Keseruan Thrifting Tengah Malam di Semarang, Cuma Buka Tiap Sabtu

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Minggu, 23 Nov 2025 12:44 WIB
Suasana Pasar Thrifting di sekitar Stadion Diponegoro, Kelurahan Karangkidul, Kecamatan Semaeang Tengah, Sabtu (22/11/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Tiap malam Minggu, ada area di sekitar Stadion Diponegoro Semarang yang mendadak berubah jadi pasar trifting. Di pasar itu, beberapa pembeli nampak memilih-milih pakaian menggunakan senter berharap dapat 'harta karun'.

Malam di Kota Semarang makin larut, tapi di sekitar Stadion Diponegoro, Kecamatan Semarang Tengah, justru makin riuh. Muda-mudi berbondong-bondong mencari pakaian-pakaian yang dinilai berharga bak harta karun di tengah barang-barang bekas.

Pantauan detikJateng, deretan baju, celana, jaket, sepatu dipajang di sekitar Stadion Diponegoro. Lampu-lampu kios kecil menyala, aroma tahu gimbal dan kopi tercium semerbak di antara lapak-lapak baju bekas.

Ada sekitar 10 lapak pedagang trifting yang berada di sana. Beberapa dari mereka mengaku sudah sejak setahun terakhir berjualan di lokasi itu. Pasar ini memang hanya buka sepekan sekali di malam hari. Kebanyakan pedagang mulai buka di atas pukul 22.00 WIB.

Lapak seadanya dengan penerangan yang minim membuat para pembeli tampak sesekali menunduk menyenteri tumpukan pakaian dari ponselnya. Mencari barang bernilai dengan harga di tengah pakaian bekas itu.

Salah satu pembeli, Edo (22), termasuk yang nyaman belanja di malam hari meski harus berbekal penerangan sendiri.

"Ini kan emang pasarnya buka tengah malam, jadi lebih fleksibel aja sih. Orang-orang siangnya sibuk kan, jadi malam bisa cari celana atau kaos. Semarang siang panas banget soalnya," kata Edo kepada detikJateng, Sabtu (22/11/2025) malam.

Soal kualitas, mahasiswa asal Kalimantan yang tinggal di Genuk itu menyebut semuanya tergantung harga. Oleh karenanya, ia harus teliti mencari barang berkualitas di tengah ratusan pakaian yang ada.

"Kalau obral harganya Rp 35 ribu ya standar low lah. Kalau yang Rp 100 ribu ke atas biasanya bagus. Kalau lagi beruntung dapat yang brand-brand gede, kayak dapat harta karun," ujarnya.

Baju-baju di salah satu lapak Pasar Thrifting di sekitar Stadion Diponegoro, Kelurahan Karangkidul, Kecamatan Semarang Tengah, Sabtu (22/11/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Ia lantas menyoroti larangan impor pakaian bekas yang sedang marak diperbincangkan. Menurutnya, harus ada solusi dari pemerintah. Karena jika dilarang, hal itu berdampak tak hanya pada penjual tapi juga pembeli.

"Kebijakannya memang bagus buat produk lokal, biar naik lagi. Tapi ya kasihan juga pelaku usaha thrifting kayak gini. Mungkin pemerintah seharuanya bisa cari solusi lain," katanya.

"Pembeli juga kan nggak semua bisa afford (menjangkau) brand bagus yang mahal, in this economy (di ekonomi seperti sekarang). Kalau thrifting biasanya dapat brand bagus, harganya murah," lanjutnya.

Edo sendiri rutin mampir setiap minggu. Malam itu, ia berkunjung mencari baju bersama kekasihnya.

"Harapannya ke depan pasar thriftingnya bisa lebih teratur, sama penerangannya ditambah. Soalnya gelap, jadi harus pakai senter sendiri," ujarnya.




(afn/afn)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork