya penipuan ya 378 si korban ini semua menagih janji dukun tersebut dan akhirnya semua yang nagih dibunuh," kata Heri.
Di sisi lain, pihaknya menyampaikan apresiasinya karena kasus ini bisa terbongkar dan pelaku telah ditangkap.
"Pada intinya saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Mabes Polri, Propam Polri sudah membantu banyak dan termasuk Polres Banjarnegara," tutupnya.