Komunitas Lima Gunung kembali menggelar Festival Lima Gunung (FLG) XXI berlangsung mulai 30 September sampai 2 Oktober 2022. Sejauh ini sudah ada 49 kelompok seni yang akan mengisi dalam FLG tersebut.
Festival Lima Gunung XXI akan berlangsung di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang atau tepatnya di lereng Gunung Andong. Untuk tema FLG kali ini yakni 'Wahyu Rumagang'. Dimana FLG merupakan pentas budaya para petani maupun seniman yang tinggalnya di lereng lima gunung meliputi Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Menoreh dan Sumbing.
Kemudian, jika pada tahun 2020 dan 2021 FLG dilangsungkan secara terbatas dan tidak mengundang seniman dari luar kota. Sedangkan untuk tahun ini dilangsungkan secara terbuka seiring dengan menurunnya kasus COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk kelompok pengisi acara antara lain Anthanasios Yanu (Yogyakarta), Kridho Yudho Tamtomo (Getasan Kabupaten Magelang), Sanggar Gendhung (Uness Semarang), Satriyo Art (Kota Magelang), Maju Makmur (Salatiga) dan Sanggar Sunan Bonang (Lumajang Jawa Timur). Kemudian, Komunitas Rawa Pening (Kabupaten Semarang), Doni Suwung (Yogyakarta), Perisandi dan Sedalu (Boyolali), SKRM Bamboo Percussion (Rembang), Pondok Tari Bendo Agung (Pati) dan Sanggar Tari Sobokarti (Semarang).
Selain itu, Gadhung Mlati (Ampel, Boyolali), Selondrolog Tukang Nggamel (Yogyakarta), Duo Sandal Jepit (Yogyakarta), Wayang Kancil (Salatiga), Ling Sayuti (Indramayu) dan Daracossa Feat Gregorius A (Yogyakarta). Ada juga seniman dari Kanada dan Jepang yang juga ikut dalam FLG kali ini. Kemudian juga seniman-seniman dari lima lereng gunung di wilayah Kabupaten Magelang.
"Untuk pengisi sampai saat ini ada sekitar 49 kelompok mengisi FLG XXI. Mereka mengisi acara pada Jumat, Sabtu dan Minggu. Yang paling jauh dari Kanada, terus dari Jepang juga ada, Bekasi, Cirebon, teman-teman Jogja, Semarang, Lumajang, Boyolali, Purworejo, Rembang dan Pati," kata Endah Pertiwi, salah satu panitia FLG XXI dalam jumpa pers di Studio Mendut, Jumat (9/9/2022).
Dari 49 pengisi acara ini, katanya, ada juga yang masih daftar tunggu. Mereka yang masih dalam daftar tunggu tersebut belum masuk dalam jadwal hari pentasnya.
"Jadi kita sudah menerima 49 pengisi acara, itu belum yang waiting list. Itu waiting list yang belum masuk hari, itu sekitar 15 (kelompok). Kemudian sudah ditotal itu sekitar 645 orang pengisi acara yang datanya. Kami akan tutup sampai tanggal 14 September ini," ujarnya.
Sementara itu, Giyanto dari Mantran mengatakan, untuk transit pengisi acara ada 15 rumah yang tersedia Nantinya itu akan digunakan selama tiga hari.
"Berkenaan dengan transit kita sudah mempersiapkan kurang lebih 15 rumah, itu bisa bergantian untuk tiga hari. Untuk tamu yang ingin menginap, kami mempersiapkan 5 rumah," ujarnya.
Sementara itu, salah satu seniman Komunitas Lima Gunung, Sitras Anjilin menambahkan, tema FLG kali ini Wahyu Rumagang. Terkait tema ini banyak yang menanyakan, terutama dari kalangan muda yang menanyakan arti tersebut.
"Tema ini dicetuskan bersama-sama. Wahyu Rumagang, sedangkan yang dimaksud wahyu seperti nasib. Rumagang itu dari kata magang, pasti kalau magang yang belum pernah. Jadi ini karena melihat di Lima Gunung, generasi sangat-sangat maju, semangat untuk terlibat dalam pelaksanaan FLG, maka yang orang tua sudah waktunya anak muda, magang dari pribadinya. Wahyu rumagang yang artinya anak-anak muda yang punya inisiatif sendiri menjadi panitia, mengerjakan FLG," tuturnya.
(ahr/apl)