Bakdo Sapi di Sruni Boyolali Kini Lebih Meriah, Ada 2 Arak-arakan

Bakdo Sapi di Sruni Boyolali Kini Lebih Meriah, Ada 2 Arak-arakan

Jarmaji - detikJateng
Sabtu, 29 Apr 2023 15:09 WIB
Tradisi bakdo sapi di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Sabtu (29/4/2023).
Tradisi bakdo sapi di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Sabtu (29/4/2023). Foto: Jarmaji/detikJateng
Boyolali -

Ada tradisi unik pada hari ketujuh setelah Lebaran di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali. Namanya bakdo sapi. Bersamaan dengan Syawalan, warga lereng Gunung Merapi sisi timur itu mengarak ternaknya keliling kampung.

Seribuan warga menyaksikan tradisi tahunan yang dimeriahkan dengan kesenian tradisional, sapi tunggang, dan gerobak sapi.

Pawai sapi dalam Syawalan ini dilepas oleh Sekretaris Daerah Boyolali, Masruri dan sejumlah pejabat lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum pawai, Masruri mengguyurkan air kembang ke salah satu sapi dan kambing sebagai simbol ngguyang atau memandikan sebelum angon atau menggembala kelliling kampung. Sapi-sapi itu juga diberikan minyak wangi dan dikalungi ketupat.

"Tradisi bakdo sapi sudah turun temurun sejak nenek moyang," kata Jaman, tokoh masyarakat setempat, Sabtu (29/4/2023).

ADVERTISEMENT
Tradisi bakdo sapi di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Sabtu (29/4/2023).Tradisi bakdo sapi di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Sabtu (29/4/2023). Foto: Jarmaji/detikJateng

Tak hanya sapi, kambing juga ikut diarak. Sebagian sapi dihias dan dikalungi ketupat.

Tradisi angon sapi ini digelar tiap akhir perayaan Lebaran, bersamaan dengan tradisi kupatan atau Syawalan. Sehingga warga setempat menyebutnya bakdo kupat dan bakdo sapi.

"Ini mengikuti Kanjeng Nabi Sulaiman yang dulu diperintah Allah untuk mengurusi hewan peliharaan baik berkaki dua maupun empat," ujaer Jaman yang juga Ketua RW 04 Desa Sruni.

Tradisi ini diawali dengan kenduri ketupat berikut sayur dan lauknya. Ratusan warga dari 6 RT di lingkup RW 04 mengikuti kenduri di jalan dukuh.

Setelah kenduri, warga lalu membawa sapinya keliling hingga memadati jalan kampung.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini warga RW 03 juga turut memeriahkan tradisi ini. Sehingga ada dua arak-arakan sapi yang bertemu di perempatan Dukuh Mlambong. Lalu mereka berangkat bersama ke jalan timur Dukuh Mlambong.

Dua gunungan ketupat dan sayuran hasil bumi juga ikut dalam arak-arakan yang diiringi kesenian tari tradisional itu.

"Acara tradisi ini sebagai wujud syukur kepala Tuhan atas limpahan rezeki melalui ternak sapi. Sekaligus memohon agar ternak yang dipelihara warga dapat berkembang biak dengan baik," jelas Jaman.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Darmanto mengapreasi pelestarian tradisi bakdo sapi ini.

"Di momen hari raya Idul Fitri, masyarakat memperlakukan sapi seperti bagian hidupnya tadi, memuliakan sapi. Ketika dia suka, sapinya harus suka, ketika dia sedih sapinya ikut sedih. Bahkan rela dirinya lapar asal sapinya kenyang," kata Darmanto.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads