Hotel legendaris yang berada di tengah Kota Solo, Agas dijual seharga Rp 120 miliar. Hotel yang berada di bawah flyover Manahan itu kukut usai 29 tahun berdiri.
Dilihat di situs jual beli properti Brighton, Hotel Agas mempunyai luas tanah 7224 meter persegi. Hotel tersebut dijual dengan harga Rp 120 miliar. Hotel tersebut mempunyai 66 kamar.
Salah satu karyawan, Ariyanto, mengatakan informasi penjualan itu dipasang sejak sepekan yang lalu. Ia mengakui hunian makin sepi sejak adanya flyover Manahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya dijual, baru saja dipasang sekitar seminggu yang lalu. Iya hunian mulai mengalami penurunan, tapi juga sempat ramai," kata Ariyanto saat ditemui di Hotel Agas, Senin (25/8/2025).
Ariyanto mengatakan hotel tersebut sudah berdiri sejak tahun 1996. Namun sejak pemilik meninggal dunia pada tahun 2024, manajemen mulai goyang, dan melakukan PHK massal.
"Tahun 2024 owner meninggal dunia, terus manajemen yang mengurus beda pendapat. Akhirnya bulan Februari di PHK massal, dapat pesangon juga," ungkapnya.
Dirinya yang sudah 25 tahun bekerja di sana sangat menyayangkan penutupan Hotel Agas. Menurutnya, Hotel Agas salah satu hotel yang legendaris di Kota Solo.
"Ya sangat disayangkan ya, dulu tahun 1996 baru ada Hotel agas, Kusuma Sahid, dan Cokro. Ya agak kecewa juga, yang beroperasi cuma kolam renang saja," terangnya.
Sementara itu, Humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo, Wening Damayanti, mengatakan Hotel Agas sudah mengalami kesulitan beberapa tahun terakhir. Puncaknya, kendala yang dialami Hotel Agas usai Flyover Manahan berdiri.
"Kendala-kendala operasional ini juga di lebih berat lagi diperburuk dengan kondisinya yang tertutup oleh flyover ya. ya, karena akses Hotel Agas itu kan tampak depannya sebetulnya kan yang menghadap ke flyover itu. Akhirnya harus dipindahkan ke pintu belakang karena akan sangat sulit apabila tamu harus lewat di akses yang sama," kata Wening dihubungi awak media, Senin (25/8).
Wening menyebut Hotel Agas juga sudah mengalami penurunan tamu sebelum COVID-19. Ia menyebut hal tersebut terlihat dari penurunan harga yang cukup signifikan.
"Bahkan sebelum COVID pun sudah sudah memang sudah ada penurunan ya. Kami kan melihatnya dari penurunan harga yang cukup signifikan sehingga itu menjadi analisa kami ya memang mereka mencoba untuk survive dengan mengejar volumenya dulu tetapi memang mungkin operasional tetap tidak bisa tidak bisa berjalan dengan baik," pungkasnya.
(afn/ams)