Petani dan warga Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Klaten hari ini mengarak lalu membakar ogoh-ogoh tikus. Aksi bakar tikus dalam kirab puncak acara Festival Mbok Sri 2025 itu berlangsung khidmat dan meriah.
Sejak pukul 08.00 WIB, petani, pengurus kelompok tani dan warga yang jumlahnya ratusan berkumpul di selatan dusun. Kirab diikuti berbagai elemen masyarakat membawa gunungan padi, dua gunungan sayur mayur, tokoh wayang, dan lainnya.
Warga melewati lahan pertanian dan berhenti di timur dusun untuk menggelar prosesi wiwitan. Di petak padi yang mulai menguning dilakukan acara petik padi oleh sesepuh tani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbarengan acara petik padi, dipentaskan fragmen tari oleh dua penari wanita, satu penari pria dan seorang dalang di pematang sawah. Sambil menikmati pentas, para wanita dewasa menyiapkan sajian nasi Wiwit yang sudah didoakan.
Nasi Wiwit berwadah daun pisang itu dibagi ke warga dan dinikmati bersama. Sedangkan para pemuda menggotong ogoh-ogoh tikus terbuat dari bambu, kertas dan kain sisa ke panggung di selatan dusun untuk dibakar.
"Kami ingin merefleksikan upaya kerja kami dalam advokasi petani, bahwa di Kecamatan Delanggu dua tahun terakhir kita berjuang mengatasi hama tikus meskipun empat bulan lalu sudah mulai pulih," ungkap direktur Festival Mbok Sri (FMS) 2025, Eksan Hartanto kepada detikJateng, Minggu (7/9/2025) siang.
Menurut Eksan, selama pengendalian hama tikus petani berupaya secara mandiri selama 1,5 tahun. Serangan hama tikus kali ini juga yang paling lama.
"Hama tikus yang kali ini merupakan serangan paling lama. Kami menduga adanya pembangunan tol membuat siklus hidup tikus semakin panjang," lanjut Eksan.
Dalam festival tahun ini, terang Eksan, mengangkat tema Seni Bertahan Petani. Sebab saat ini profesi petani lebih menjadi wahana bertahan petani di tengah minimnya keberpihakan.
"Di tengah minimnya dukungan pemerintah dan infrastruktur. Terlebih tuntutan petani tidak ada dalam tuntutan -tuntutan yang disuarakan massa akhir - akhir ini," papar Eksan.
Festival ke 8 ini, ucap Eksan, lebih banyak mengakomodasi program pertunjukan dan non pertunjukan. Dari sisi seni juga lebih bervariasi jenisnya.
"Untuk pertunjukan kami mengakomodasi seni kontemporer, modern dan berbagai disiplin seni seperti seni lukis, fotografi seni boga, juga ada lokakarya dan workshop. Selama tiga hari ada 1.500 seniman terlibat dan 3.000 warga desa di puncak acara hari ini," pungkas Eksan.
(aap/aap)