12 Nama Musim dalam Pranata Mangsa Jawa dan Periode Waktu Terjadinya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Senin, 17 Nov 2025 16:39 WIB
Potret bunga saat musim hujan atau mangsa kapitu. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Denis83)
Solo -

Para petani Jawa zaman dahulu menggunakan pranata mangsa untuk menentukan waktu bercocok tanam. Total, ada 12 musim dalam pranata mangsa Jawa yang didasarkan atas peredaran semu Matahari.

Disadur dari dokumen unggahan e-Library Unikom, pranata adalah kata Jawa yang berarti ketentuan. Sementara itu, mangsa bermakna musim. Sistem penanggalan ini sudah ada sejak lama di tanah Jawa, bahkan sebelum zaman Hindu.

Pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang membawa Mataram Islam ke masa keemasan, pranata mangsa dikembangkan menjadi sistem kalender. Kala itu, pranata mangsa dikenal dengan istilah mangsa saja.

Sunan Paku Buwono VII dari Kasunanan Surakarta kemudian secara resmi menamakannya pranata mangsa. Sampai sekarang, pengetahuan untuk acuan bertani ini masih dipergunakan meski perlahan-lahan tergeser perkembangan teknologi.

Sebagaimana sudah disinggung di atas, terdapat total 12 nama musim dalam pranata mangsa Jawa. Ini 12 nama musim dan penjelasan ringkasnya.

12 Musim Pranata Mangsa Jawa

Diringkas dari tulisan Supardiyono Sobirin bertajuk 'Pranata Mangsa dan Budaya Kearifan Lingkungan' yang dipublikasikan di jurnal Budaya Nusantara, ke-12 musim pranata mangsa Jawa adalah:

1. Mangsa Kasa (22 Juni-1 Agustus)

Pertama, ada Mangsa Kasa yang berumur 41 hari. Sifat musimnya adalah 'udan rasa mulya' atau bila ada hujan turun, maka kesegaran dan kesejukan akan terasa. Pada musim ini, daun-daun tumbuhan berguguran. Di samping itu, beberapa tanaman berbunga, seperti jambu, durian, manggis, nangka, rambutan, dan srikaya.

Para petani memanfaatkan Mangsa Kasa untuk membakar sisa batang padi yang tertinggal sehabis panen. Tanah sawah lalu diolah lagi untuk ditanami palawija, seperti kacang, jagung, blewah, hingga ubi. Adapun tanah kering, dibiarkan saja.

2. Mangsa Karo (2-24 Agustus)

Selepas Mangsa Kasa, hadirlah Mangsa Karo yang berlangsung selama 23 hari. Petani mulai resah pada mangsa ini karena kondisi yang kering. Padahal, tanaman-tanaman palawija yang sebelumnya ditanam membutuhkan pengairan.

Mangsa Karo ditandai dengan tumbuhnya benih tanaman palawija. Pohon jambu, durian, mangga gadung, nangka, dan rambutan berbunga. Sementara itu, pisang, jeruk, dan sawo kecik berbuah.

Tafsir Mangsa Karo adalah 'bantala rengka'. Artinya, musim ini punya ciri khas tanah yang retak atau berbongkah. Pada Mangsa Karo, salah satu tandanya adalah menetasnya telur-telur hewan melata.

3. Mangsa Katiga (25 Agustus-17 September)

Pada musim ini tanaman-tanaman merambat mulai tumbuh. Petani sudah bisa memanen sebagian tanaman palawija. Untuk pengairan, para petani memanfaatkan air sungai atau sumur yang masih punya cadangan air.

Mangsa Katiga yang berlangsung selama 24 hari adalah puncak musim paceklik. Tanah tidak dapat ditanami karena kondisi air minim dan cuaca panas. Sumur banyak yang kering dan angin berhembus membawa debu.

4. Mangsa Kapat (18 September-12 Oktober)

Musim keempat dari pranata mangsa adalah Mangsa Kapat. Ini adalah peralihan dari kemarau ke hujan alias musim pancaroba. Mangsa Kapat berlangsung selama 25 hari, ditandai dengan burung pipit dan manyar yang mulai membuat sarang.

Sawah petani belum bisa ditanami sehingga dipergunakan untuk tempat penyemaian padi gaga. Pohon kepel dan asam berbunga. Adapun pohon durian, duwet, dan nangka mengeluarkan buahnya. Tafsir Mangsa Kapat adalah 'waspa kumembeng jroning kalbu' atau mata air tidak keluar.

5. Mangsa Kalima (13 Oktober-8 November)

Mangsa Kalima masih termasuk momen pancaroba dari kemarau ke hujan. Musim ini juga dikenal dengan nama labuh. Pada Mangsa Kalima, tafsirnya adalah 'pancuran emas sumawur ing jagat' alias hujan pertama yang turun adalah karunia.

Setelah masa kering yang demikian lama, petani menyambut Mangsa Kalima dengan suka cita. Sawah mulai diolah, pematang diperbaiki, dan pengaturan pembagian air dimulai. Padi gaga yang sebelumnya disemai mulai disebarkan.

Mangsa Kalima ditandai dengan keluarnya binatang-binatang melata dari sarang. Lalat beterbangan di mana-mana. Pohon mangga, durian, dan duwet berbuah. Langit menampilkan rasi bintang Orion di timur tanggal 13 Oktober pukul 00.00. Adapun di utara, rasi bintang Pleiades terlihat.

6. Mangsa Kanem (9 November-21 Desember)

Dengan durasi 43 hari, Mangsa Kanem adalah berakhirnya pancaroba dan permulaan fase awal musim hujan. Hujan disertai petir mulai terjadi. Musim ini ditandai dengan matangnya buah mangga, durian, dan rambutan. Petani memanfaatkan Mangsa Kanem untuk mulai membajak sawah sebagai persiapan. Benih padi juga disemai.

7. Mangsa Kapitu (22 Desember-2 Februari)

Biasa dikenal dengan musim rendeng atau hujan, Mangsa Kapitu berumur 43 hari. Curah hujan pada mangsa ini deras sekali. Petani mulai menanam bibit padi alias tandur. Pematang-pematang sawah yang rusak akibat hujan deras juga diperbaiki.

Mangsa Kapitu punya sifat 'guci pecah ing segara'. Artinya, hujan terjadi terus-menerus dengan intensitas tinggi. Sumber-sumber air jadi banyak sehingga memudahkan petani. Namun, angin kencang dan sungai yang meluap jadi masalah lain karena bisa menyebabkan banjir.

8. Mangsa Kawolu (3-28 Februari)

Pada Mangsa Kawolu, hujan mulai berkurang, tetapi guntur dan kilat sambar-menyambar. Pohon kepel, gayam, dan sawo manila mulai berbunga, sedangkan alpukat, wuni, dan kepundung berbuah.

Petani menggunakan Mangsa Kawolu yang berlangsung selama 27 hari untuk mematun, mendangir, dan merabuk (memberi pupuk) padi. Petani yang mengisi ladangnya dengan jagung memulai panen.

Mangsa Kawolu ditandai dengan perilaku kucing kawin, kunang-kunang bertebaran, dan tonggeret berkembang biak. Pada tengah malam tanggal 3 Februari, rasi bintang Crux muncul di langit timur, sedangkan Orion tampak menghiasi langit barat.

9. Mangsa Kasanga (1-25 Maret)

Berakhirnya Mangsa Kawolu berarti awal Mangsa Kasanga yang berumur 25 hari. Tafsir mangsa ini adalah 'wedaring wacana mulya' atau tersiarnya kabar berita. Para petani mulai mengerjakan lahan-lahan tegalannya. Adapun di sawah, orang-orangan dibuat di sana-sini untuk mengusir burung.

10. Mangsa Kadasa (26 Maret-18 April)

Mangsa Kadasa adalah musim pancaroba dari hujan ke kemarau. Biasa dikenal sebagai mareng, Mangsa Kadasa berumur 24 hari dengan tafsir 'gedong mineb jroning kalbu' (buah hati dalam hati).

Padi di sawah mulai menguning, sedangkan padi gaga di tegalan siap dipanen. Para petani mulai sibuk memanen padi gaga di tegalan dan mengusir burung pemakan bulir padi lainnya di sawah. Keresahan akan datangnya musim kemarau mulai timbul.

11. Mangsa Dhesta (19 April-11 Mei)

Musim kesebelas pranata mangsa adalah Mangsa Dhesta yang punya karakteristik udara panas pada siang hari. Musim ini berumur 23 hari. Tafsirnya adalah 'sotya sinorowedi' yang bermakna permata hati, penuh kasih sayang.

Petani sibuk menuai padi di sawah dan memanen umbi-umbian di tegalan pada Mangsa Dhesta. Di sisi lain, telur burung menetas dan sang induk berusaha keras menyuapi anak-anaknya. Langit selatan dihiasi rasi bintang Crux.

12. Mangsa Shada (12 Mei-21 Juni)

Mangsa Shada berlangsung selama 41 hari. Tandanya adalah udara dingin menusuk tulang pada pagi hari, pertanda awal kemarau. Hujan sudah tidak ada lagi sehingga cadangan air di sumur mulai berkurang.

Petani selesai memanen padi, lalu menjemur gabah untuk selanjutnya disimpan. Sisa-sisa jerami di sawah dibakar. Tanah mulai digarap untuk persiapan menanam palawija. Pada musim ini, kerbau dan sapi diistirahatkan.

Nah, itulah penjelasan ringkas mengenai 12 nama musim pranata mangsa Jawa. Semoga menambah wawasan detikers, ya!



Simak Video "Siap-siap "War" Tiket Indonesia Vs Argentina Segera Dimulai"

(sto/aku)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork