Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan statistik pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-II yang mencapai 5,12 persen YOY (Year Over Year). Hal ini kemudian memicu tanggapan dari para ekonom.
Dilansir detikFinance, angka rilisan BPS tersebut disangsikan kebenarannya oleh sejumlah pihak. Mengingat, selama triwulan kedua 2025, tidak ada momen signifikan yang dapat menggerakkan ekonomi hingga mampu menembus pertumbuhan di atas 5%.
"Pengumuman pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 penuh kejanggalan dan tanda tanya publik. Saya tidak percaya dengan data yang disampaikan mewakili kondisi ekonomi yang sebenarnya," terang ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) kepada detikcom pada Selasa (5/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanggapan tersebut membuat masyarakat bertanya-tanya mengenai cara menghitung pertumbuhan ekonomi. Bagi detikers yang penasaran, simak ulasan selengkapnya melalui uraian di bawah ini.
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Disadur dari buku Teori Pertumbuhan Ekonomi tulisan Wendy Liana dkk, pertumbuhan ekonomi adalah proses perekonomian yang berkesinambungan menjadi lebih baik dalam jangka periode tertentu. Dapat juga dimaknai sebagai proses naiknya kapasitas produksi perekonomian dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Perlu diingat pertumbuhan ekonomi berbeda dengan perkembangan ekonomi. Dalam buku Ekonomi SMA Kelas XI oleh Dr M Suparmoko MA diterangkan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik peningkatan produksi dan jasa saja. Di sisi lain, perkembangan ekonomi juga menyangkut kualitas pertumbuhan.
Dalam teorinya, ada sejumlah faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sebut saja Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), modal, dan teknologi. Ada juga yang memasukkan faktor institusi hingga spesialisasi.
Lalu, bagaimana cara menghitung pertumbuhan ekonomi?
Rumus Menghitung Pertumbuhan Ekonomi
Menurut penjelasan dalam buku Ekonomi Makro tulisan Iskandar Putong, pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa dihitung dengan data PDB (Produk Domestik Bruto)/GDP (Gross Domestic Product) atau PNB (Produk Nasional Bruto)/GNP (Gross National Product).
Umumnya, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dihitung dengan PDB. Sebaliknya, di negara maju, angka PNB-lah yang dipergunakan.
Dilansir dokumen unggahan STIE Cendekiaku, rumus umum menghitung pertumbuhan ekonomi dengan PDB adalah:
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100 %
Sebagai informasi, g adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, PDBs adalah PDB riil tahun sekarang, sedangkan PDBk adalah PDB riil tahun kemarin.
Adapun dikutip dari buku Membina Kompetensi Ekonomi tulisan Eeng Ahman dan Epi Indriani, rumus pertumbuhan ekonomi bermodalkan data PNB/GNP adalah:
Pertumbuhan ekonomi tahun tertentu = GNP tahun tertentu-GNP tahun sebelumnya/GNP tahun sebelumnya x 100 %
Pada dasarnya, kedua rumus di atas sama saja. Perbedaannya terletak pada sumber data untuk penghitungannya, yakni PDB dan GNP. Agar lebih paham, berikut ini contoh hitungannya.
Contoh Hitungan Pertumbuhan Ekonomi
Contoh #1: Dengan PDB/GDP
PDB negara A pada tahun 2040 adalah 500 triliun. Sementara itu, PDB pada tahun 2041 adalah 650 triliun. Berdasar acuan tersebut, maka cara menghitung pertumbuhan ekonomi 2041 adalah:
= {650-500)/500} x 100%
= (150/500) x 100%
= 0.3 x 100%
= 30%
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi 2041 adalah 30%.
Contoh #2: Dengan PNB/GNP
PNB/GNP Negara B pada tahun 2004 adalah 147 triliun. Sementara itu, pada 2005, PNB-nya menyentuh angka 153 triliun. Laju pertumbuhannya dapat dihitung dengan cara:
= {(153-147)/153} x 100%
= (6/153) x 100%
= 0,0392 x 100%
= 3.92%
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi negara B pada 2005 adalah 3,92%.
Perbedaan PDB dan PNB
Kedua istilah ini, PDB atau GDP dan PNB atau GNP sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, apa perbedaan antarkeduanya?
Disadur dari buku Cara Mudah Memahami Makroekonomi tulisan Dr Lana Soelistianingsih, PDB adalah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh pelaku ekonomi dalam satu negara pada satu tahun tertentu. Dalam konteks PDB, seluruh pelaku usaha dihitung, tidak peduli kewarganegaraannya.
Di sisi lain PNB adalah barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh pelaku ekonomi dalam satu tahun dengan memperhatikan kewarganegaraannya tanpa memperhatikan batas geografis. Artinya, yang penting adalah kewarganegaraan seorang pelaku usaha, bukan tempat di mana kegiatannya dilakukan.
Keduanya memang bisa digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, di negara berkembang, data PDB-lah yang lebih umum digunakan. Sebaliknya, di negara maju, justru data PNB yang dipakai.
Demikian pembahasan lengkap mengenai cara menghitung pertumbuhan ekonomi, diawali dengan pengertian hingga contoh hitungannya. Semoga bermanfaat!
(par/rih)