Kejayaan Studio Lokananta sebagai perusahaan rekaman pertama milik pemerintah seakan sudah menjadi cerita usang tentang masa lalu. Sudah sekian tahun studio rekaman yang berada di Kota Solo itu seakan mati suri.
Lokananta memang pernah menjadi sebuah perusahaan rekaman yang paling top pada zamannya. Sejak didirikan pada 29 Oktober 1956, label milik pemerintah itu sudah mencetak artis-artis ternama, seperti Gesang hingga Waldjinah.
Awalnya, Lokananta didirikan oleh Kepala Jawatan Radio Republik Indonesia (RRI), R Maladi dengan tujuan merekam materi siaran RRI dalam bentuk piringan hitam.
"Arsip-arsip (rekaman) pidato kenegaraan Bung Karno pun tersimpan di sini," kata pemandu di Lokananta, Anggit Wicaksono, Jumat (15/7/2022).
Kemudian, Lokananta berkembang menjadi studio rekaman. Saat itu, musik yang banyak direkam ialah lagu daerah, gending karawitan hingga keroncong.
"Di sini sangat cocok untuk live recording, terutama gamelan, karena studio kami luas," ujarnya.
Tak cuma musik dan lagu, Lokananta juga merekam audio seni pertunjukan, seperti dongeng, cerita rakyat, wayang dan ketoprak.
"Misalnya ada cerita Jaka Tingkir Tundung, Ande-ande Lumut, pentas dalang Ki Nartosabdo, dagelan Basiyo," ujar Anggit.
Kini, terdapat 53 ribu keping piringan hitam yang tersimpan di Lokananta. Awalnya, koleksi itu merupakan produk piringan hitam yang belum laku terjual. Sedangkan saat ini benda-benda itu menjadi koleksi yang memang tidak akan dijual.
Upaya pelestarian terhadap isi dari koleksi Lokananta dilakukan dengan melakukan perekaman ulang dalam bentuk digital.
Rencana revitalisasi Lokananta di halaman selanjutnya
Simak Video "Video Bot Streaming Merajalela di Platform Musik, Adib Hidayat: Tidak Sehat"
(ahr/ahr)