Indonesia memiliki ratusan motif batik yang tersebar di seluruh wilayahnya. Adapun salah satu yang paling populer di Jawa adalah batik ceplok. Berbagai macam batik ceplok telah berkembang dari masa ke masa, menghadirkan berbagai variasi yang unik dan menarik. Setiap motif membawa nilai filosofis yang mendalam.
Dikutip dari buku Batik Sumbangsih & Teknik Pewarnaan oleh Iip Saripah dkk, salah satu ciri khas dari batik ceplok adalah motif yang simetris dan umumnya tersusun atas bentuk belah ketupat. Namun, ada juga batik ceplok yang terbentuk dari garis-garis silang yang membentuk lingkaran, bintang, atau persegi.
Penasaran dengan batik ceplok, detikers? Mari simak penjelasan lengkap di bawah ini yang dihimpun detikJateng dari buku Batik Filosofi, Motif dan Kegunaan oleh Adi Kusrianto dan Motif Batik Klasik Legendaris dan Turunannya oleh Adi Kusrianto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenal Batik Ceplok dan Sejarahnya
Batik ceplok adalah salah satu jenis motif batik yang mengangkat tema bunga-bungaan. Motif ini biasanya menampilkan bentuk bunga dari tampak depan, sering kali dihiasi dengan daun atau elemen lain yang tersusun dalam pola geometris seperti segi empat.
Motif ceplok termasuk ragam hias batik kuno dan memiliki banyak variasi, seperti grompol dan motif-motif yang diawali dengan kata 'kembang', misalnya kembang kates atau bang cengkeh. Motif ini banyak ditemukan dalam batik rakyat yang terinspirasi dari kehidupan sederhana di pedesaan.
Secara umum, motif ceplok dapat dikenali dari susunan pola geometri yang berulang, seperti lingkaran, segi empat, atau bentuk bintang. Meski pembuat motif ceplok sering tidak memikirkan makna filosofis di baliknya, secara visual motif ini mencerminkan keseimbangan, keteraturan, dan kesempurnaan. Motif ceplok banyak ditemukan dalam batik rakyat karena bentuk-bentuk geometrinya terinspirasi dari objek alam yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat desa.
Selain itu, ornamen ceplok memiliki sejarah panjang dan dapat ditemukan pada hiasan-hiasan arca di candi-candi Hindu dan Buddha. Contohnya adalah pola Ceplok yang terdapat pada arca Buddha Mahadewa dari Candi Tumpang dan arca Brekhuti dari Candi Jago di Malang, Jawa Timur. Motif ini merupakan bagian penting dari warisan budaya, menghubungkan seni batik dengan sejarah dan kepercayaan spiritual masyarakat Jawa kuno.
Macam-macam Motif Batik Ceplok
Batik ceplok memiliki begitu banyak motif dengan filosofinya masing-masing. Mari simak penjelasan di bawah ini untuk mengenalnya, detikers!
1. Ceplok Bunga
Motif ceplok Bunga adalah salah satu motif yang paling beragam dalam kelompok ceplokan. Sentral motifnya menggambarkan bunga dengan berbagai variasi bentuk. Beberapa contoh motif ini adalah ceplok arum dalu, ceplok blibar, ceplok kembang tebu, dan ceplok kenongo. Setiap motif memiliki corak bunga yang khas, dan biasanya dihiasi dengan ornamen tambahan seperti daun.
Keberagaman motif ini menunjukkan kekayaan inspirasi dari alam, khususnya flora. Meski motif-motif ini tidak selalu dibuat dengan tujuan filosofis, secara umum motif bunga dalam batik sering dianggap melambangkan keindahan dan kehidupan yang terus tumbuh. Hal ini menjadikan ceplok bunga sebagai motif yang menarik dan mudah diterima oleh masyarakat luas.
2. Ceplok Garuda
Motif ceplok garuda mengambil bentuk sentral dari burung garuda, yang digambarkan dalam berbagai variasi. Garuda merupakan simbol yang sangat penting dalam budaya Jawa, terutama karena ia dianggap sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan. Motif ceplok garuda sering kali digabungkan dengan motif-motif lain seperti Parang Rusak dan Kawung, menciptakan kombinasi yang unik.
Penggunaan simbol garuda dalam motif ini bukan hanya sebagai ornamen, tetapi juga memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan kekuatan dan perlindungan. Hal ini menjadikan ceplok garuda sebagai motif yang sering digunakan oleh kalangan kerajaan dan bangsawan sebagai simbol keagungan.
3. Ceplok Sriwedari
Ceplok sriwedari terinspirasi dari konsep taman yang indah dan menarik. Motif ini serupa dengan ceplok lung slop, tetapi dengan beberapa perbedaan pada detail motif, terutama pada isen-isen atau hiasan kecil di dalam kotak motif. Nama sriwedari sendiri merujuk pada taman yang melambangkan ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.
Filosofi di balik motif ini adalah upaya untuk menghadirkan keindahan dan kesegaran dalam hidup, layaknya sebuah taman yang memikat hati. Motif ini biasanya dipakai untuk mencerminkan keinginan pemakainya untuk menjalani hidup dengan lebih harmonis dan penuh kedamaian.
4. Ceplok Satria Wibawa
Ceplok satria wibawa adalah motif yang memiliki bentuk dasar segi empat dengan titik pusat di tengah. Dalam ajaran Jawa, motif ini dikaitkan dengan konsep kekuasaan dan kebijaksanaan. "Satria wibawa" sendiri menggambarkan seorang raja yang berwibawa, tenang, dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
Motif ini melambangkan sifat kepemimpinan yang kuat dan stabil. Dalam konteks penggunaannya, motif ini sering dipilih oleh mereka yang ingin menonjolkan kesan kekuatan, kepercayaan diri, dan kebijaksanaan, terutama di kalangan pemimpin atau tokoh penting.
5. Ceplok Rambil Secukil
Motif ceplok rambil secukil menggabungkan beberapa elemen hiasan dari motif Parang dengan bentuk Kawung berukuran besar. Motif ini menghadirkan kombinasi pola yang dinamis dan menarik, dengan garis-garis tegas dari Parang yang berpadu dengan bentuk melingkar dari Kawung.
Meski tidak ada filosofi khusus yang disampaikan, perpaduan kedua motif ini menunjukkan keterampilan dalam menyatukan dua elemen klasik menjadi satu kesatuan yang harmonis. Ini menjadikan ceplok rambil secukil sebagai contoh motif yang mencerminkan inovasi dalam desain batik tradisional.
6. Ceplok Bligon
Ceplok bligon terinspirasi dari buah bligo, sejenis labu yang biasa dibuat menjadi manisan. Bentuk buah Bligo menyerupai kolang-kaling, tetapi lebih besar, dan ini menjadi inspirasi bagi bentuk dasar motif ceplok bligon. Di dalam motifnya, terdapat isen-isen berupa motif Parang yang menambah kedalaman pada desain.
Bentuk labu yang sederhana namun unik memberikan kesan motif ini sebagai cerminan kesederhanaan dan kelimpahan alam. Meski tampaknya sederhana, motif ini memiliki daya tarik yang kuat karena detail yang menarik dalam setiap bentuknya.
7. Ceplok Renggo Puspita
Ceplok renggo puspita adalah motif batik yang sering dikaitkan dengan upacara pernikahan. Motif ini menggunakan elemen dari motif Truntum dan motif-motif bunga yang tersusun rapi sebagai ornamen hias. Pewarnaannya yang klasik dan elegan memberikan kesan anggun, menjadikannya favorit dalam acara-acara sakral.
Filosofi dari motif ini berkaitan dengan cinta kasih dan kesetiaan, yang merupakan elemen penting dalam pernikahan. Oleh karena itu, ceplok renggo puspita sering dipilih sebagai simbol harapan akan kebahagiaan dan kelanggengan dalam kehidupan rumah tangga.
8. Ceplok Bang Cengkeh
Ceplok bang cengkeh adalah motif yang menggambarkan bunga cengkeh, yang merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Motif ini dikenal sebagai salah satu motif batik saudagaran, yang banyak diminati oleh konsumen dan tidak terikat pada acara atau tujuan tertentu, sehingga bisa dipakai kapan saja.
Motif ini mencerminkan kemandirian dan keterbukaan, karena tidak memiliki aturan khusus dalam penggunaannya. Bang cengkeh juga menjadi simbol fleksibilitas dan kebebasan dalam berekspresi melalui batik, menjadikannya pilihan yang populer di kalangan masyarakat modern.
9. Ceplok Trenggiling Menthik
Motif ceplok trenggiling menthik merupakan batik klasik modern yang diciptakan oleh Panembahan Hardjonagoro atau Go Tik Swan. Motif ini menampilkan elemen-elemen yang terinspirasi dari hewan trenggiling, yang dikenal dengan bentuk tubuhnya yang unik.
Inovasi yang dihadirkan dalam motif ini menunjukkan bahwa batik dapat terus berkembang dan menyesuaikan dengan zaman, tanpa kehilangan akar tradisionalnya. Motif ini adalah contoh dari perpaduan antara klasik dan modern dalam dunia batik, menjadikannya salah satu karya yang bernilai tinggi dalam seni batik kontemporer.
10. Ceplok Barong Purbonegoro
Motif ceplok barong purbonegoro menggunakan elemen parang barong sebagai isen-isen atau pola pengisi. Nama Purbonegoro berasal dari kata 'purbo' yang berarti memelihara, dan 'negoro' yang berarti negara. Oleh karena itu, motif ini bisa dianggap sebagai simbol perlindungan dan pemeliharaan.
Motif ini mencerminkan tanggung jawab besar dan peran penting dalam menjaga keharmonisan dan kestabilan. Pemakainya dapat merasakan kekuatan simbolis yang terkandung di dalam motif ini, menjadikannya cocok untuk mereka yang memiliki peran penting dalam masyarakat atau keluarga.
Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai macam-macam ceplok dan filosofinya. Semoga bermanfaat, detikers!
(par/par)