Sejarah Kelam Cagar Budaya Jembatan Mbeling: Arena Tempur-Ladang Mayat

Sejarah Kelam Cagar Budaya Jembatan Mbeling: Arena Tempur-Ladang Mayat

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Kamis, 27 Apr 2023 09:34 WIB
Jembatan Mbeling Kulon Progo, salah satu cagar budaya baru di Jogja. Jembatan ini memiliki sejarah panjang perkereta apian di Jogja.
Jembatan Mbeling di Sentolo, Kulon Progo, DIY, Kamis (6/4/2023). Jembatan ini ditetapkan Kemendikbud sebagai Cagar Budaya. Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng
Kulon Progo -

Jembatan Mbeling yang merupakan jembatan kereta api penghubung Sentolo, Kulon Progo dengan Sedayu, Bantul ditetapkan sebagai Cagar Budaya kategori Struktur. Siapa sangka, jembatan berusia seratusan tahun ini pernah menjadi arena perang hingga 'ladang' mayat pada masa lalu.

"Kalau diingat-ingat dulu itu ngeri. Di sana pernah ada pertempuran bahkan banyak ditemukan mayat di bawah jembatan (Jembatan Mbeling)," ungkap warga setempat, Tugiman (83), saat ditemui detikJateng di rumahnya yang tak jauh dari Jembatan Mbeling, Kalurahan Banguncipto, Sentolo, Kamis (6/4/2023).

Peristiwa ngeri yang dimaksud Tugiman terjadi saat Agresi Militer Belanda II pada 1948. Saat itu, Tugiman yang masih berusia 9 tahun, ikut angkat senjata melawan tentara Belanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia ingat, serdadu Belanda bersama tentara sekutu telah berdatangan ke Kulon Progo melalui pelbagai jalur, salah satunya Jembatan Mbeling. Akses jembatan pun diputus untuk mencegah kedatangan mereka.

"Waktu itu para Tentara Pelajar mengebom ujung timur jembatan ini hingga rusak, dengan harapan tentara Belanda tidak bisa masuk wilayah kita," ujarnya.

ADVERTISEMENT
Tugiman saat berfoto dengan latar belakang Jembatan Mbeling di Sentolo, Kulon Progo, DIY, Kamis (6/4/2023).Tugiman saat berfoto dengan latar belakang Jembatan Mbeling di Sentolo, Kulon Progo, DIY, Kamis (6/4/2023). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng

Namun upaya itu tak terlalu efektif, sebab Belanda tetap bisa merangsek masuk dengan cara menerobos derasnya arus Sungai Progo. Walhasil pertempuran tak terhindarkan.

"Mereka akhirnya bisa masuk dengan cara berenang, jadi ya sampai tempur antara kita dengan mereka," ucapnya.

Pertempuran itu membuat banyak nyawa melayang. Tak sedikit mayat yang dibiarkan tergeletak di sekitar jembatan. Kondisi ini berlangsung hingga beberapa hari-hari.

"Kemudian kalau pas air sungai lagi tinggi, atau istilahnya banjir ya, pasti banyak bangkai (mayat) yang muncul ke permukaan di bawah jembatan," ungkapnya.

Tugiman mengatakan usai kejadian itu, kondisi di sekitar wilayahnya berangsur kondusif. Kemudian, Jembatan Mbeling yang sempat terputus direnovasi dan bisa difungsikan kembali pada 1951.

"Sekitar 1951, jembatannya sudah bisa dilalui kereta sampai sekarang," ujarnya.

Untuk diketahui, Jembatan Mbeling dibangun oleh perusahaan Jalur Kereta Api Negara dan Jalur Trem di Hindia Belanda yaitu Staatsspoorwegen (SS) pada 1886-1887. Usai kemerdekaan, jembatan sepanjang 138 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 16 meter di atas Sungai Progo ini diambil alih Djawatan Kereta Api Republik Indonesia atau yang saat ini kita kenal dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Menidkbudristek) Nadiem Anwar Makarim menetapkan Jembatan Mbeling sebagai salah satu dari total 11 Cagar Budaya Peringkat Nasional periode November 2022-Maret 2023.

Adapun penetapan 11 cagar budaya nasional ini berdasarkan kajian Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) 2022 yang dinaungi Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Penetapan 11 Cagar Budaya Peringkat Nasional itu tertuang dalam sejumlah Surat Keputusan Mendikbudristek bertarikh 2022 dan 2023. Penetapan dilandasi karena 3 hal yakni langka jenisnya di Indonesia, wujud kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia, dan karya adiluhung yang mencerminkan kekhasan budaya Indonesia.

Halaman 2 dari 2
(rih/sip)


Hide Ads