Masyarakat jawa memiliki banyak ciri khas dalam kesenian sastra, salah satunya adalah tembang Macapat. Di dalam tembang Macapat, terdapat unggah-ungguh Jawa yang diharapkan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Perlu diketahui, tembang Macapat terdiri dari 11 judul. Salah satunya yang terkenal ialah tembang Dhandhanggula. Ingin tahu lebih jauh mengenai tembang Dhandhanggula? Simak pembahasannya dalam artikel ini.
Mengenal Tembang Dhandhanggula
Tembang Dhandhanggula menggambarkan keadaan kehidupan manusia yang telah mencapai tahap kemapamanan sosial. Artinya, kesejahteraan telah tercapai dan kini tinggal menikmati sisa masa hidupnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip buku Filsafat Ku oleh Wafa Aldawamy, tembang Dhandhanggula berasal dari kata 'dhang-dhang' yang artinya berharap atau mengharapkan. Namun, ada juga yang mengatakan berasal dari kata 'gegadhangan' yang berarti cita-cita, angan-angan, atau harapan.
Ada pula yang menyebut bahwa tembang Dhandhanggula berasal dari kata 'dandanggulo' yang berarti manis, indah, ataupun bahagia. Hal ini terkait dengan kebahagiaan dalam menjalani hidup.
Tembang Dhandhanggula merupakan jenis tembang Macapat yang memiliki gatra atau baris paling banyak, yakni ada 10 baris.
Tembang ini mempunyai watak luwes, gembira, dan indah, sehingga cocok digunakan sebagai tembang pembuka yang menjabarkan berbagai ajaran kebaikan serta ungkapan rasa cinta dan kebahagiaan.
Tembang Dhandhanggula diyakini sudah ada sejak akhir Kerajaan Majapahit. Ketika pengaruh agama Hindu di Tanah Air mulai berakhir, tembang Dhandhanggula dipakai oleh Wali Songo sebagai cara berdakwah tentang Islam.
Struktur Matriks Tembang Dhandhanggula
Mengutip buku Bunga Rampai: Artikel Kolaborasi Dosen dan Mahasiswa oleh Tim Dosen dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa FIB UB, berikut struktur matriks dari tembang Dhandhanggula:
- Baris 1: Vokal akhir 'i' dengan jumlah suku kata 10
- Baris 2: Vokal akhir 'a' dengan jumlah suku kata 10
- Baris 3: Vokal akhir 'e' dengan jumlah suku kata 8
- Baris 4: Vokal akhir 'u' dengan jumlah suku kata 7
- Baris 5: Vokal akhir 'i' dengan jumlah suku kata 9
- Baris 6: Vokal akhir 'a' dengan jumlah suku kata 7
- Baris 7: Vokal akhir 'u' dengan jumlah suku kata 6
- Baris 8: Vokal akhir 'a' dengan jumlah suku kata 8
- Baris 9: Vokal akhir 'i' dengan jumlah suku kata 12
- Baris 10: Vokal akhir 'a' dengan jumlah suku kata 7
Struktur tembang Dhandhanggula dimulai dari baris pertama yang terdiri dari 10 suku kata dan berakhiran vokal 'i'. Setelah itu, dilanjutkan dengan baris kedua yang terdiri dari 10 suku kata dan berakhiran vokal 'a', hingga seterusnya sampai baris ke-10.
Contoh Tembang Dhandhanggula
Setelah mengetahui pengertian dan struktur matriksnya, mari kita simak beberapa contoh tembang Dhandhanggula di bawah ini:
Contoh Pertama
Yogyanira kang para prajurit
Lamun sira arsa anuladha
Duk ing nguni caritane
Andelira sang Prabu
Sasrabahu ing Maespati
Aran Patih Suwanda
Lelabuhanipun
Kang ginelung tri prakara
Guna kaya purun ingkang den antepi
Nuhoni trah utama
Contoh Kedua
Ana pandhita akarya wangsit
Pindha kombang angajabing tawang
Susuh angin ngendi nggone
Lawan galihing kangkung
Wekasane langit jaladri
Isine wuluh wungwang
Myang gigiring punglu
Tapaking kuntul anglayang
Peksi mabur uluke ngungkuli langit
Kusuma njrah ing tawang
Contoh Ketiga
Nanging yen ngguru kaki
Amaliha manungsa kang nyata
Ingkang becik martabate
Serta kang weruh ing kukum
Kang ngibadah lan kang ngirangi
Sukur oleh wong topo
Ingkang wus amungkul
Tan mikir pawewehing liyan
Iku pantes sira gurokno kaki
Sartane kawruhane
Demikian pembahasan mengenai tembang Dhandhanggula beserta contoh dan strukturnya. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan detikers.
(ilf/fds)