Di dalam Gua Jatijajar yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, terdapat diorama yang mengisahkan legenda Pangeran Kamandaka. Cerita ini juga dikenal sebagai Legenda Lutung Kasarung.
Dikutip dari laman Badan Otorita Borobudur, Gua Jatijajar merupakan objek wisata alam yang terletak di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Jaraknya kurang lebih 32 km dari pusat Kota Kebumen. Gua Jatijajar merupakan salah satu objek wisata andalan Kebumen yang ramai dikunjungi wisatawan, terutama pada hari libur.
Penasaran dengan legenda Lutung Kasarung di balik asal-usul Gua Jatijajar, Lur? Mari simak kisah lengkapnya yang dirangkum buku Lutung Kasarung: Cerita Rakyat dari Jawa Tengah oleh Kustri Sumiyardana serta laman Perpustakaan Digital Budaya Indonesia dan Pemerintah Desa Jatijajar berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita Legenda Lutung Kasarung alias Kamandaka
1. Permulaan Kisah
Di zaman dahulu kala, Kerajaan Pajajaran dipimpin oleh Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi memiliki tiga putra dan satu putri dari dua permaisuri. Pangeran Banyak Catra dan Pangeran Banyak Ngampar adalah putra dari permaisuri pertama, sedangkan Pangeran Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas adalah anak dari permaisuri kedua, Putri Kumudaningsih.
Suatu ketika, Prabu Siliwangi memanggil kedua putranya, Banyak Catra dan Banyak Ngampar, untuk membahas siapa yang akan menggantikan tampuk kekuasaan. Banyak Catra, yang merasa belum layak, memohon izin untuk berkelana guna mencari calon istri yang mirip dengan almarhum ibunya. Prabu Siliwangi akhirnya mengizinkannya. Banyak Catra yang kemudian menyamar sebagai Raden Kamandaka, memulai perjalanan.
2. Pencarian dan Penemuan
Dalam perjalanannya, Raden Kamandaka tiba di kabupaten Pasir Luhur dan bertemu dengan Dewi Ciptarasa, putri Adipati Kanandaha. Mereka jatuh cinta, tetapi hubungan mereka terancam ketika Adipati mengetahui kehadiran Kamandaka dan menganggapnya sebagai ancaman. Kamandaka melarikan diri dan terjun ke sungai, kemudian terdampar di desa Panagih di mana ia diangkat sebagai anak oleh seorang janda miskin.
Di desa Panagih, Kamandaka terlibat dalam dunia persabungan ayam dan dikenal dengan nama baru, tetapi identitasnya sebagai Pangeran Banyak Catra tetap tersembunyi. Kabar keberadaannya sampai ke Adipati Kanandaha.
Adipati Kanandaha tersebut marah dan mengirim Silihwarni, adik Kamandaka yang menyamar, untuk menangkapnya. Namun, Silihwarni malah membantu Kamandaka melarikan diri setelah menyadari identitasnya.
3. Perubahan dan Pertarungan
Kamandaka bertapa di dalam gua dan mendapatkan pakaian kera dari seorang kyai yang membantunya menyamar dan mendekati Dewi Ciptarasa lagi. Dalam wujud kera, Kamandaka berhasil mengalahkan Prabu Pulebahas yang hendak meminang Dewi Ciptarasa dan menyelamatkan Pasir Luhur dari ancaman. Setelah pertempuran, Kamandaka mengungkapkan identitasnya sebagai Pangeran Banyak Catra dari Siliwangi.
4. Gua Jatijajar sebagai Lokasi Persembunyian
Selama pelariannya, Raden Kamandaka memilih Gua Jatijajar sebagai salah satu tempat persembunyian yang aman. Gua ini dikenal dengan mulutnya yang tertutup oleh deretan pohon jati yang ditanam berjajar rapi.
Penanaman pohon-pohon jati di sekitar mulut gua ini dimaksudkan untuk menyembunyikan gua dari pandangan musuh dan memberikan perlindungan alami bagi mereka yang berlindung di dalamnya. Karena keunikannya, gua ini kemudian dikenal dengan nama Jatijajar.
5. Akhir Cerita
Setelah mengalahkan Prabu Pulebahas dan mengungkap identitasnya, Kamandaka menikahi Dewi Ciptarasa. Ia diangkat menjadi adipati di Pasir Luhur dengan gelar Mangkubumi, menggantikan Adipati Kanandaha. Di bawah kepemimpinannya, Pasir Luhur berkembang dengan damai.
Nah, itulah cerita legenda Lutung Kasarung atau Kamandaka yang berhubungan dengan Gua Jatijajar. Semoga bermanfaat!
(akd/ega)