Apa Arti Sedulur Papat Lima Pancer? Ini Maknanya dalam Budaya Jawa

Apa Arti Sedulur Papat Lima Pancer? Ini Maknanya dalam Budaya Jawa

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Jumat, 29 Nov 2024 12:47 WIB
Ilustrasi meditasi
Ilustrasi sedulur papat lima pancer. (Foto: Freepik/freepik)
Solo -

Sedulur papat lima pancer merupakan salah satu istilah yang cukup dikenal oleh masyarakat Jawa, terlebih generasi yang lebih tua. Namun, mungkin banyak anak-anak muda yang tidak memahami betul apa arti sedulur papat lima pancer itu sendiri.

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sedulur papat lima pancer dapat diartikan sebagai 'empat saudara, lima sebagai pusatnya'. Menurut Petir Abimanyu dalam buku Ilmu Mistik Kejawen, konsep ini diyakini berasal dari suluk Kidung Kawedar atau Kidung Sarira Ayu yang dibuat oleh Sunan Kalijaga sekitar abad 15-16.

Konsep sedulur papat lima pancer dimaknai dalam dua konsep berbeda oleh masyarakat Jawa. Mari simak pembahasan selengkapnya di bawah ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arti Sedulur Papat Lima Pancer sebagai 'Saudara' Gaib

Dirangkum dari buku Ilmu Mistik Kejawen oleh Petir Abimanyu serta Membaca Identitas oleh Edy Suhardono dan Audifax, sedulur papat lima pancer adalah konsep spiritual dalam budaya Jawa yang menjelaskan tentang hubungan manusia dengan empat elemen pendukung yang muncul sejak kelahiran. Keempat elemen ini dianggap sebagai 'saudara' gaib yang selalu menemani manusia sepanjang hidupnya. Apa saja elemennya?

1. Kakang Kawah (Air Ketuban)

Kakang Kawah adalah elemen pertama yang keluar saat kelahiran. Ia dianggap sebagai saudara tua yang melindungi fisik manusia dari bahaya. Secara spiritual, Kakang Kawah melambangkan perlindungan dan keberanian. Posisi simboliknya berada di timur dengan warna putih.

ADVERTISEMENT

2. Adi Ari-ari (Plasenta)

Ari-ari keluar setelah bayi lahir. Elemen ini dianggap sebagai saudara muda yang membantu menjaga dan mendukung perjalanan hidup manusia. Secara spiritual, ia melambangkan kedamaian dan kebijaksanaan, dengan posisinya di barat dan warna kuning.

3. Getih (Darah)

Darah adalah elemen yang keluar selama proses kelahiran. Elemen ini dianggap membantu pertumbuhan dan memberikan kekuatan kepada bayi. Dalam konsep ini, darah melambangkan semangat hidup. Posisinya berada di selatan dengan warna merah.

4. Puser (Tali Pusat)

Puser atau tali pusat berfungsi sebagai penghubung antara bayi dan ibu selama dalam kandungan. Setelah lahir, tali pusat yang terputus melambangkan pusat keberadaan manusia. Secara spiritual, ia mendistribusikan energi dan melambangkan kekuatan. Posisi simboliknya berada di utara dengan warna hitam.

Sementara itu, pancer adalah diri manusia itu sendiri yang menjadi pusat dari keempat elemen di atas. Dalam kehidupan, pancer melambangkan roh sejati yang mengendalikan kekuatan, semangat, kecerdikan, dan kesucian yang berasal dari sedulur papat.

Konsep sedulur papat lima pancer mengajarkan manusia untuk mengenal asal-usul dirinya dan memahami hubungan dengan kekuatan spiritual yang menyertainya sejak kelahiran. Keempat saudara ini adalah refleksi dari metamorfosis energi kehidupan yang membantu manusia menghadapi berbagai tantangan. Dalam budaya Jawa, keempat saudara ini dihormati dan dijaga melalui berbagai ritual seperti selamatan atau bancaan.

Sedulur Papat Lima Pancer sebagai Gambaran Hawa Nafsu

Selain dipahami sebagai empat elemen spiritual, Petir Abimanyu dalam buku Ilmu Mistik Kejawen menyebutkan, sedulur papat lima pancer juga menggambarkan empat jenis hawa nafsu yang ada dalam diri manusia, yaitu:

1. Amarah (Nafsu Kemarahan)

Amarah adalah nafsu yang mendorong manusia untuk merasa ingin menang sendiri, bertengkar, atau kehilangan kesabaran. Jika manusia terlalu mengikuti nafsu amarah, ia akan sulit berpikir jernih dan cenderung menciptakan konflik. Pengendalian nafsu ini dapat dilakukan dengan bersikap sabar, yang menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

2. Supiyah (Nafsu Keindahan)

Supiyah adalah nafsu yang berhubungan dengan keinginan manusia terhadap keindahan, seperti cinta dan asmara. Ketertarikan pada hal-hal indah adalah naluri alami, tetapi bila berlebihan, nafsu ini dapat menguasai pikiran dan membakar dunia, menyebabkan kehancuran. Oleh karena itu, manusia harus bijak dalam menyeimbangkan perasaan dan keinginan terhadap keindahan.

3. Aluamah (Nafsu Serakah)

Aluamah adalah nafsu keserakahan, yang membuat manusia selalu merasa tidak puas dan ingin memiliki lebih banyak. Nafsu ini dapat mendorong manusia untuk terus mencari kekayaan atau kemakmuran tanpa batas, bahkan merugikan orang lain. Pengendalian aluamah penting agar manusia tidak diperbudak oleh keinginan material.

4. Mutmainah (Nafsu Keutamaan)

Mutmainah adalah nafsu yang berhubungan dengan kebajikan atau keutamaan. Meski positif, nafsu ini juga perlu dikendalikan. Contohnya, membantu orang lain adalah perbuatan baik, tetapi jika dilakukan secara berlebihan hingga melupakan kebutuhan diri sendiri, hal ini dapat menjadi tidak seimbang.

Dalam konsep ini, pancer adalah diri manusia sendiri yang menjadi pusat dari keempat nafsu. Sebagai pusat, manusia harus mampu mengawasi dan mengatur agar keempat nafsu tersebut tidak menguasai dirinya.

Jika manusia tidak dapat mengendalikan nafsunya, hidupnya akan kacau dan penuh kesulitan. Sebaliknya, dengan menjadi pengendali yang bijak, manusia dapat menjalani kehidupan yang seimbang dan harmonis.

Demikian penjelasan lengkap mengenai arti sedulur papat lima pancer dalam budaya Jawa. Semoga bermanfaat!




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads