Mengenal 3 Tingkatan Bahasa Jawa dan Contohnya: Ngoko-Krama

Mengenal 3 Tingkatan Bahasa Jawa dan Contohnya: Ngoko-Krama

Santo - detikJateng
Kamis, 02 Mar 2023 17:33 WIB
Mother and toddler wearing red shirt playing together on a bed in the bedroom at home
Mengenal 3 Tingkatan Bahasa Jawa dan Contohnya: Ngoko-Krama. Foto: Getty Images/iStockphoto/AntonioGuillem
Solo -

Terdapat beberapa tingkatan dalam penggunaan bahasa Jawa sehari-hari. Adapun setiap tingkatan bahasa Jawa tersebut memiliki makna dan fungsinya tersendiri, tujuannya agar seseorang dapat berkomunikasi sesuai unggah-ungguh atau tata krama.

Dalam penggunaan bahasa, masyarakat Jawa memiliki aturan atau unggah-ungguh yang didasarkan pada kedudukan pembicara dan lawan bicara. Aturan tersebut digunakan untuk menghindari kesalahpahaman antara kedua pihak yang sedang berkomunikasi.

Dikutip dari buku Tingkat Tutur Bahasa Jawa (2013) oleh Soepomo Poedjosoedarmo dkk, berikut macam-macam tingkatan yang ada dalam bahasa Jawa lengkap dengan contohnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

3 Tingkatan Bahasa Jawa

Bahasa Jawa Ngoko

Bahasa Jawa tingkat ngoko mencerminkan rasa tak berjarak atau rasa tak segan antara satu orang dengan orang lainnya. Jadi, jika seseorang ingin menyatakan keakraban dengan orang lain, bahasa Jawa tingkat ngoko-lah yang seharusnya dipakai. Dengan kata lain, bahasa Jawa tingkat ngoko biasa digunakan dalam berkomunikasi dengan teman akrab dan sebaya.

Namun, orang-orang yang berstatus sosial tinggi juga berhak untuk menunjukan rasa tak enggan terhadap orang lain yang berstatus sosial lebih rendah. Misalnya guru berhak memakai ngoko terhadap muridnya dan orang tua berhak memakai ngoko terhadap anaknya.

ADVERTISEMENT

Orang-orang yang berhubungan akrab tapi saling menghormati satu sama lain biasanya memakai tingkat tutur ngoko yang halus. Mereka biasanya orang dari kalangan para pegawai negeri, priyayi, dan guru.

Bahasa Jawa Krama

Bahasa Jawa tingkat krama adalah tingkat yang mencerminkan makna penuh sopan santun. Tingkatan ini menandakan adanya perasaan segan atas orang yang belum dikenal atau orang yang berwibawa, berpangkat, dan lain-lain.

Sejak dulu, banyak keluarga Jawa yang mengharuskan anak-anaknya menggunakan bahasa krama jika berbicara dengan orang tua mereka. Di sekolah, anak-anak juga diharapkan untuk menggunakan bahasa krama terhadap gurunya. Hal ini ditekankan untuk mengajarkan anak-anak mengenai adat dan sopan santun.

Bahasa Jawa Madya

Bahasa Jawa tingkat madya adalah penuturan tingkat menengah antara krama dan ngoko. Tingkatan ini menunjukan perasaan sopan dalam taraf sedang. Tingkat madya awalnya adalah bahasa tingkat krama namun dalam perkembangannya mengalami informalisasi, penurunan tingkat, dan ruralisasi.

Oleh karena itu, bahasa Jawa tingkat madya menurut kebanyakan orang dianggap sebagai bahasa yang setengah sopan dan setengah tidak. Bahasa madya juga dianggap tidak terlalu kasar karena harus menaruh sopan santun tapi rasa segannya tidak setinggi bahasa krama.

Contoh Kosa Kata Bahasa Jawa

Contoh Bahasa Jawa Ngoko

  • Cangkem (mulut)
  • Weteng (perut)
  • Mangan (makan)
  • Turu (tidur)
  • Tuwa (tua)
  • Mlebu (masuk)
  • Payu (laku)
  • Bungah (senang)
  • Tuna (rugi)
  • Obah (berubah)

Contoh Bahasa Jawa Krama

  • Dinten (hari)
  • Sinten (siapa)
  • Mlebet (masuk)
  • Mambet (bau)
  • Kawon (kalah)
  • Majeng (maju)
  • Pajeng (laku)
  • Kajeng (kayu)
  • Lemantun (lemari)
  • Kantun (tertinggal)

Contoh Bahasa Jawa Madya

  • Ampun (jangan)
  • Onten (ada)
  • Ajeng (akan)
  • Awi (mari)
  • Ndika (kamu)
  • Ngadeg (berdiri)
  • Tebih (jauh)
  • Sade (jual)
  • Aos (nilai)
  • Amargi (karena)

Itulah macam-macam tingkatan dalam bahasa Jawa lengkap dengan contohnya. Semoga bermanfaat dalam memperbaiki penggunaan bahasa sehari-hari, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Besertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ahr/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads