Tumplek Blek Warga Boyolali Banjiri Grebeg Sadranan di Cepogo

Tumplek Blek Warga Boyolali Banjiri Grebeg Sadranan di Cepogo

Jarmaji - detikJateng
Minggu, 09 Feb 2025 12:37 WIB
Grebeg sadranan di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Minggu (9/2/2025).
Grebeg sadranan di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Minggu (9/2/2025). (Foto: Jarmaji/detikJateng)
Boyolali -

Grebeg sadranan di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali berlangsung meriah. Ribuan warga dari berbagai daerah tumplek blek mengikuti acara yang berlangsung di Alun-alun Pancasila.

"Paguyuban kepala desa beserta pihak kecamatan Cepogo, mengadakan grebeg sadranan ini dengan maksud untuk membuka atau memulai bahwa acara tradisi sadranan tahun 2025 sudah dimulai," kata Ketua Panitia Grebeg Sadranan tahun 2025, Mawardi, disela-sela acara di Alun-alun Pancasila, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Minggu (9/2/2025).

Dikemukakan Mawardi, bahwa tradisi sadranan dilaksanakan warga Kecamatan Cepogo setiap tahunnya. Yakni di bulan Syaban atau Ruwah dalam penanggalan Jawa, jelang bulan Ramadan. Biasanya dilaksanakan secara bergiliran tiap dukuh atau desa mulai tanggal 10 Ruwah ke atas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sehingga, sebagai penanda dimulainya tradisi yang berlangsung turun temurun sejak zaman dahulu itu, Paguyuban Kepala Desa dan Pemerintah Kecamatan Cepogo menggelar Grebeg Sadranan.

Grebeg Sadranan kali ini merupakan yang kedua kalinya digelar. Pertama dilaksanakan tahun 2019. Kemudian vakum karena terjadi pandemi COVID-19 dan baru dilaksanakan lagi pada tahun 2025 ini.

ADVERTISEMENT

Pantauan detikJateng, acara grebeg sadranan diawali dengan kirab oleh seluruh peserta, perwakilan warga dari 15 desa di kecamatan Cepogo, dari rumah kepala desa Mliwis menuju Alun-alun Pancasila. Selain tenong berisi berbagai makanan yang dibawa warga, juga ada 9 gunungan.

Gunungan itu terbuat dari berbagai makanan khas yang ada di tiap sadranan yakni apem, sagon, jenang, jadah dan lainnya. Juga ada gunungan sayuran hasil bumi dan jajanan pasar.

"Ini sebagai wujud syukur kita kepada Allah SWT, yang telah memberikan begitu banyak nikmat," ucapnya.

Sesampainya di Alun-alun, gunungan dan puluhan tumpeng serta ratusan tenong ditaruh berjajar di lapangan. Di lokasi itu juga sudah ada ribuan warga yang hadir dan ngalap berkah dari grebeg sadranan ini. Di tribun barat, maupun di utara dan selatan lapangan tampak dipenuhi warga.

Acara juga dihadiri jajaran perwakilan Forkopimda, forkopimcam dan tamu undangan. Prosesi acara pun dimulai. Setelah dilakukan dzikir tahlil dan pembacaan doa, ribuan warga yang tadinya terlihat tenang di pinggir lapangan, langsung tumplek blek ke tengah ke tenong-tenong yang dibawa warga. Mereka pun berebut makanan dan gunungan, untuk ngalap berkah.

Grebeg sadranan di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Minggu (9/2/2025).Grebeg sadranan di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Minggu (9/2/2025). Foto: Jarmaji/detikJateng

Menurut Mawardi, Grebeg Sadranan kali ini dilaksanakan pada tanggal 10 Ruwah. Mengikuti penanggalan Jawa. Setelah ini, warga di tiap dukuh akan menggelar tradisi sadranan dengan diawali pembersihan makam, kemudian kirim doa ke leluhur, sadranan dan diakhiri dengan saling silaturahmi dari rumah ke rumah.

"Besok Selasa (11/2) ini di Kisan, Desa Sumbung sudah mulai (gelar sadranan). Kemudian akan diakhiri nanti pada saat terakhir sadranan di Pedut, Wonodoyo, itu sekitar tanggal 27 bulan Syaban (Ruwah)," jelas Kepala Desa Cepogo ini.

Sekretaris Daerah (Sekda) Boyolali, Wiwis Trisiwi Handayani, yang hadir di acara tersebut mengapresiasi digelarnya grebeg sadranan ini. "Pemkab Boyolali mengapresiasi terselenggarakannya grebeg sadranan ini. Semoga kegiatan ini ke depan bisa menjadi destinasi wisata dan budaya di Kabupaten Boyolali," harap Wiwis.

Sementara itu anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, yang juga warga Boyolali, Dwi Adi Agung Nugroho, menyampaikan grebeg sadranan ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan tradisi sadranan yang sudah berlangsung turun temurun.

"Semoga juga akan menjadi destinasi wisata baik segi religi maupun budaya. Ini juga untuk mengajarkan kepada generasi muda untuk tidak lupa dengan tradisi leluhur. Nilai-nilai dan kearifan tradisi ini harus kita tanamkan di zaman digital ini," kata Dwi.




(aku/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads