Ratusan warga Sedulur Sikep memperingati 115 tahun tokoh Samin Surosentiko dibuang ke Sawahlunto, Sumatra Barat. Peringatan dilakukan di Pendopo Pengayoman di Desa Plosokediren, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, Selasa (15/3/2022).
Sedulur Sikep adalah kelompok masyarakat yang berusaha menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan Ajaran Samin atau Saminisme. Sedulur Sikep merupakan suatu ajaran berupa pengetahuan lokal dan interaksi antara manusia dengan alam.
"Malam ini, Selasa Kliwon kita peringati perjuangan Mbah Samin Surosentiko saat beliau diasingkan ke Sawalunto, Sumatra Barat, oleh Belanda," kata Gun Retno dalam Bahasa Jawa yang sudah diterjemahkan oleh detikJateng, Selasa (15/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gun Retno mengatakan, perjuangan Surosentiko tidak untuk satu golongan saja, namun juga perjuangan untuk seluruh rakyat. Kala itu, kebijakan raja-raja di Jawa lebih berpihak kepada pemerintah kolonial yang menyebabkan rakyat sengsara dan menderita.
"Kala itu banyak raja - raja di Jawa yang lebih berpihak ke pemerintah kolonial. Sehingga banyak rakyat yang berbondong-bondong mencari pengayoman (ketenangan) ke mbah Samin Surosentiko," kata Gun.
Belanda menganggap Surosentiko sebagai ancaman. Sebab, semakin hari semakin banyak orang yang mendatanginya dan mengamalkan ajaran-ajaran Samin. Tepat pada tahun 1907, Surosentiko ditangkap, dipenjarakan di Blora, dan berakhir di pengasingan di Sawahlunto, Sumatra Barat.
Meski Surosentiko telah diasingkan, pergerakan perlawanan ke Belanda semakin menggila. Salah satu bentuk perlawanan itu dengan menolak membayar pajak ke Belanda.
"Malam ini kita peringati perjuangan mbah Samin Surosentiko di Pendopo Pengayoman. Sebab, di desa ini mbah Samin pernah hidup. Kita kenang perjuangan beliau," katanya.
Acara peringatan satu abad perjuangan Samin Surosentiko itu dihadiri oleh warga Samin dari Blora, Pati, Kudus, Bojonegoro dan beberapa wilayah. Acara ini juga dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Blora serta Wali Kota Sawahlunto.
(dil/dil)