Taruna: Masih Ada Kekerasan Senior ke Junior di PIP Semarang

Taruna: Masih Ada Kekerasan Senior ke Junior di PIP Semarang

Antara - detikJateng
Kamis, 17 Mar 2022 10:29 WIB
Ilustrasi Palu Hakim
Ilustrasi (Foto: Ari Saputra)
Solo -

Taruna Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang, Jawa Tengah, mengaku praktik kekerasan dalam pembinaan fisik oleh senior terhadap juniornya masih terjadi meski di luar lingkungan kampus tersebut. Hal ini terungkap dalam sidang tewasnya taruna Zidan Muhammad Faza akibat dianiaya lima seniornya.

"Tidak hanya sekali. Tidak pernah dilaporkan ke PIP," kata taruna PIP Semarang Fathul Muin ketika dimintai keterangan dalam sidang di Pengadilan Negeri Semarang dalam sidang yang dipimpin Hakim Ketua Arkanu, dikutip dari Antara, Kamis (17/3/2022).

Meski demikian, lanjut dia, pendisiplinan dengan kekerasan fisik tersebut dilakukan oleh oknum taruna senior, bukan seluruhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pembinaan ini juga bukan merupakan balas dendam dari senior kepada juniornya," lanjutnya.

Fathul juga mengaku tidak pernah melaporkan tindak kekerasan itu kepada pihak kampus.

ADVERTISEMENT

Kesaksian serupa juga disampaikan taruna Alfarez Arif Budiman yang juga menjadi saksi dalam perkara tersebut. Menurut dia, pemukulan senior terhadap junior tidak dilakukan dalam kondisi emosi.

Ia juga menyebut pihak sekolah sudah berupaya mengantisipasi tindak kekerasan di luar lingkungan kampus, misalnya dengan melakukan sidak secara berkala ke mes atau asrama para siswa.

Berkaitan dengan kematian Zidan Muhammad Faza, para saksi juga mengakui kelima terpidana dalam perkara ini melakukan pemukulan terhadap korban.

Selain itu, kelima pelaku juga sempat membawa korban ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan namun akhirnya meninggal dunia.

Sebelumnya diberitakan, lima taruna PIP Semarang didakwa menganiaya hingga tewas Zidan Muhammad Faza, taruna junior mereka di lembaga pendidikan milik pemerintah itu.

Kelima terdakwa, masing-masing Caecar Richardo Bintang Samudra Tampubolon, Aris Riyanto, Andre Arsprilla Arief, Albert Jonathan Ompusungu, dan Budi Dharmawan.




(rih/sip)


Hide Ads