Sesal Kartini Tak Bisa Kirim Celana Tidur buat Sahabatnya Rosita di Belanda

Sesal Kartini Tak Bisa Kirim Celana Tidur buat Sahabatnya Rosita di Belanda

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Senin, 21 Apr 2025 17:25 WIB
Surat RA Kartini untuk sahabat penanya Rosita Manuela Abendanon di Museum RA Kartini Rembang. Foto diunggah Senin (21/4/2025).
Surat RA Kartini untuk sahabat penanya Rosita Manuela Abendanon di Museum RA Kartini Rembang. (Foto: Angling Adhitya/detikJateng)
Rembang -

Pahlawan nasional, Raden Ajeng (RA) Kartini, semasa hidupnya memiliki sahabat pena Rosita Manuela Abendanon. Dalam salah satu suratnya, Kartini mengungkapkan keinginannya mengirim celana tidur untuk sang sahabat.

Surat Kartini untuk Rosita Abendanon itu dipajang di Museum R. A. Kartini, Rembang. Surat-surat Kartini kepada Rosita Abendanon dikumpulkan setelah Kartini meninggal usia muda pada tahun 1905.

Surat-surat Kartini kepada rekan-rekannya di Belanda itu dikumpulkan dan dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Kartini memanggil Rosita Abendanon dengan panggilan Ibu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam suratnya itu, Kartini mengungkapkan penyesalannya tak bisa mengirimkan celana tidur untuk Rosita. Dengan bahasa halus, Kartini juga memerinci harga barang-barang yang ingin dikirimkan dalam mata uang Gulden atau Ζ’, lengkap dengan biaya ongkos kirim (ongkir) di zaman itu.

Berikut isi surat Kartini untuk Rosita:

ADVERTISEMENT

Dengan sangat menyesal, saya tidak dapat mengirim ibu celana-celana tidur. Saya tidak dapat memperolehnya, sekurang-kurangnya dengan harga Ζ’ 2 celana itu ada tapi jelek sekali, saya dilarang suami saya mengirimkan barang itu. Saya kirimkan saja 12 pasang selop seharga 75 sen sepasang = Ζ’ 9 dan 3 helai sarung Lasem seharga Ζ’ 12= Ζ’ 36 dengan ongkos kirim Ζ’ 1,40 jumlah Ζ’ 40,46.

Dan sudikah ibu mengingatkan "Oost En West" bahwa kami belum menerima uang sejumlah Ζ’ 33 untuk tali temali kekang kuda. Sarung untuk ibu sedang dibuat. Kalau sudah ada yang selesai, akan segera saya kirimkan. Bagaimana dengan celana tidur? Ibu mau yang seharga Ζ’ 4 atau Ζ’ 3, akan segera saya kirim. Suami saya di sini mempunyai dos rokok bagus dari perak buatan Bumi Putera, saya kirimkan kepada ibu? Nah Ibuku tercinta, salam! Terimalah bersama tuan, salam hangat kami berdua dan bahan Ibu sendiri, Cium mesra pada tiap pipi dari anak perempuanmu.

Rembang, 6 Agustus 1904.

Museum RA Kartini di Rembang. Foto diunggah Senin (21/4/2025)Suasana Museum RA Kartini di Rembang.,Senin (21/4/2025) Foto: Angling Adhitya/detikJateng

Sosok Rosita Abendanon

Lantas siapa sosok perempuan yang akrab dipanggil Ibu oleh Kartini itu? Rosita ternyata adalah istri dari Jacques Henrij Abendanon yang merupakan Menteri Pendidikan, Agama, dan Industri Hindia Belanda dari tahun 1900 hingga 1905. Suami istri itu berada di Hindia Belanda dan bertemu dengan Kartini yang kemudian menjadi teman dekat.

"J.H. Abendanon (1852-1925) menikahi Rosita (1857-1944) dari Puerto Rico di tahun 1883 setelah istri pertamanya wafat. Kunjung bersejarah bertanggal 8-9 Agustus 1900 telah memberi secercah harapan kehidupan tiga saudara, khususnya R. A. Kartini. Ny Abendanon menjadi pendengar yang baik bagi mereka bertiga (belakangan Kartinah dan Soematri juga berkirim surat). Surat-surat R. A. Kartini yang diterimanya mendominasi isi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" (terbit kali pertama dalam bahasa Belanda, Door Duisternis Tot Licht, di tahun 1911 prakarsa Ny Abendanon dan disusun dengan penuh semangat oleh J.H. Abendanon)," tulis keterangan di Museum R. A. Kartini soal sosok Rosita Manuela Abendanon.

Kartini yang dikenal sebagai perempuan cerdas itu memang gemar berkirim surat. Di museumnya itu juga dipajang buku Door Diiterniss Tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang cetakan pertama tahun 1911.

Buku itu berisi surat-surat dari Kartini dan yang terbuka di museum terlihat ditulis dengan bahasa Belanda. Sejumlah kutipan surat yang menginspirasi dari Kartini juga ditampilkan beberapa di dinding kaca.

Salah satu suratnya yang ditulis adalah soal keinginannya memberikan pendidikan bagi anak perempuan kala itu.

"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali kall kami menginginkan anak perempuan menjadi saingan bagi anak laki-laki dalam perjuangan hidupnya, tetapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya. Kewajiban yang diserahkan alam sendiri kedalam tangannya. Menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama," demikian petikan surat Kartini yang tertanda Japara 4 Oktober 1902.

Dari pantauan detikJateng di Museum R. A. Kartini bertepatan dengan Hari Kartini ke-146, pengunjung dari kalangan siswa silih berganti datang. Mereka bisa menyaksikan barang-barang peninggalan Kartini seperti tempat tidur, meja makan, mesin jahit, hingga meja tempat Kartini menulis.

Dikutip dari laman resmi Museum R. A. Kartini, di sana terpajang koleksi yang berjumlah 224 buah yang terbagi menjadi enam jenis, yaitu ethnografika, historika, filologi, keramologika, teknologika, dan seni rupa. Gedung yang digunakan pernah difungsikan sebagai Rumas Dinas Bupati Rembang. R.A. Kartini pernah tinggal di sana bersama suaminya K.R.M Adipati Ario Djojoadhiningrat yang menjabat Bupati Rembang pada tahun 1889- 1912.

Wakil Ketua Dharma Wanita Kabupaten Rembang, Asrofah mengatakan banyak yang bisa diambil sebagai pelajaran dengan mengunjungi Museum R. A. Kartini. Dengan para generasi muda yang datang, bisa lebih mengenal pahlawan emansipasi wanita itu.

"Banyak sekali peninggalan R. A. Kartini di sini, ada tempat tidur, baju, meja makan, asli semua, termasuk tempat rias. Ini bisa mengenalkan dan edukasi soal sejarah Kartini," ujar Asrofah di Museum R. A. Kartini saat menghadiri perayaan Hari Kartini, Senin (21/4/2025).

Sementara itu Canggah atau keturunan keempat Raden Ajeng Kartini, Joddy Mulya Setya Putra punya pesan kepada masyarakat Indonesia untuk memaknai Hari Kartini lebih dalam, tidak hanya seremonial saja.

"Peringatan bukan hanya peringatan semata. Tapi bagaimana warisan eyang khususnya semangat-semangatnya, kata kata dan tulisan harus bisa dirincikan dalam aksi nyata," kata Joddy usai acara.




(ams/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads