Tari Dolalak, Warisan Budaya Purworejo yang Masih Lestari hingga Kini

Tari Dolalak, Warisan Budaya Purworejo yang Masih Lestari hingga Kini

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Sabtu, 28 Okt 2023 17:26 WIB
Ratusan penari Dolalak ikut sosialisasikan pilkada di Purworejo, Sabtu (21/4/2018).
Tari Dolalak, Warisan Budaya Purworejo yang Masih Lestari hingga Kini. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom
Solo -

Tari Dolalak merupakan salah satu pertunjukan wajib yang umumnya digelar dalam berbagai perayaan, misalnya pesta pernikahan atau memeriahkan hari besar nasional. Tarian tradisional dari Purworejo ini masih dicintai oleh sebagian besar masyarakat Purworejo dan sekitarnya.

Ciri khas dari tarian ini adalah gerakan manggut-manggut atau menunduk. Filosofinya adalah mengajarkan untuk menghormati orang lain. Ini merupakan salah satu ajaran dasar masyarakat Jawa.

Penasaran dengan Tari Dolalak? Berikut adalah informasi lengkap mengenai tarian tradisional dari Purworejo yang detikJateng rangkum dari laman resmi Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah dan Asal Mula Dolalak

Dolalak adalah sebuah seni khas dari Kabupaten Purworejo. Tarian ini muncul sebagai akibat dari pengaruh Belanda yang dipelopori oleh tiga pemuda dari Sejiwan, Kabupaten Purworejo, yaitu Rejotaruno, Duliyat, dan Ronodimejo, dengan dukungan masyarakat sekitarnya.

Nama "Dolalak" berasal dari not "Do" dan "La," mengacu pada dua nada musik yang mengiringi tarian ini. Kesenian Dolalak disertai dengan musik sederhana yang terdiri dari syair-syair dan pantun-pantun Jawa.

ADVERTISEMENT

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Dolalak antara lain jidhur, terbang, kendang, dan nyanyian vokal. Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa juga menambahkan alat musik seperti keyboard atau organ tunggal. Teknik memainkan alat musik ini sederhana, mengikuti gerakan penari.

Kesenian Dolalak menampilkan berbagai jenis tarian yang dibedakan oleh syair lagu yang dinyanyikan, yang bisa mencapai jumlah 20 hingga 60 lagu. Setiap pergantian lagu diikuti oleh jeda yang memungkinkan perubahan dalam gerakan tari.

Fungsi dan Nilai Budaya Tari Dolalak

Gerakan Tari Dolalak mencerminkan akulturasi budaya barat (Belanda) dengan budaya lokal. Ini terlihat dalam gerakan tari yang mencampur gerakan dansa dan pencak silat Jawa. Dolalak lebih sering tampil di atas panggung daripada di lapangan atau halaman.

Dolalak memiliki berbagai fungsi di Kabupaten Purworejo, seperti hiburan, tarian penyambutan, media pembelajaran seni dan budaya, peningkatan semangat nasionalisme, dan sebagai daya tarik wisata budaya.

Nilai budaya yang bisa diambil dari Dolalak termasuk penghormatan kepada orang lain, sopan santun terhadap yang lebih tua, dan sebagai media komunikasi dengan generasi selanjutnya untuk menjaga dan mewariskan budaya tradisional.

Pakaian Dolalak dan Evolusinya

Pada awalnya, Dolalak ditarikan oleh laki-laki yang mengenakan seragam hitam meniru seragam tentara Belanda. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini juga ditarikan oleh perempuan, dan seragamnya mengalami modifikasi dengan tambahan hiasan emas dan warna lain.

Busana Dolalak terdiri dari beberapa elemen, termasuk penutup kepala, baju, celana, sampur, kaos kaki, dan kacamata. Pakaian ini telah mengalami evolusi dari seragam mirip tentara Belanda menjadi busana yang lebih berwarna dan hiasan emas.

Prosesi Tari Dolalak

1. Persiapan dan Sesaji

Sebelum pertunjukan, kemenyan dibakar, dan sesaji dipasang. Sesaji ada dalam dua bentuk:

Sesaji lengkap berisi berbagai makanan dan barang-barang seperti tumpeng, sayuran, ayam panggang, minuman kopi dan teh, rokok, beras, garam, mrica, pisang raja, dan lainnya. Semua ini berfungsi sebagai perlindungan bagi penari dari roh yang tak diundang.

Sesaji sederhana biasanya hanya berisi kembang menyan dan degan. Ini digunakan dalam pertunjukan singkat.

2. Urutan Pertunjukan

Pertunjukan Dolalak mengikuti urutan tradisional. Beberapa contoh urutan tradisional antara lain bismilah iku, jalan-jalan alus, emak-emak alus, Ikan cucut, dan banyak lagi.

3. Tahap Trance

Tahap ini terjadi saat penari mengalami trance, di mana mereka diyakini dihuni oleh roh halus yang dipanggil sebelum pertunjukan. Trance ini biasanya melibatkan komunikasi dengan roh dan mungkin meminta beberapa elemen dari sesaji, lagu, atau tarian. Ini bergantung pada kebutuhan pertunjukan, seperti penyembuhan atau meredakan kerusuhan.

Demikian informasi mengenai Tari Dolalak, tarian dari Purworejo yang masih terus lestari sampai saat ini. Semoga bermanfaat, Lur!




(cln/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads