Ternyata Ada Mantra Pemikat Wanita di Primbon Mangkuprajan, Ini Rapalannya

Ternyata Ada Mantra Pemikat Wanita di Primbon Mangkuprajan, Ini Rapalannya

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 05 Nov 2022 06:25 WIB
Serat Primbon Mangkuprajan, Surakarta, Minggu (16/7/2017).
Serat Primbon Mangkuprajan di Museum Radya Pustaka Solo. (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikJateng)
Solo -

Serat Primbon Mangkuprajan menjadi salah satu manuskrip kuno yang kini disimpan oleh Museum Radya Pustaka Solo. Kitab berusia dua abad ini ternyata juga menyimpan tulisan tentang mantra pengasih atau pemikat wanita.

Penerjemah di Museum Radya Pustaka Solo, Totok Yasmiran mengatakan dalam serat tersebut dijelaskan beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menjerat perhatian ataupun menumbuhkan kesan dari wanita yang dicintai. Dilengkapi juga dengan rapalan mantranya.

"Kebanyakan tentang pengasihan. Misalnya ketika mengejar wanita, harus puasa pati geni, tidak melihat cahaya selama tiga hari. Lalu membaca doa yang tertulis di sini," kata penerjemah di Museum Radya Pustaka, Totok Yasmiran saat ditemui detikJateng di kantornya, beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam transliterasi kitab itu dalam tulisan latin, mantra itu berbunyi, "Punika sijanah lamun arep ing wong wadon apuwasaha telung dina pati geni insya allah asih ikulah dongane."

"Allahumma sih sijabah ketit sukemen cahyaku tawaabu 'ghofiru khasiibu wakiilu kaafiyun roziqu salamu mu'minu sarii'u badii'u baathinu khafiilu kaamilu mubtadii'u mu'iidu mu'iitsu muujidushoodiqu sarii'u."

ADVERTISEMENT

Menurut Totok, doa, mantra maupun jimat itu terpengaruh Kitab Mujarobat. Kitab itu berisi tentang pengobatan spiritual dari Timur Tengah.

Totok menekankan hal ini adalah khazanah budaya Jawa. Oleh karenanya, bukan menjadi tuntunan Nabi Muhammad SAW.

"Saya tekankan, ini kalau ditelusuri memang tidak ada tuntunannya dari Nabi (Muhammad). Tidak bisa diilmiahkan juga. Mungkin orang dulu pernah mencoba dan berkhasiat, lalu dicatat," ungkapnya.

Tentang Serat Primbon Mangkuprajan

Serat Primbon Mangkuprajan ditulis seorang patih pada masa pemerintahan raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakubuwono IV, KRA Mangkupraja. Kitab itu ditulis dalam dua tulisan, yakni huruf Jawa kuno dan pegon.

Pegon merupakan bahasa Jawa yang ditulis dengan huruf Arab. Pada bagian yang ditulis dengan pegon, cetakan halaman dibuat terbalik.

Dari segi isi, manuskrip yang ditulis sekitar 1785-1815 itu terdiri dari 28 bagian. Isinya merupakan kompilasi dari catatan-catatan Mangkupraja tentang berbagai hal.

"Isinya bermacam-macam. Ada catatan tentang Keraton Kasunanan Surakarta, suluk 20 sifat Allah," kata penerjemah di Museum Radya Pustaka, Totok Yasmiran.

Tak hanya itu, tertulis pula di dalamnya tasawuf Islam, doa hingga mantra dan soal pengobatan. "Terdapat pula sedikit catatan mengenai peristiwa yang dialami sang penulis," imbuh Totok.




(aku/ams)


Hide Ads