Tarian Jawa Tengah tidak melulu lemah gemulai. Selain tari-tari tradisional yang bersumber dari Keraton Solo, masih ada banyak tarian Jawa Tengah yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat dengan bermacam latar belakang budaya. Berikut sejumlah tarian Jawa Tengah yang menampilkan gerakan energik alias penuh semangat.
1. Tari Gongcik
Gongcik atau Gong Cik merupakan tarian yang memadukan seni tradisi bela diri. Meski pertunjukannya juga diiringi dengan musik gamelan, Gongcik memiliki ciri yang jauh berbeda dengan tari-tari tradisional dari keraton.
Dikutip dari laman resmi Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, Gongcik memiliki sejarah yang panjang. Pada masa kolonial, pemerintah Belanda melarang rakyat mempelajari silat dan beragam seni bela diri lainnya. Namun, rakyat di wilayah Pati punya siasat tersendiri.
Untuk mengelabui Belanda, rakyat Pati tetap berlatih silat dengan cara menambahkan permainan musik gamelan sebagai pengiringnya. Hingga kini, jurus-jurus silat yang diramu dengan gerak tari itu masih lestari di Pati.
2. Tari Emprak
Tari Emprak adalah jenis pengembangan kesenian rakyat Emprak dari Kabupaten Jepara, yaitu seni peran yang mengangkat pesan moral. Tari Emprak dimainkan oleh 9-15 orang, semuanya lelaki.
Tidak seperti tarian Jawa Tengah pada umumnya yang diiringi gamelan, Tari Emprak biasanya diiringi musik selawatan. Alat musik pengiringnya meliputi rebana besar, rebana kecil, dan kentongan.
Kostum dan riasan penari Emprak ini terbilang unik, yaitu kaos, sarung, dan topi bayi. Tarian Jawa Tengah asal Jepara ini biasanya dipentaskan semalam suntuk. Para penari itu duduk lesehan berjajar di lantai atau di panggung beralaskan tikar.
3. Tari Kretek
Tari Kretek merupakan tarian Jawa Tengah yang berasal dari Kabupaten Kudus. Tari ini menggambarkan kerja para buruh rokok, dari memilih tembakau hingga rokok siap dipasarkan.
Tarian Jawa Tengah ini dimainkan oleh sejumlah penari perempuan dan lelaki. Penari perempuan itu sebagai representasi buruh mbatil. Buruh mbatil adalah buruh yang kerjanya menggunting atau merapikan ujung-ujung rokok.
Sedangkan penari lelaki itu sebagai representasi dari seorang mandor. Mandor itu berperan sebagai atasan yang mengawasi kerjanya para buruh rokok. Mandor pula yang berkuasa menyortir atau menyeleksi rokok garapan buruh.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Simak Video "Video: Makna Lengger Banyumas, Mengingat Kembali Hakikat Manusia"
(dil/dil)