Wonogiri - Debit air Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut dampak musim kemarau. Surutnya air membuat kompleks makam kuno yang berada di tengah waduk bermunculan.
Foto Jateng
Potret Munculnya Kompleks Makam Kuno di Tengah Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

Salah satu komplek makam yang mulai terlihat di kawasan perairan WGM berada di Lingkungan Jaban, Kelurahan Wuryantoro. Beberapa batu kijing tercecer atau berserakan. Bahkan ada yang sudah rusak atau hancur akibat terkikis air. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Namun ada juga yang masih pada tempatnya. Jarak antar satu makam dengan makam lain tidak terlalu jauh dan tidak terlalu padat. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Hampir semua kijing di sana berwarna putih dan menyerupai batu. Sebagian kijing tertulis nama jenazah dan tahun meninggal. Namun rata-rata tulisan itu sudah sulit terbaca. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Salah satu kijing yang masih bisa terbaca bertuliskan 'KASUMAWI JUMAT KLIWON 16.7.71'. Selain itu ada kijing yang bertuliskan aksara jawa. Namun di kijing itu tertulis tahun 1957. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Makam di kompleks itu belum semuanya muncul. Ada beberapa makam yang masih terendam air waduk. Selain itu ada juga yang baru terlihat setengah. Di genangan air dekat makam itu ada beberapa orang yang tengah mencari ikan. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, mengatakan pada zaman dulu di daerah Wonogiri bagian selatan banyak batuan kapur. Pada saat itu banyak batuan kapur yang juga dimanfaatkan untuk tatanan rumah. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Kemunculan kijing di perairan WGM saat kemarau seperti ini membuktikan jika dulu perairan WGM adalah permukiman warga. WGM dibangun pada 1978 dan mulai dioperasikan 1980. Pada saat itu sekitar 41.000 warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri harus dipindah atau transmigrasi. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Jika ingin mencoba melihat makam di Wuryantoro itu, kompleks makam berjarak sekitar 200 meter dari jalan perkampungan. Jika air waduk menyusut seperti saat ini, ada jalan setapak yang bisa dilewati sepeda motor hingga ke dekat kompleks makam. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng