Pakar Ungkap Arti Gelar Panembahan yang Diberikan PB XIV Purbaya ke 3 Pendukung

Pakar Ungkap Arti Gelar Panembahan yang Diberikan PB XIV Purbaya ke 3 Pendukung

Tara Wahyu NV - detikJateng
Rabu, 19 Nov 2025 18:18 WIB
Momen Paku Buwono XIV Purbaya saat memberi kenaikan gelar bagi 3 kakak perempuan dan 2 adik mendiang Paku Buwono XIII, Sabtu (15/11/2025).
Momen Paku Buwono XIV Purbaya saat memberi kenaikan gelar bagi 3 kakak perempuan dan 2 adik mendiang Paku Buwono XIII, Sabtu (15/11/2025). (Foto: dok. Humas Keraton Solo)
Solo -

Paku Buwono (PB) XIV Purbaya baru saja menaikkan gelar tiga kakak dan dua pamannya. Dari lima orang itu, tiga di antaranya mendapat tambahan gelar Panembahan.

Diketahui, yang dinaikkan gelar oleh PB XIV Purbaya meliputi ketiga kakak perempuannya, yakni GKR Rumbay Kusuma Dewayani, GRAy Devi Lelyana Dewi dan GRAy Dewi Ratih Widyasari.

PB XIV Purbaya juga menaikkan gelar dua pamannya atau adik PB XIII, yakni KGPH Benowo dan KGPH Adipati Dipokusumo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dosen Prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas UNS, Tunjung W Sutirto mengatakan, panembahan diambil dari sembah dan panembah. Di mana, orang yang mendapat gelar tersebut mempunyai keunggulan dalam spiritualitas.

"Penambahan dari kata sembah, dari kata panembah tapi dia adalah tokoh yang terhormat karena aspek spiritualitas, menguasai ilmu batin yang sangat tinggi," kata Tunjung saat dihubungi detikJateng, Rabu (19/11/2025).

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan gelar tersebut biasanya disematkan kepada seseorang yang sangat dihormati dan mempunyai keunggulan dalam spiritualitas. Di mana, sosok yang dianggap terhormat dan disembah itu yang mempunyai spiritualitas yang tinggi.

"Dulu yang namanya gelar panembahan itu biasanya disematkan kepada seseorang yang sangat dihormati karena mempunyai keunggulan dalam hal spiritualitas. Jadi yang dianggap terhormat yang disembah, panembahan itu orang yang spiritualitasnya tinggi," ungkapnya.

Hanya saja, untuk saat ini dirinya tidak tahu bagaimana gelar tersebut bisa diberikan. Apakah dilihat dari kualitas spiritual atau tidak.

"Jadi, panembahan itu intinya adalah orang yang dianggap terhormat secara spiritualitas sebenarnya. Sekarang enggak tahu orang yang diberi gelar panembahan itu secara spiritualitas itu bagaimana dan enggak bisa ngerti orang, kadar kualitasnya itu seperti apa," ungkapnya.

Tunjung menyebut, dulu spiritualitas itu dilihat dari sosok yang memulai kelebihan atau perkataannya menjadi pertanda. Untuk itu, gelar tersebut tidak bisa diberikan secara asal-asalan.

"Kalau dulu kan biasanya mempunyai satu karisma, mempunyai satu kelebihan secara spiritual itu misalnya ngerti sak durunge winarah (tahu sebelum terjadi). Atau apa yang diucapkan itu menjadi satu pertanda akan terjadi sesuatu, misalkan seperti itu," terangnya.

"Gelar panembahan itu ya orang yang secara singkat spiritualitasnya tinggi ya, tidak mesti semua orang itu mempunyai tekad spiritualitas yang tinggi sebagaimana kalau dalam agama seorang kiai itu kan, ya mestinya otoritas apa itu religiusnya kan tinggi sekali gitu," sambungnya.

Ia mengatakan, dulu nama panembahan sempat digunakan untuk menyebut nama sunan atau sultan.

"Ya, jadi awal mulanya itu kan sebelum ada satu otoritas politik yang menyangkut wilayah, yang menyangkut penguasaan manusia atau sumber daya manusia, kemudian yang menyangkut masalah penguasaan sistem kemasyarakatan yang kemudian dinamakan kerajaan kan ya gelarnya kan juga bukan raja, bukan ratu. Gelarnya ya masuk panembahan, bukan sultan, bukan sunan, kan begitu," terangnya.

"Gelar yang dikaitkan panembahan itu merupakan dengan masalah batin, bukan gelar lahiriah. Nah, kemudian dipadukan maka seorang raja itu dalam pandangan Hindu, kemudian disebut dewa raja kudus itu bahwa raja itu adalah wakil dewa di dunia. Itu paham lama semacam itu," terangnya.

"Yang mendapat gelar panembahan meliputi Kanjeng Gusti Panembahan Agung (KGPA) Hamangkunegoro, di Cirebon itu juga ada. Di Mataram Panembahan Senopati sebelum gelar sultan itu digunakan menggunakan gelar panembahan," lanjut Tunjung.

Sampai saat ini, Tunjung mengaku belum pernah mendengar atau melihat gelar Panembahan diberikan ke wanita. Biasanya, kata dia, gelar tersebut diberikan hanya untuk laki-laki.

"Sepanjang penghayatan saya tentang sumber-sumber itu, panembahan yang putri belum pernah dengar, ya yang biasanya panembahan itu lebih banyak kepada laki-laki," ucapnya.

Meski begitu, Tunjung menegaskan bahwa keputusan pemberian gelar merupakan hak dan wewenang PB XIV.

"Ya raja itu kan wenang wasesa artinya itu berkuasa penuh mau memberi gelar atau tidak atau mencabut gelar itu ya dari raja," pungkasnya.

3 Orang Diberikan Gelar Panembahan

Diberitakan sebelumnya, SIKS Paku Buwono (PB) XIV Purbaya menaikkan gelar kepada kerabatnya. PB XIV Purbaya menaikkan gelar ketiga kakak perempuannya, yakni GKR Rumbay Kusuma Dewayani, GRAy Devi Lelyana Dewi dan GRAy Dewi Ratih Widyasari.

Selain ketiga kakaknya, PB XIV Purbaya juga menaikkan gelar adik mendiang ayahnya PB XIII, yakni KGPH Benowo dan KGPH Adipati Dipokusumo. Pemberian itu dilakukan setelah Jumenengan PB XIV Purbaya, Sabtu (15/11).

"Kalau saya itu karena sudah GKR, (Gusti Kanjeng Ratu), saya disepuhkan lagi jadi GKR Panembahan Timoer. Kemudian Gusti Devi dan Gusti Ratih yang awalnya GRAy menjadi GKR," kata GKR Panembahan Timoer Rumbay Kusuma Dewayani.

Sedangkan kedua adik PB XIII dinaikkan dari Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) menjadi KGPA (Kanjeng Gusti Pangeran Adipati) Panembahan.

"Bukan mendapatkan baru tapi menaikkan gelar. Dari yang laki-lakinya itu Gusti Benowo dan Gusti Dipo yang mendapatkan kenaikan menjadi KGPA Panembahan. Jadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Panembahan," katanya.




(aku/alg)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads