Melihat Candi Asu, Situs Budaya yang 'Terbaring' di Bawah Jalan Tol Klaten

Melihat Candi Asu, Situs Budaya yang 'Terbaring' di Bawah Jalan Tol Klaten

Achmad Husain Syauqi - detikJateng
Selasa, 19 Agu 2025 16:28 WIB
Penampakan Situs Keprabon atau Candi Asu, yang letaknya di bawah Tol Klaten, tepatnya Desa Keprabon, Polanharjo, Klaten, Selasa (19/8/2025).
Penampakan Situs Keprabon atau Candi Asu, yang letaknya di bawah Tol Klaten, tepatnya Desa Keprabon, Polanharjo, Klaten, Selasa (19/8/2025). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Situs Keprabon, atau situs Candi Asu, merupakan satu dari sekian banyak objek cagar budaya di wilayah Kabupaten Klaten. Namun situs di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo itu memiliki keunikan karena merupakan satu-satunya situs yang letaknya di kolong jalan tol.

Letaknya yang berada di bawah jalan tol membuat situs Keprabon tidak mudah dijangkau. Untuk mencapai lokasi, dari Jalan Raya Delanggu-Cokro harus berbelok kiri melewati jalan persawahan Dusun Keprabon.

Setelah sampai di terowongan tol selatan Dusun, harus berjalan menyusuri tepi batas jalan tol yang ditumbuhi semak belukar rapat sejauh sekitar 150 meter. Persis di bawah kolong tol terlihat papan situs yang dibuat Dinas Kebudayaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di selatan lokasi merupakan sungai yang cukup dalam. Sedangkan di barat dan timur lokasi situs merupakan sawah pertanian warga yang jauh dari permukiman penduduk.

Situs Keprabon dari pantauan detikJateng, bukanlah bangunan candi seperti julukannya. Di lokasi berpagar galvalum ukuran 3x3 meter itu hanya ada sebuah batu Yoni berukuran sekitar 80x80 sentimeter.

ADVERTISEMENT

Yoni berbahan batu andesit kecoklatan dan mulai rusak karena korosi cuaca. Ujung cerat (tempat air mengalir) terdapat motif berbentuk menyerupai kepala anjing atau kura-kura, sehingga warga menyebutnya Candi Asu.

"Wit biyen diarani Candi Asu, bentuk e kados ngoten (sejak dulu disebut candi Asu, bentuk seperti itu). Wit biyen ten mriku (sejak dulu ya begitu)," ungkap Suwono, petani sekitar kepada detikJateng, Rabu (19/8/2025) siang.

Menurut Suwono, batu Yoni itu tidak pernah bergeser sejak dirinya kecil sampai sekarang berusia 79 tahun. Dulunya lokasi itu merupakan sawah tanaman padi.

"Dulunya sawah tanaman padi, sejak dulu ya di situ tidak ada yang memindahkan. Lokasi Yoni dulunya berupa grumbul (bukit kecil bersemak)," tuturnya.

Suswono menyatakan saat proyek tol dimulai, batu Yoni tetap bergeming dari tempat asalnya. Meskipun sudah berada di kolong tol masih sering ada orang ke lokasi.

"Masih sering ada yang ke lokasi, dari Solo juga pernah ada. Kalau warga sini sudah biasa saja," kata Suwono yang berumur 79 tahun.

Penampakan Situs Keprabon atau Candi Asu, yang letaknya di bawah Tol Klaten, tepatnya Desa Keprabon, Polanharjo, Klaten, Selasa (19/8/2025).Penampakan Situs Keprabon atau Candi Asu, yang letaknya di bawah Tol Klaten, tepatnya Desa Keprabon, Polanharjo, Klaten, Selasa (19/8/2025). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Analis Cagar Budaya dan Koleksi Museum Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten, Wiyan Ari Tanjung, menyatakan situs Keprabon merupakan satu-satunya situs di bawah beton jalan tol. Saat pembangunan tol memang tidak digeser.

"Dari dulu di situ, dulu sawah dan sekarang jalan tol. Proyek tol menghindari dengan tidak diurug dan seperti dibuatkan jembatan,," ungkap Wiyan Ari saat diminta konfirmasi detikJateng.

Menurut Wiyan Ari, saat pembangunan tol dimulai sudah dilakukan koordinasi dan sosialisasi di balai desa. Dinas sudah memasang papan situs di lokasi.

"Sudah ada plang papanya, sudah kita sosialisasi juga. Ini satu-satunya yang di bawah tol, situs Wonoboyo (Kecamatan Jogonalan) itu tidak persis di bawah tol, agak ke timur dan tidak ada bendanya cuma lokasi temuan," jelas Wiyan.

Dilansir detikJateng, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) mengecek informasi adanya sebuah batu atau artefak diduga Yoni di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Klaten yang terancam proyek tol Yogyakarta-Solo. Tampak patok-patok jalan tol sudah terpasang di kanan dan kiri batu diduga Yoni tersebut.

Pamong Budaya Madya BPCB Jateng, Deny Wahju Hidajat saat dikonfirmasi menjelaskan, temuan itu sudah disampaikan ke tim untuk dicek. Menurutnya, proyek tol semestinya digeser agar tidak merusak cagar budaya.

"Sudah saya sampaikan ke tim sebab berkaitan jalan tol ada tim tersendiri dari BPCB. Akan dicek," kata Deny saat dihubungi detikcom, Sabtu (8/8/2020).

Menurut Deny, meskipun ada temuan batu diduga Yoni diperkirakan dari era Mataram kuno (abad 8-9 M) itu, di lokasi tersebut belum tentu ada candinya.

"Kebanyakan Yoni tersebar di kebun atau sawah. Ada Yoni belum tentu diikuti temuan candi," jelas Deny.




(apu/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads