Tak hanya kaya akan busana adat, tarian, maupun rumah, Indonesia juga memiliki kekayaan budaya berupa senjata tradisional berupa keris, termasuk di tanah Jawa. Menariknya, sejarah perkembangan keris ini juga tergambar di salah satu panel relief Candi Borobudur Jateng.
Mengutip laman UPT Museum Surakarta, keris telah diakui ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada 25 November 2005 di Paris, Perancis. Melalui penetapan ini, keris mendapat pengakuan di mata dunia sebagai karya agung yang memiliki nilai filosofis tinggi.
Senjata tradisional yang berbentuk unik ini telah digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dulu baik sebagai senjata, pelengkap baju adat, maupun sebagai sesajen upacara adat. Bagaimana asal-usul keberadaan keris di Indonesia? Berikut pembahasan lengkapnya yang sudah dirangkum detikJateng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Keris?
Pengertian Keris
Mengutip laman Kemdikbud, keris merupakan senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) yang memiliki banyak fungsi budaya di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah.
Keris memiliki bentuk khas yang tidak simetris di bagian pangkalnya yang melebar, bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya yang memiliki pamor (serat lapisan logam cerah) pada helai bilah. Hal inilah yang membedakan keris dari senjata tajam jenis lainnya.
Sejarah Keris
Berdasarkan buku 'Keris' (2014) oleh Unggul Sudrajat dkk, keris berasal dari tradisi penggunaan senjata tikam yang dimulai sejak zaman megalitik. Belati-belati logam yang menjadi prototipe awal mula keris terus berkembang dari teknologi alat dan senjata batu pada zaman purba.
Belati tikam tersebut kemudian dikembangkan menjadi prototipe keris pada masa Hindu-Budha dan disebarluaskan oleh Kerajaan Majapahit ke berbagai pulau di Asia Tenggara. Keris kemudian mengalami penggayaan lokal pada tiap daerah sehingga menampilkan gaya zaman pembuatan yang berbeda-beda.
Di Indonesia, keris terus dikembangkan hingga terbentuk ilmu pembuatan keris yang menjadikan pamor hingga makna filosofinya terus dipertahankan sampai sekarang. Sejak masa Kerajaan Singasari, Majapahit, dan Mataram Sultan Agung, keris telah diposisikan sebagai suatu benda multifungsi dan multimakna.
Sejarah perkembangan keris tersebut terukir pada salah satu panel relief Candi Borobudur yang memperlihatkan adanya seseorang yang memegang benda serupa keris. Istilah keris juga disebutkan pada prasasti Karangtengah yang menyebut keris dalam suatu daftar peralatan, dan prasasti Poh yang menyebut keris sebagai bagian dari sesajen yang perlu dipersembahkan.
Bentuk keris modern yang dikenal saat ini diyakini oleh para pemerhati keris berasal dari abad ke-10 Masehi. Hal ini tercatat dalam relief Candi Bahal di Sumatera Utara dan penemuan keris budha di Jawa Timur yang sama-sama menunjukkan usia dari abad 10 Masehi.
Fungsi Keris
Pada masa lalu, keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan sekaligus sebagai benda pelengkap sesajen. Di masa sekarang, keris lebih banyak digunakan sebagai ornamen pelengkap dalam berbusana adat. Selain itu, keris juga kerap dijadikan sebagai benda koleksi yang bernilai tinggi dari segi estetikanya.
Keris digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama yang menghuni wilayah-wilayah yang pernah terpengaruh oleh Kerajaan Majapahit seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, Pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan dan Filipina Selatan (Mindanao).
Demikian penjelasan mengenai sejarah keris, senjata tradisional Indonesia yang perkembangannya tergambar di salah satu panel relief Candi Borobudur. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sip/sip)











































