Kulon Progo -
Sebuah perkampungan di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ditinggalkan oleh hampir seluruh penduduknya. Kini hanya ada satu keluarga di situ.
Foto Jogja
Potret Penghuni Terakhir di 'Kampung Mati' Kulon Progo

Kampung Mati ini berada wilayah Dusun Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo. Lokasinya jauh dari fasilitas publik seperti pasar, klinik, maupun kantor pemerintahan. Akses jalannya pun tak layak.
Hanya ada satu cara untuk bisa sampai ke kampung ini, yaitu dengan berjalan kaki menyusuri perbukitan. Trek yang ditempuh berupa tanah berbatu dan dengan tingkat kemiringan hingga 70 drajat. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk dilewati kendaraan, bahkan sepeda sekalipun.
Sumiran (49) dan istrinya Sugiati (50) dan kedua anaknya Agus Sarwanto (23) dan Dewi Septiani (10) menjadi satu-satunya penghuni di 'Kampung Mati' ini. Sebab, banyak tetangganya yang sudah eksodusΒ karena jengah dengan kondisi kampung yang terisolir.
Keluarga ini telah menetap di Kampung Mati sejak 24 tahun silam. Untuk makan dan minum keluarga ini mengandalkan sumber daya alam yang memang masih banyak ditemukan di perbukitan menoreh. Seperti sumber air bersih, sayur mayur, buah-buahan hingga hewan.
Si anak bungsu, Dewi Septiani masih duduk di kelas III, SD N Kutogiri. Dia tampak mewarnai gambar.
Keluarga Sumiran termasuk keluarga tidak mampu dan menerimaΒ program bantuan dari pemerintah. Di antaranya PKH hingga Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), yakni program bantuan perbaikan rumah yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat penerima bantuan dalam hal ini masyarakat yang terkategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).