Ingar Bingar Pengamen di Jogja: dari Modal Tepuk Tangan hingga DJ Jalanan

Adji Ganda Rinepta - detikJateng
Sabtu, 24 Sep 2022 17:12 WIB
Hayabusa beraksi di simpang empat Kentungan, Sleman, DIY, Selasa (20/9/2022). (Foto: Adji Ganda Rinepta/detikJateng)
Jogja -

Beberapa waktu lalu di media sosial sempat beredar video pengamen di salah satu pojok lampu merah di Jogja. Pengamen dalam video itu tergolong 'istimewa'. Betapa tidak, pengamen itu menggunakan Disk Jokey (DJ) set, lengkap dengan laptop dan speakernya.

Video tersebut salah satunya diunggah akun instagram @merapi_uncover, Sabtu (27/8) lalu. Namun, tidak ada keterangan kapan video tersebut direkam.

Dalam video itu terlihat meja kayu yang di atasnya terdapat laptop, DJ set, dan speaker serta electronic dance music (EDM). Musik kekinian pun mengalun kencang. Keterangan dalam postingan itu menjelaskan video tersebut direkam di lampu merah Terminal Condongcatur, Sleman, DIY.

Video pengamen itu bisa menjadi salah satu petunjuk bahwa slogan 'Jogja Istimewa' telah merasuk ke seluruh lapisan masyarakat Jogja. Sehingga pengamen pun tidak mau kalah untuk jadi 'istimewa'.

Sudah sejak lama Jogja dikenal sebagai kota seni. Nama-nama besar seperti Butet Kertaredjasa, Eko Nugroho, Garin Nugroho, adalah sebagian dari seniman-seniman asal Jogja yang namanya sudah tidak asing lagi di telinga kita.

Deretan musisi terkenal juga banyak yang berasal dari Jogja. Sebut saja Jikustik, Endank Soekamti, Shaggy Dog, dan Sheila On 7 yang lagu-lagunya tak lekang ditelan zaman.

Musisi jalanan pun tak bisa diabaikan keberadaannya ketika sedang menikmati suasana Jogja. Dengarkan saja penggalan lirik lagu Yogyakarta dari KLA Project. 'Musisi jalanan mulai beraksi..."

Cerita Pengamen DJ di Jogja

"Aku dulu DJ, Mas," ungkap salah satu pengamen, Hayabusa, ketika ditemui detikJateng di tempatnya biasa ngamen di perempatan Kentungan, Sleman, DIY, Selasa (20/9).

Sore itu seperti biasa, Hayabusa (37) sedang mengamen. Dengan gitar, mic, dan speakernya, dia menghibur orang-orang yang sedang mengantre di lampu merah.

Ya, Hayabusa termasuk pelopor pengamen yang menggunakan pengeras suara di Sleman.

"Awal Corona, awal 2020, itu pertama aku ngamen lesehan. Awal Corona itu, di era lockdown, di lesehan itu ndak ada yang makan di tempat. Semua take away. Akhirnya aku terjun ikut angklung. Nah di situlah keluar inspirasi, aku bisa main gitar, bisa nyanyi, walaupun nggak bagus-bagus amat. Kenapa aku nggak ikut pakai gaya angklung," kata Hayabusa tentang inspirasinya mengamen di lampu merah menggunakan pengeras suara.

Inovasi yang ia buat tak berhenti di situ. Hayabusa dan beberapa teman kemudian membuat komunitas Pengamen dan Akustik Jogja (PAJA).

Bersama PAJA ia merangkul pengamen-pengamen di sekitar tempatnya mangkal. Terutama pengamen yang cuma modal tepuk tangan, ia rangkul untuk diajari main gitar dan menyanyi. Hayabusa ingin agar pengamen tidak disamakan dengan pengemis.

"Jadi kulihat pengamen di Sleman ini disamakan dengan pengemis. Jadi mereka kurangkul, contoh yang ngamen keprok (tepuk tangan). Kami rangkul, kami latih dia gitar, kami ajari nyanyi, kami ajari DJ dan alhamdulillah jalan," kata Hayabusa.

"Kemarin hanya bisa main kencrung (ukulele), main gitar biasa, sekarang udah bisa main (pakai) sound dan udah bisa terima job. Udah main di kafe, udah main di Prambanan Jazz," imbuhnya.

Cerita Hayabusa selanjutnya ada di halaman berikutnya...




(aku/dil)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork