Berebut 'Berkah' di Grebeg Kupat Magelang, Siapa Cepat Dapat!

Berebut 'Berkah' di Grebeg Kupat Magelang, Siapa Cepat Dapat!

Eko Susanto - detikJateng
Sabtu, 07 Mei 2022 17:43 WIB
Grebeg Kupat di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/5/2022).
Grebeg Kupat di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/5/2022). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Suasana meriah terlihat saat berlangsungnya tradisi Grebeg Kupat di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Tradisi Grebeg Kupat ini sempat absen selama dua tahun karena pandemi Corona.

Pantauan detikJateng, warga berdatangan untuk melihat berlangsungnya Grebeg Kupat tersebut. Adapun rangkaian acara dimulai sekitar pukul 12.30 WIB yang diawali penampilan kesenian hingga malam hari.

Ribuan selongsong ketupat dibuat gunungan. Dalam selongsong ketupat tersebut diisi uang mulai dari pecahan Rp 1.000 sampai Rp 100 ribu. Untuk jumlah selongsong ketupat ini antara 1.500 sampai 2.000.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum gunungan ketupat diperebutkan, terlebih dahulu dilakukan kirab gunungan tersebut dari depan Masjid Darussalam. Kirab gunungan dimulai pukul 14.00 WIB, keliling kampung dan kemudian berhenti di depan sekitar Balai Dusun. Di mana di lokasi ini dibuat panggung tempat gamelan.

Saat sampai di lokasi rebutan yang dituju, kemudian seorang tokoh masyarakat memberikan aba-aba Grebeg Kupat dilakukan. Spontan warga yang mengelilingi gunungan ketupat berebut selongsong ketupat tersebut.

ADVERTISEMENT

"Grebeg kupat ini adalah tradisi di kampung kami setiap bulan syawal. Ini sebenarnya menggantikan budaya setiap kampung ada yaitu halalbihalal. Kami simbolkan dengan mengumpulkan warga dengan acara Grebeg Kupat itu," kata Gepeng Nugroho, salah satu tokoh masyarakat Dusun Dawung, kepada detikJateng, Sabtu (7/5/2022).

Grebeg Kupat di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/5/2022).Grebeg Kupat di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/5/2022). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Gepeng menjelaskan, kegiatan ini menggunakan media ketupat, gunungan dan grebeg. Ketupat secara filosofinya, ketupat kata lepat yang artinya kesalahan. Sementara gunungan sebagai tumpukkan kesalahan atau dosa.

"Kita mengingatkan bahwasannya untuk kebersamaan dan terus terjaganya ukhuwah Islamiah dan terus terjaganya kerukunan di dalam masyarakat. Mari bersama-sama mengakui kesalahan serta sama-sama menggerebek atau menghilangkan secara sporadis, kemudian bersama-sama untuk meruntuhkan kalepatan atau dosa masing-masing itu dengan rebutan, Grebeg Kupat," ujar Gepeng.

Menurut Gepeng, panitia Grebeg Kupat kemudian mengedarkan selongsong ketupat kepada warga untuk diisi uang.

"Tentu saja di setiap kupat kita berikan stimulan berupa hasil rasa syukur dari masyarakat yaitu dengan sejumlah uang baik mulai dari pecahan Rp 1.000, Rp 2.000 sampai dengan Rp 100 ribu itu dimasukkan di dalam kupat itu yang isinya beragam. Masyarakat jadi termotivasi untuk sama-sama menggerebek dari gunungan kupat tersebut," tuturnya.

"Bervariasi tergantung permintaan (selongsong ketupat). Karena masing-masing punya kemampuan yang berbeda-beda, ingin memberikan kejutan-kejutan yang berbeda. Bahkan ada yang sampai puluhan kupat, tapi ada yang beberapa kupat, tapi isinya besar," kata dia seraya menyebut satu dusun ada 800 KK.

Gepeng mengakui, jika selama dua tahun tradisi ini berhenti karena pandemi. Untuk tahun ini, acara dimulai dengan event Bajong Banyu yang berlangsung menjelang puasa Ramadan.

"Tahun ini karena kita sudah coba event sebelumnya di Bajong Banyu menjelang Ramadan dan alhamdulillah karena kondisi memang sudah membaik. Mudah-mudahan ini juga akan seterusnya membaik dan Grebeg Kupat ini pun setelah dua tahun vakum kita bangkitkan kembali," tegasnya.

Grebeg Kupat di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/5/2022).Grebeg Kupat di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/5/2022). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Salah satu warga yang ikut berebut gunungan ketupat berisi uang, Handik mengatakan, dua tahun tradisi ini sempat berhenti sehingga warga berharap sekali kegiatan diadakan lagi.

"Dua tahun nggak ada, sekarang antusiasnya lumayan. Ya dapat sekitar Rp 60 ribu," tutur Handik sambil menghitung uang mulai pecahan Rp 2 ribu sampai Rp 10 ribu, itu.

Hal senada disampaikan warga lainnya, F Alfito Indra Pratama. Ia mengakui, acara berlangsung dengan seru dan senang bisa berkumpul kembali.

"Tadi seru banget, senang bisa kumpul," ujarnya.




(rih/ahr)


Hide Ads