Petilasan Nyi Bagelen yang berada di Purworejo diziarahi oleh masyarakat berbagai daerah yang memiliki hajat tertentu. Termasuk, para politisi yang akan menghadapi kontestasi pemilu.
Hal itu yang membuat petilasan yang berada di Desa Bagelen, Kecamatan Bagelen, Purworejo itu selalu ramai saat menjelang pemilu.
Nyi Bagelen sendiri memiliki nama asli Ratu Diyah Ayu Roro Wetan atau Eyang Ratu Agung Bagelen. Setiap hari, tempat ini selalu dikunjungi oleh warga untuk meminta doa restu kepada Sang Ratu atau lebih dikenal warga dengan sebutan Nyi Bagelen termasuk para caleg yang akan maju dalam kontestasi politik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap menjelang pemilu pasti ramai caleg yang datang ke sini untuk meminta doa restu agar berhasil dan kebanyakan memang jadi (anggota dewan)," kata juru kunci petilasan Nyi Bagelen, R. Mulato (62) saat ditemui detikJateng, Kamis (19/1/2023) sore.
Para pengunjung yang datang biasanya membawa ubo rampe berupa kembang setaman, menyan dan penajem atau uang. Dengan ritual yang dilakukan dan memohon doa restu kepada Nyi Bagelen, para pengunjung percaya jika keinginan dan cita-citanya bakal terkabul.
"Untuk ritual mereka bawa kembang menyan dan penajem. Saya yang mendampingi dan mendoakan karena harus melalui juru kunci atau pengelola," imbuhnya.
Para pengunjung yang datang tidak hanya dari Purworejo saja namun juga berasal dari luar kota bahkan mancanegara.
"Untuk tamu dari mana-mana, ada yang dari Jawa Barat, Jakarta, Kalimantan, Sumatera bahkan Malaysia dan Brunei," sebutnya.
Selengkapnya baca halaman berikutnya
Sementara itu, salah satu warga Bayu (27) menuturkan jika beberapa waktu lalu dirinya juga mengunjungi Petilasan Nyi Bagelen. Namun, bukan dia yang menggelar ritual melainkan hanya mengantarkan seorang caleg asal Purworejo yang akan bertarung dalam Pemilu 2024 nanti. Namun, ia enggan menyebut nama caleg itu.
"Sekitar tiga hari lalu lah, saya nganterin ke tempat itu. Ya ada, pokoknya seorang caleg," ucapnya.
Berdasarkan kepercayaan warga, Nyi Bagelen adalah cucu buyut Prabu Suwelo Colo yakni seorang raja dari Kerajaan Medang Kamulan yang menguasai daerah pesisir selatan pada sekitar abad VI. Petilasan Nyi Bagelen sendiri merupakan tempat bertapa dan moksa Nyi Bagelen pada abad VII.
Berada di atas tanah seluas 3.000 meter persegi, di bagian belakang petilasan tersebut terdapat makam yang dipercaya merupakan trah keturunan Nyi Bagelen. Sementara di bagian depan terdapat aula. Area yang sejuk dipenuhi rimbunnya pepohonan itu juga memiliki musala.
Tempat tersebut akan semakin ramai didatangi pengunjung pada malam Selasa Kliwon, Jumat Kliwon atau 1 Sura. Setelah keinginannya terkabul, biasanya pengunjung akan kembali datang dengan membawa 'jajan' untuk Nyi Bagelen sebagai ucapan terima kasih.